Total Tayangan Halaman
Jumat, 20 Agustus 2010
Dipilih DPRD, Makin Minimalkah Ongkos Politik?
Ibaratkan berjalan, sesat di hilir silakan kembali ke hulu. Begitu pepatah lama yang menyiratkan kalau suatu keputusan yang telah dijalankan ternyata tidak memperlihatkan hasil menggembirakan, kembali kepada awal-awal alias ditinjau lagi keputusan tersebut.
Begitu halnya dengan Pilkada di negeri ini. Dulu, gara-gara tidak senangnya rakyat melihat perilaku anggota DPRD dalam memilih gubernur maupun bupati, diusulkanlah Pilkada langsung. Rakyat sangat marah atas sikap memperkaya diri anggota DPRD dengan memanfaatkan momen Pilkada. Sudah isu umum saat itu, satu orang anggota DPRD bisa membawa pulang uang di atas Rp1 miliar ketika terjadi ''serangan fajar''.
Ketika kemarahan pada puncaknya, disetujuilah Pilkada langsung. Rakyat yang menentukan. Rakyat yang memilih siapa gubernur atau bupati yang diinginkan. Untuk calon harus didukung oleh partai dan boleh juga dari perseorang yang syaratnya sangat berat.
Makin murahkan biaya yang harus dikeluarkan oleh seorang calon gubernur maupun bupati? Ternyata tidak. Malah makin mahal dan berisiko. Salah seorang gubernur terpilih dalam Pilkada 2010 ini mengaku menghabiskan Rp60 miliar saat Pilkada. Belum lagi risiko terpecah belahnya masyarakat karena urusan dukung mendukung.
Lalu, kalau kita kembali ke DPRD yang harus memutuskan siapa gubernur maupun bupati, akankan biayanya makin murah. Atau malah sebaliknya. Bisa-bisa, bandrol suara seorang anggota DPRD akan naik berlipat-lipat.
Jika anggota DPRD-nya 55 orang saja, berarti untuk menang seorang calon gubernur atau bupati paling tidak memegang 30 orang anggota. Kalau beberapa tahun dulu saja ada yang minta di atas Rp1 miliar, bisa jadi kalau dikembalikan ke DPRD, satu orangnya akan minta di atas Rp2 miliar. Kalau itu terjadi, berapa uang yang harus dikeluarkan seorang calon demi sebuah jabatan?
Kalau begini adanya, sudah pasti berimplikasi kepada keputusan-keputusan berikutnya setelah seorang calon itu duduk menjadi gubernur atau bupati. Mana ada orang mau merugi setelah modal yang dikeluarkannya sangat besar. Pasti ujung-ujungnya harus kembali modal. Caranya: KORUPSI. Naudzubillah mindzalik...
PLN-Pemerintah Harus Seayun Selangkah
Gayung bersambut, Alhamdulillah PLN sudah mengupayakan agar selama bulan Ramadan tidak ada pemadaman bergilir sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. PLN pun berjanji untuk lebih maksimal agar tidak ada lagi pemadaman bergilir dan ini sudah menjadi isu nasional serta sudah pula disampaikan di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhir bulan lalu.
Persoalan listrik di negara ini sebenarnya bisa diselesaikan dengan baik dan malah kalau ditangani secara profesional bisa mengekspornya ke luar negeri. Sumberdaya alam Indonesia yang luar biasa mulai dari minyak bumi, batubara hingga gas sungguh berlim pah. Belum lagi sungai-sungai dengan air derasnya yang tidak terhitung jumlahnya merupakan sumber energi murah yang belum termanfaatkan dengan maksimal.
Kini tinggal seayun selangkah antara PLN dengan pemerintah agar segera mengeluarkan negara ini dari krisis listrik. PLN dan pemerintah harus saling mengimbangi kecepatan. Kalau saat ini PLN di bawah Direktur Utama Dahlan Iskan larinya 100 km perjam, pemerintah juga harus bisa segitu. Paling tidak mendekati angka 100 itulah. Kalau pemerintahnya jauh tertinggal, alamat tidak akan berhasillah berbagai proyek-proyek PLN.
Kita mencontohkan pembangunan PLTU 2 x 100 MW di Tenayan Raya, Pekanbaru. PLN sudah menenderkannya kepada pihak ketiga untuk mengerjakannya dan kalau tidak ada aral melintang, akhir Agustus 2010 ini sudah tahu siapa pemenangnya. Kalau sudah tahu peme nangnya, tentu mereka akan langsung kerja.
Tapi satu kendala yang masih mencuat saat ini adalah terkait ganti rugi lahan pembangunan PLTU tersebut. Masih ada beberapa hektare lagi yang belum diganti rugi. Kalau ini tidak sesegera mungkin diselesaikan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru, alamat tersendatlah proyek PLTU tersebut.
Makanya, pemerintah daerah, kota atau pusat harus bisa berse gera sebagaimana PLN juga bisa bergerak sangat cepat menyikapi krisis listrik di negeri ini. Istilah biar lambat asal selamat semestinya sudah harus ditinggalkan. Seharusnya sekarang pakailah istilah biar cepat asal selamat.***
Gaya Hidup Mewah Suburkan Suap dan Pemerasan
Kita tahu Bulyan masuk penjara gara-gara kasus suap. Setelah terpenjara, giliran dia yang harus bayar suap demi kenyamanan di Lapas. Seperti rantai makanan, begitulah adanya fenomena suap, pemerasan maupun korupsi di Indonesia. Makan dan dimakan adalah hal yang biasa dalam rantai makanan tersebut.
Suap dan pemerasan di negeri ini benar-benar sudah menjadi kebiasaan yang sulit diberantas. Tidak payah sebenarnya menemukan praktik suap dan pemerasan dalam berbagai sektor kehidupan. Hanya saja untuk membuktikan praktik-praktik itu memerlukan kerja ekstra keras.
Tindakan suap dan pemerasan sebenarnya bisa diberantas, jika semua komponen bangsa serius mau memberantasnya, mengubah struktur dan sistem pemerintahan yang korup serta sikap masyarakat yang menyuburkan suap, pemerasan yang memicu tindakan korupsi.
Sebenarnya, kesederhanaan hidup para pemimpin dalam mengelola pemerintahan menjadi kunci yang sangat penting untuk diteladani. Suap, pemerasan dan korupsi akan sulit diberantas habis jika mental korup dan gaya hidup mewah yang akan melicinkan jalan pintas untuk melakukan korupsi.
Abu Bakar Siddik yang awalnya seorang saudagar kaya, di akhir hayatnya sebagai khalifah hanya memakan tumbukan tepung yang tidak halus, memakai pakaian kasar dan tidak punya apa-apa. Khalifah berikutnya, Umar bin Khathab, Umar bin Abdul Aziz ketika dilantik, dia melepaskan kekayaan dan dibagikan kepada rakyat yang diperoleh dari pejabat baik melalui penyalahgunaan kekuasaan atau dengan cara korupsi lainnya.
Rasulullah SAW bersabda, Allah melaknat penyuap, penerima suap, dan orang yang menyaksikan penyuapan (HR Ahmad). Adakalanya suap diberikan dengan maksud agar pejabat yang bersangkutan tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya. Suap jenis ini pun amat dihindari oleh para sahabat Nabi SAW.
Rasulullah pernah mengutus Abdullah bin Rawahah ke daerah Khaibar (daerah Yahudi yang baru ditaklukkan kaum muslim) untuk menaksir hasil panen kebun kurma daerah itu. Sesuai dengan perjanjian, hasil panen akan dibagi dua dengan orang-orang Yahudi Khaibar. Tatkala Abdullah bin Rawahah tengah bertugas, datang orang-orang Yahudi kepadanya dengan membawa perhiasan yang mereka kumpulkan dari istri-istri mereka, seraya berkata, perhiasan itu untuk anda, tetapi ringankanlah kami dan berikan kepada kami bagian lebih dari separuh. Abdullah bin Rawahah menjawab, Hai kaum Yahudi, demi Allah, kalian memang manusia-manusia hamba Allah yang paling kubenci. Apa yang kalian lakukan ini justru mendorong diriku lebih merendahkan kalian. Suap yang kalian tawarkan itu adalah barang haram dan kaum muslim tidak memakannya! Mendengar jawaban itu mereka serentak menyahut, ''Karena itulah langit dan bumi tetap tegak.''*
Goodbye Genset...
Itu mah dulu bro...Sekarang, genset-genset itu sudah pada berdebu dan dibiarkan teronggok di ruangan belakang rumah oleh pemiliknya. Bukan rusak atau tak ada uang pembeli minyak untuk menghidupkannya. Tapi, memang tidak diperlukan lagi. Semua ini gara-gara PLN.
Lho...kok PLN. Iya. Dulu orang ramai-ramai beli genset karena listrik PLN sering mati. Orang istilahkan lebih daripada makan obat. Kalau makan obat kan tiga kali sehari. Tapi kalau PLN, matinya sampai empat kali atau lebih dalam sehari. Tak peduli dalam kondisi apapun. PLN hanya tahu mati.
Tidak hanya tiba-tiba mati saat muazin akan mengumandangkan azan maghrib karena tersebab tak sanggup menanggung beban puncak, dalam bulan Ramadan pun mati. Banyak sudah warga yang merasakan bergelap-gelap saat makan sahur. Ya, genset menjadi primadona saat itu.
Kini pun gara-gara PLN genset tak laku. Tak ada lagi byar-pet. Tak ada lagi istilah beban puncak. Tak terdengar lagi alasan-alasan musim kemarau, perbaikan turbin atau segudang alasan lainnya. Yang ada sekarang, langsung nyala dan nyala terus.
Tahniah patutlah disampaikan buat PLN. Thanks, PLN. Terimakasih Pak Dahlan Iskan, Direktur Utama yang telah membuat perubahan mendasar di tubuh PLN. Saat ini, kami sudah merasakan kenyamanan sebagai pelanggan. Dan pada dasarnya, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa, bukti keberhasilannya adalah ternyamankannya pelanggan. Nihil keluhan.
Harapan terbesar, semoga tanpa pemadaman ini terus berlanjut. Apalagi sebentar lagi Ramadan menjelang. Kenyamanan beribadah dalam bulan Ramadan tanpa mati listrik, sudah lama didambakan masyarakat di daerah ini. Terang benderang tanpa bunyi genset saat makan sahur pun telah lama diimpikan. Insya Allah, semoga PLN selalu ditolong-Nya.
Begitu pula orang-orang pintar di PLN benar-benar bisa mengemban tugas dengan baik dan selalu diberi keberkahan dalam menjalankan amanah yang dibeban kepadanya. Bebas Pemadaman Bergilir se Indonesia semoga bisa terwujud.(*)
Senin, 12 Juli 2010
Kembali Memaknai Peristiwa Israk Mikraj
Sekali dalam satu tahun, terutama akhir-akhir bulan Rajab, ayat ini sangat sering diperdengarkan serta dikupas maknanya, terutama oleh para ustad-ustad yang memberi ceramah tentang peristiwa Israk Mikraj. Banyak hal diceritakan bagaimana perjalanan Rasulullah SAW menembus ruang dan waktu.
Besok, kembali kita mendapati hari cukup bersejarah dan penuh makna itu. 27 Rajab 1431 Hijriyah, bertepatan dengan 10 Juli 2010. Setiap tahunnya, bagi negara kita, 27 Rajab ditetapkan sebagai hari libur nasional. Dengan dijadikan sebagai hari libur nasional, tentu saja harapan terbesarnya adalah mengingatkan kembali kepada semua muslim begitu pentingnya Israk Mikraj.
Hasil terbesar dari peristiwa Israk Mikraj adalah turunnya perintah salat dari Allah SWT untuk umat Muslim. Negosiasi dengan Allah SWT, akhirnya Rasulullah SAW harus menerima perintah salat dalam satu hari lima kali. Sebelumnya, Allah SWT memerintahkan jauh di atas angka lima kali.
Kalau yang namanya perintah, tentu saja berkonotasi harus dilaksanakan. Kalau tidak, akan ada konsekwensi atas ketidakpatu han atas perintah tersebut. Begitu halnya dengan salat lima waktu, sebagai umat Islam, kita wajib menjalankannya. Apapun kondisinya, salat harus dilaksanakan. Tak bisa berdiri, silakan duduk, tak bisa duduk boleh berbaring. Tak bisa menggerakkan tangan, bisa dengan hati saat berbaring. Kalau tidak bisa juga, mungkin saatnya kita disalatkan orang.
Karenanya, hisab pertama di kampung akhirat kelak adalah salat. Kalau baik nilai salatnya, selamatlah kita. Kalau tidak, bakal meranalah di neraka Jahannam. Makanya, kahadiran Israk Mikraj mengingatkan kita kembali dengan salat bagi yang belum malaksanakannya. Ingat, pembeda umat Muslim dengan umat agama lain adalah salat lima waktu. Salat adalah tiang agama. Kalaulah kita mengaku Muslim tapi tak menjalankan salat, apa yang akan kita bawa saat menghadap Allah SWT kelak.***
Jumat, 02 Juli 2010
Pekanbaru Kotaku, Kotamu, Kota Kita
Ada yang sebut Pekanbaru itu seperti kota yang disulap. Hari ini masih lahan kosong, besok sudah berdiri rumah toko alias Ruko. Tanah yang dulunya rawa dengan pameo tempat jin buang anak, tiba-tiba sudah berdiri pusat perbelanjaan dengan ribuan toko. Silap kalau ada orang yang bilang ini tidak luar biasa!
Dari segi bisnis, majunya sebuah kota itu bisa diukur dengan kehadiran nama-nama terkenal dalam dunia retail dan perbankan. Bagaimana dengan Pekanbaru? Ya, kita bisa saksikan beberapa nama dalam bidang retail sudah hadir di kota ini. Sebut saja Hypermart, Giant, Lottemart (dulu Makro) dan Ramayana. Carrefour yang disebut-sebut sudah mau masuk ke Pekanbaru ternyata terkendala dengan tempat.
Semua ini memperlihatkan besarnya potensi pasar di Pekanbaru. Orang dari luar selalu saja melihat Pekanbaru itu ibaratkan gula. Semuanya pada berebut untuk masuk demi butiran-butiran gula tersebut.
Sekarang tinggal bagaimana Pekanbaru itu bisa menjadikan dirinya sebagai gula yang berkualitas tinggi. Putih bersih dan manis tentunya. Jangan menjadi gula yang kuning berkualitas jelek dan harganya juga jatuh.
Maksudnya, Pekanbaru harus pandai-pandai jaga diri. Jangan terbuai dengan rayuan semut-semut yang hanya ingin menikmati manisnya gula. Setelah dapat gula, lalu semua-semut itu pergi meninggalkan kota ini. Seharusnya Pekanbaru harus bisa membuat para semut-semut membuat sarang barunya di kota ini. Apa yang mereka buat di kota ini juga untuk kota ini dan akan kembali pula ke kota ini. Bak istilah, Pekanbaru Kotaku, Kotamu, Kota Kita.***
Ingat, Memimpin Itu adalah Amanah
Calon-calon pemimpin yang sudah berjibaku dengan banyak hal, tentu saja kemarin maupun hari ini akan bisa melihat hasil dari perjuangan sebelumnya. Menang atau kalah sudah terbayang, walaupun hasil akhirnya menunggu ketetapan dari Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD).
Kepada calon yang kalah, harapan kita agar bisa menerima kekalahannya dengan sportivitas. Sudah menjadi kebiasaan dalam setiap pertarungan, ada menang dan ada kalah. Tak perlu disesali. Petik nilai positifnya. Orang yang tak menyesali kegagalannya adalah orang yang sudah berani mencoba dan mengambil hikmah dari kegagalan tersebut.
Bagi yang menang, sepatutnya Anda mohon ampun kepada Allah SWT. Ingat, kemenangan anda sebagai pemimpin adalah amanah yang diminta. Anda meminta amanah itu dibebankan ke pundak. Ini harus dijalankan dengan baik. Kalau anda tidak jalankan amanah tersebut, berat pertanggungjawabannya di pengadilan Allah SWT.
Untuk calon incumbent, kalau menang, berarti amanah berikutnya harus Anda jalankan. Seharusnya, harus lebih baik lagi dari kepemimpinan sebelumnya. Jangan pula terjadi sebaliknya, memimpin kedua lebih buruk dari yang pertama. Bisa-bisa akan jadi laknat.
Kalau tak terpilih, kembalikan kepada takdir Allah. Semuanya sudah diatur oleh Allah. Sepatutnya Anda baca terjemahan Surat Ali Imran ayat 26 berikut ini: ''Katakanlah; Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.(*)
Mengapa Riau Selalu Telat?
Kalaulah proyek itu terealisasikan, berarti itulah jalan layang pertama yang dimiliki Riau. Sumpeknya Jalan Sudirman di dua titik yang disebutkan, otomatis akan lega dengan kehadiran jalan layang tersebut. Dengan sendirinya pula, tidak akan ada penumpukan kendaraan di dua persimpangan itu.
Dibandingkan jalan tol Pekanbaru-Dumai, proyek flyover di dua titik tersibuk itu baru menghabiskan masa tiga tahun penantian. Banyak sudah pakar-pakar perkotaan dan transportasi di daerah ini yang berucap pentingnya flyover di dua titik itu beberapa tahun lalu. Warga kota pun sudah lama pula berharap agar ada kenyamanan dalam berkendaraan di jalan-jalan utama dalam kota ini.
Kita tumpangkanlah harapan kepada penguasa-penguasa negeri ini agar segera mewujudkan proyek itu. Rasanya segan juga melihat Padangpanjang, sebuah kota kecil di Sumatera Barat yang sudah punya flyover walaupun belum selesai. Apalagi kalau pulang ke Padang yang sudah pula menyelesaikan jalan layang sepanjang 1.600 meter dari Duku ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM) dengan biaya Rp70,95 miliar dari APBN, alamak makin terasalah kota kita ini jauh tertinggal.
Jalan layang di Padang ini dibuat berdasarkan kemungkinan makin padatnya arus transportasi untuk menghindari kemacetan beberapa masa mendatang. Kalau kita di Pekanbaru, beberapa titik pertemuan jalan selalu didera kemacetan. Jalan tiadalah bertambah lebar, sementara volume kendaraan terus kian membesar.
Jadi sejak dulu, sangat patutlah ada flyover di Kota Pekanbaru yang pertumbuhan ekonominya sangat tinggi di Indonesia. Tapi entah kenapa, proyek-proyek itu bermunculan di kota lain yang volume kendaraannya cukup kecil dan ada kecenderungan menurun. Kita selalu telat mendapatkan sesuatu yang betul-betul berguna untuk kepentingan bersama. Namun bak kata pepatah, biarlah telat, daripada tidak dapat sama sekali.***
Jumat, 21 Mei 2010
Dari RS Gratis hingga Naik Burung Onta
Selain kaya dengan beragam adat istiadat, Negeri Sembilan, Malaysia juga menyimpan banyak potensi wisata lainnya yang patut dikunjungi. Tidak hanya menjual wisata alam, rumah sakit dan perguruan tinggi selalu dimasukkan ke agenda pelancongan.
Laporan Mhd Nazir Fahmi,
Negeri Sembilan
DALAM kunjungan rombongan DPD Association of the Indonesia Tours and Travel (ASITA) Riau ke Negeri Sembilan 14-17 Mei lalu, ada dua rumah sakit swasta yang dikunjungi. Ada Mawar Renal Medical Centre dan KPJ Seremban Specialist Hospital. Dua rumah sakit ini memiliki kelebihan masing-masing. Tapi, secara teknologi rata-rata menggunakan alat-alat modern dengan dokter siaga 24 jam.
Mawar Renal Medical Centre yang berada di Jalan Rasah Seremban, merupakan rumah sakit khusus untuk penyakit homodialisis atau penyakit ginjal. Inilah satu-satunya rumah sakit di Malaysia yang mengkhususkan merawat orang-orang berpenyakit ginjal.
Menariknya, rumah sakit ini menggratiskan biaya perawatan bagi warga Malaysia yang dikategorikan miskin. ''Rumah sakit ini bukan untuk komersial, tapi dikhususkan untuk membantu warga miskin,'' kata Dato' DR Yeow Chai Thiam, The Founder and Chairman of Pusat Hemodialisis Mawar and Mawar Renal Medical Centre.
Bagi warga miskin yang dirawat di Mawar, menurut Yeow, tidak bayar. Yang membayar ke rumah sakit adalah pihak donatur yang bersimpati dengan Mawar. Bagi yang tidak miskin, biaya perawatan juga bisa dinego. Bagi warga asing pun hanya dikenakan cas 200 ringgit. ''Kita tak lihat dari mana orangnya. Asal dia bertempat tinggal di Malaysia dan berstatus warga miskin, biaya perawatan hingga sembuh tidak dikenai sepersen pun,'' katanya lagi.
Walau pun tidak dibayar dan yang lainnya juga murah, jelas Yeow, peralatan kedokteran di Mawar bukan murahan. Semuanya serba canggih. Saat ini di Mawar ada 200 buah alat canggih untuk mencuci darah. Ada juga alat untuk operasi jantung yang canggih. Untuk biaya, kata Yeow semuanya bisa dibincangkan.
Kalau KPJ Seremban Specialist Hospital lebih mengkhususkan kepada perawatan penyakit jantung. Dokter spesialis di sini bekerja 24 jam untuk KPJ. Mereka tidak boleh praktek ke rumah sakit lainnya. KPJ punya banyak cabang di Malaysia. Juga ada di Sumatera Barat. Namanya RS Selasih. Tapi kini RS tersebut tinggal puing-puing karena hancur digoyang gempa beberapa waktu lalu. Dari kedua rumah sakit tersebut, selalu menawarkan harga yang terbilang murah di banding beberapa rumah sakit di tempat lainnya.
Selain berkunjung ke dua rumah sakit, rombongan juga dikenalkan dengan Nilai University College (NUC). Perguruan tinggi yang memfokuskan kepada perbisnisan ini terletak di atas tanah seluas 105 hektare. Kampusnya apik, indah dan asri. Peralatannya serba canggih.
Kata Eileen Tan, Marketing Management NUC, untuk mahasiswa yang kuliah di Nilai hanya dipungut uang kuliah saja dan biaya hidup selama menuntut ilmu. Uniknya, kuliah di Nilai, ijazahnya dikeluarkan oleh Oxford University dan bisa langsung menuntut S2 di Oxford.
Perguruan tinggi ini benar-benar serius menggarap dunia perbisnisan. Ada satu jurusan yakni Teknik Perawatan Pesawat Terbang dibuka di universitas ini. Ada juga program Bioteknologi menjadi hal yang diseriusi perguruan tinggi ini.
Ingin tahu dengan burung onta, bisa datang ke Jelita Impian Jelebu di Seremban yang khusus beternak burung onta. Produk-produk turunan dari burung ini pun diolah menjadi kosmetik. Ini pun menjadi tempat menarik untuk berwisata. Di sini pun bisa mendapatkan Surat Izin Mengendarai (SIM) burung onta. Pengunjung bisa naik punggung onta atau bisa pula menyaksikan pacu burung onta. Pokoknya, asyiklah.
Mau tahu tentang perjuangan rakyat Malaysia zaman tempo dulu, bisa mengunjungi Muzium Tentara Darat di Port Dickson. Semuanya mengoleksi senjata zaman perjuangan dulu mulai dari yang semi tradisionil hingga modern. Ada juga terowongan partai Komunis yang pernah memberontak di Malaysia. Semuanya dipajang dan dirancang dengan sistem multimedia.
Empat hari melawat di Negeri Sembilan, belum semua tempat wisata terjalani. Banyak tempat-tempat lain yang patut dikunjungi. Pantainya yang indah, makanannya yang murah, mungkin menjadi salah satu tempat pilihan buat Anda dalam mengisi hari libur.(*)
Di Kampung Pachitan, Tidur di Rumah Bapak Angkat
Bagusnya infrastruktur jalan di Malaysia benar-benar berefek positif kepada rakyatnya. Perekonomian maju, semuanya mudah untuk dijual karena akses sudah terbuka. Kampung-kampung pun berlomba untuk menjual jasa pariwisata kepada pelancong.
Laporan Mhd Nazir Fahmi,
Negeri Sembilan
KAMPUNG Pachitan, Negeri Sembilan adalah salah satunya. Letaknya tak begitu jauh dari Jeti Penumpang Port Dickson. Jalannya besar, sangat mulus serta tertata dengan apik. Kampung ini dikelilingi oleh kebun sawit milik warga di sana.
Dari namanya, kampung ini mengingatkan dengan sebuah kota di Jawa Timur, Pacitan. Apakah ada hubungannya? Ternyata benar ada. Di Kampung Pachitan, rata-rata penduduknya keturunan Jawa Timur. Makanya, bahasa sehari-hari mereka juga menggunakan Bahasa Jawa. Ngumpul-ngumpul di tepi jalan, bahasa Jawa mereka kedengaran dan sangat kental.
Di kampung ini tidak ada tempat wisata yang indah, tidak ada pula hotel berbintang. Tapi kampung ini masuk menjadi salah satu tempat tujuan wisata yang dijual oleh Malaysian Association of Tour and Travel Agents (MATTA) Negeri Sembilan. Sudah ribuan orang turis lokal maupun mancanegara menikmati 'keindahan' Kampung Pachitan.
Di saat kedatangan rombongan DPD Association of the Indonesia Tours and Travel (ASITA) Riau yang dipimpin Ibnu Masud ke kampung ini, turun dari mobil langsung disambut dengan pukulan rebana dan siraman beras kunyit. Di bawah tenda yang sudah disediakan di kampung itu, rombongan pun dipersilakan mencicipi makanan khas di sana. Ada ubi ketuk dan tempe bacem. Benar-benar terasa Jawanya.
Di saat senja menjelang, pengurus MATTA Negeri Sembilan yang dikomandani Dato Hj Yaacob B Hj Hussin pun mengumumkan nama-nama bapak angkat dan orang-orang yang akan dijadikan anak angkat. Jadi, rombongan ASITA akan dijadikan anak angkat dan akan tidur di rumah bapak angkat.
Di sinilah letak keunikannya. Bapak angkat pun membawa anak angkat ke rumahnya untuk tidur malam itu. Saya, Ibnu Masud dan Milson Joni, salah seorang anggota ASITA mendapat bapak angkat bernama H Ismail Bin H Harun yang berumur 64 tahun. Dengan mobil kecilnya, kami pun dibawa ke rumahnya di 648 Kg Sawah Pachitan 71960 Lukut, Negeri Sembilan.
Di rumahnya nan asri, sudah tersedia dua kamar dari enam kamar yang ada di rumah itu untuk kami bertiga menginap malam itu. Fasilitasnya, seperti hotel bintang 3. Ismail pun melayani bak pelayan hotel. Disediakan handuk, air mineral dan berbagai kebutuhan lainnya.
Ya, rumah Ismail salah satu dari 38 rumah yang dijadikan homestay di Kampung Pachitan. Menurut Ismail, program homestay dimulai sejak tahun 2006. Di Negeri Sembilan ada delapan kampung yang membuka program homestay atas rekomendasi Kementerian Pelancongan Malaysia. Sejak saat itu, sudah ratusan tamu yang menginap di rumahnya dari berbagai negara.
Menginap di rumah bapak angkat bukannya gratis. Menurut Ismail, kalau orang per orang, biaya satu malamnya 40-50 ringgit Malaysia. Kalau rombongan agak mahal, bisa jadi kena perorangnya 100 ringgit. Ini disebabkan karena adanya penyambutan, penampilan kebudayaan dan lain-lainnya.
Memang, malam itu diadakan penyambutan dan malam kesenian. Ada gamelan serta penampilan musik rebana dikombinasikan dengan organ. Sebelum acara dimulai, rombongan makan bersama dengan sistem ambang, satu talam untuk lima orang dan makan bersama bapak angkat.
Keramahtamahan dan pencampuran kebudayaan itulah yang ditawarkan Kampung Pachitan. Ada juga program mendodos sawit, menderes getah, menangkap ikan di sungai. Semuanya dikerjakan oleh orang kampung.
Ekonomi kerakyatan, itulah istilahnya. Selain menjual nama daerah, mereka juga bermata pencaharian sebagai pemilik homestay. Program ini menjadi pilihan lain oleh pelancong yang tidak dapat hotel di Kuala Lumpur. Pachitan sangat dekat dengan bandara, harganya pun sangat murah dan meriah.(bersambung)
Rabu, 19 Mei 2010
Beradat Perpatih, Rumah 'Bagonjong' di Mana-mana
Melawat ke Kota 'Daulat Tuanku' Negeri Sembilan, Malaysia (1)
Port Dickson adalah pintu gerbang masuk ke Negeri Sembilan, Malaysia melalui jalur laut. Dari Dumai ke Port Dickson memakan waktu empat jam menggunakan feri. Pelabuhannya bersih dan sangat familiar dengan orang Indonesia. Kata-kata Selamat Datang terpampang sangat besar menghadap ke laut.
Laporan Mhd Nazir Fahmi,
Negeri Sembilan
TIDAK hanya itu yang familiar, bangunan pelabuhannya sangat dikenal banyak orang di Indonesia. Atap gedung Jeti Penumpang Port Dickson tersebut berarsitek 'Bagonjong', ciri khas rumah adat Minangkabau. Walau tidak begitu runcing gonjongnya, tapi orang akan cepat membaca bahwa itu mirip rumah adat di Sumatera Barat.
Berdasar ciri khas bangunan ini, Negeri Sembilan memang mirip dengan beberapa negeri di Sumatera Barat. Makanya sejak dulu orang menyebutnya kota kembar dengan Bukittinggi atau Batusangkar yang masih banyak rumah bagonjongnya.
Dari Port Dickson menuju beberapa negeri nan sembilan lainnya, Seremban misalnya, bangunan bagonjong makin banyak dijumpai. Jembatan-jembatan penyeberangan, gapura hendak masuk tol hingga kantor-kantor tol dibangun dengan gaya tanduk kerbau.
Lebih dalam menyelami tentang Negeri Sembilan, kita bisa mendatangi Musium Diraja Seri Menanti Kuala Pilah Seremban. Menurut Asrul Effendi Bin Kamaruzzaman, Penolong Kurator Unit Manumen dan Tapak Sejarah Lembaga Muzium Negeri Sembilan saat rombongan DPD Association of the Indonesia Tours and Travel (ASITA) Riau berkunjung, Musium Diraja Seri Meranti merupakan salah satu istana lama Malaysia yang indah dari segi bentuk seni bina tradisional. Dibuat dalam tahun 1905 dan siap pada tahun 1908 oleh tukang kayu yang mahir dan terkenal bernama Kahar dan Taib. Salah satu yang menarik mengenai istana ini adalah dalam pembuatannya tidak menggunakan sebuah pakupun.
Istana ini dibangun dengan empat lantai dan ditopang dengan 99 batang kayu. Beberapa kayunya diambil dari Bukittinggi malah. Di tengah-tengah bangunan istana ini didirikan menara yang dinamakan Tingkat Gunung. Struktur atas bangunan menggunakan kayu cengal yang berbentuk Lipatan Gunting. Pada lantai pertama istana ini digunakan sebagai Balai Rong Seri untuk upacara menghadap raja. Lantai ke dua tempat tidur atau ruang istirahat keluarga kerabat raja dan lantai tiga dikhaskan untuk Yang Dipertuan Besar dan tingkat empat sebagai tempat raja memantau rakyatnya.
Atap istana terbuat dari potongan kayu, tapi tidak bergonjong sebagaimana bangunan lamanya yang dulu pernah dibakar oleh tentara Inggris. Di luar istana ada batu kasur dan replika batu bertikam. Dua batu ini yang aslinya ada di Batusangkar, Sumatera Barat. Di halaman istana ada dua bangunan dengan ciri khas Minangkabau yang saling berhadap-hadapan. Di depannya ada halaman untuk bermain yang dijadikan sebagai Medan nan Bapaneh.
Di dalam istana, terdapat beberapa catatan-catatan sejarah tentang asal muasal raja-raja di Negeri Sembilan. Dari catatan yang ada dan ditempel di dinding istana, sangat banyak menyebut kata-kata dari Minangkabau dan Pagaruyung. Dari silsilah yang ada membuktikan raja-raja Negeri Sembilan berasal dari keturunan Kerajaan Pagaruyung.
Di istana ini semuanya memang ala tradisional. Apa adanya dan belum tersentuh dengan perkembangan multimedia ala musium-musium lainnya. Ingin yang lebih maju dan serba multimedia, kita bisa pergi ke Musium Adat di Jelebu.
Di Jelebu ini, rasa Minangkabaunya sangat kental. Di musium maupun bangunan di sekitarnya, rata-rata menggunakan atap bagonjong. Persis gonjongnya seperti di Sumatera Barat. Orang-orang di pasar sering menggunakan bahasa Minang dalam kesehariannya.
Saat rombongan ASITA Riau yang dipimpin Ibnu Masud memasuki musium yang diresmikan tahun 2008 ini, seorang ibu langsung menyambut dengan bahasa Minang yang sangat pas. ''Awak dari Payokumbuah, nenek jo inyiak ambo dari sinan. Tapi awak indak pernah pulang. Indak ado pitih,'' kata Asmerino (43).
Azmerino yang bersuku Caniago ini mengaku selalu berbahasa Minang di rumah maupun di pasar. Apalagi di pasar banyak orang Minang dan rata-rata menjadi saudagar di Negeri Sembilan. ''Kalau bajumpo, kami alah babahaso Minang sajo,'' jelasnya.
Di Musium Adat terhimpun cerita berbagai aspek kehidupan masyarakat Malaysia yang dianggap adat. Selain itu juga memamerkan aspek-aspek kehidupan adat melalui artifak dan naratif. Semuanya menjadi produk wisata.
Musium ini berdiri dengan empat lantai dengan kekhasan berbeda-beda. Ada satu lantai yang khusus menceritakan tentang adat merantau orang Minang yakni di Galeri Aras 3 yakni Adat Perpatih. Di sini akan lebih jelas diceritakan tentang kedatangan orang-orang Minang ke Negeri Sembilan.
Menurut Rosman Bin Ayub, Pembantu Museum Kanan, Adat Perpatih Negeri Sembilan adalah variasi adat alam Minangkabau. Adat Perpatih melestarikan kehidupan masyarakat tempatan melalui prinsip kerukunan hidup termasuk konsep dan amalan budi, undang-undang, perlembagaan, kuasa adat, kepentingan harta, kekeluargaan, asal muasal alam, dan aspek-aspek kehidupan yang lain.
Walaupun Adat Perpatih yang diamalkan oleh masyarakat pedalaman Negeri Sembilan telah melalui proses pengubahsuaian, namun dasar adat ini masih kekal yakni menasabkan keturunan berdasarkan garis ibu atau matrilineal dan ini sama dengan di Sumatera Barat.
Di dalam musium juga dipajang peta-peta perjalanan orang-orang tempo dulu dari Sumatera Barat, lalu ke Siak dan terus ke Malaysia. Juga ada ranji-ranji keturunan raja-raja yang bermula dari Iskandar Zulkarnain. Talempong, kuda lumping, wayang kulit dan gamelan juga dipajangkan sebagai sebuah kebudayaan warga Malaysia.
Orang-orang di Negeri Sembilan memang susah untuk dibedakan dengan orang Minang. Tidak hanya masalah adat istiadat, dalam hal makanan pun tak jauh-jauh bedanya. Yang namanya masakan bersantan atau gulai, selalu ada dalam menu kalau kita makan di rumah-rumah makan di daerah ini. Semuanya serba kental dan pedas. Wajarlah saat Shanghai World Expo 2010, Malaysia tampil dengan stan ala rumah bagonjong.
Alamnya juga banyak bukit, gunung, sungai, lembah hingga pantai seperti di Sumatera Barat. Semuanya sudah digarap oleh pihak Kerajaan dan pihak swasta dalam hal ini Malaysian Association of Tour and Travel Agents (MATTA) Negeri Sembilan dengan baik. Semua infrastruktur jalan sudah terbangun ke pusat-pusat pariwisata di negeri ini. Walaupun kendaraannya sepi, tapi tol tetap dibangun demi menunjang pelancongan.(bersambung)
Belajarlah ke Cina...
Saya tidaklah akan mengungkapkan kemarahan atas kepindahan kantor BOB tersebut ke Jakarta. Saya berprasangka baik saja. Mungkin Pertamina lagi efisiensi dan menggabungkan semua kantornya ke Jakarta. Berhemat, mungkin itu ceritanya.
Hanya saja, Jakarta ini yang kini jadi persoalan. Sebagai pusat pemerintahan, kita sudah tahu Jakarta sudah sangat padat. Arus urbanisasi seakan tidak terkendali, migrasi dari berbagai tempat di nusantara ini. Tujuannya Jakarta lagi.
Nah, Pertamina pun menambah parah Jakarta dengan memindahkan kantor BOB. Otomatis karyawan yang ada di Riau boyongan ke Jakarta. Wah, bertambah padat tuh Jakarta. Terlihat di sini Pertamina kurang peduli dengan dampak negatif urbanisasi. Padahal, dengan kantor BOB di Pekanbaru, cukup membantu mengurangi dampak urbanisasi ke Jakarta.
Kita di Indonesia ini kurang belajar dengan cara Cina mengurangi dampak negatif urbanisasi di kota-kota besar utamanya. Padahal, rata-rata orang Indonesia bergaul dengan orang Cina, walaupun itu sebatas keturunan. Malah, Rasulullah SAW pun memerintahkan kita untuk belajar walau ke negeri Cina. Cina adalah negara yang paling berhasil menekan arus urbanisasi.
Untuk menghidupkan seluruh kota dan desa, Cina membuat kebijakan yang ketat soal tanah. Kalau di kota, semua tanah adalah milik negara. Mau berusaha atau bangun rumah, harus menyewa kepada pemerintah. Lain hal di desa, tanah dijual murah dan bisa jadi hak milik. Makanya, banyak investor dari kota berlomba-lomba ke desa. Alhasil, kota dan desa sama-sama maju.
Untuk mendukung semua ini, pemerintah Cina menyelesaikan semua infrastruktur jalan. Hingga ke desa-desa jalannya mulus dan dibuat dengan sistem higway. Jadi jangan heran, di Cina, tol-tolnya sampai ke desa-desa. Perekonomian desa pun bergairah. Industri tumbuh dimana-mana. 2/3 perusahaan harus bangun usaha dan kantornya di kota kecil. Jadi wajar saja kalau saat ini pasar dunia dikuasai oleh Cina.
Kalau kita kan terbalik. Semuanya harus diselesaikan di Jakarta. Semuanya dibangun tak jauh dari tugu Monas. Kantor-kantor perusahaan yang mengeruk minyak di tepi Sungai Mandau pun menjulang tinggi di jalan utama Kota Jakarta. Tambah pusinglah Fauzi Bowo, Gubernur DKI menyikapi semua ini. Jakarta tambah sembrawut. Daerah-daerah hanya bisa gigit jari dan kian sulit.***
Sampaikan Kebenaran Itu Walaupun Pahit
Mantan Kabareskrim Mabes Polri ini benar-benar berani menelanjangi institusinya dan beberapa institusi hukum lainnya. Beberapa nama yang disebutkan Susno sudah dijadikan tersangka. Susno memang sudah kepalang basah semenjak dirinya dicopot dari Kabareskrim. Katanya sih tanpa ada salah dari dirinya. Tiba-tiba dia yang dicopot. Kini pun dia jadi tersangka dalam kasus mafia juga.
'Balas dendam' dengan membongkar berbagai kebobrokan polisi itulah yang dilakukan pelantun Cicak lawan Buaya ini. Besar harapan rakyat di negeri ini Susno benar-benar jujur dalam membongkar kemungkaran walaupun hasilnya pahit. Jangan sampai ada kebohongan. Ingat, kejujuran dan kebohongan bukan sesuatu yang berdiri sendiri tetapi berkaitan dengan keadaan sebelumnya dan membawa implikasi pada sesudahnya.
Secara sunatullah, jiwa manusia itu didesain untuk berbuat jujur. Dalam Surat Al Baqarah ayat 286 Allah katakan bahwa manusia akan memperoleh pahala atas perbuatan baik yang dikerjakan, dan memperoleh hukuman dari perbuatan buruk yang dilakukan.
Manusia jika bertindak jujur, mengerjakan perbuatan kebaikan, maka secara psikologis ia akan melakukannya dengan nyaman, karena tidak disertai oleh konflik batin. Tetapi untuk tidak jujur, untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan bisikan hati nuraninya, maka manusia harus bersusah payah berjuang melawan nuraninya sendiri yang tidak mau diajak kompromi.
Semoga Susno betul-betul nyaman setelah mengatakan sesuatu yang benar. Kenyamanan bathin adalah segala-galanya. Walau badan terkurung, tapi kalau bathin nyaman itu merupakan sesuatu yang indah. Masa lalu, tidak sedikit tokoh-tokoh atau ulama terkenal dijebloskan ke bui karena mengungkap suatu kebenaran. Semoga engkau selalu dalam perlindungan Allah, jenderal!!!
Rabu, 12 Mei 2010
Tebang Pilih Penegakkan Hukum
Pernyataan yang disampaikan Rasulullah SAW dalam hadistnya ini, kini semakin dilupakan banyak orang. Rasulullah SAW sangat tegas dalam penegakkan hukum terhadap siapa saja. Sampai-sampai dia menyatakan, jika yang mencuri itu anaknya Fatimah, maka Rasul sendiri yang akan memotong tangannya.
Kesan positif di sini, hukum harus ditegakkan tanpa tebang pilih atau pilih kasih. Biar dia terhormat, kalau dia salah, jatuhkan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika yang berbuat salah orang lemah alias kurang terhormat, perlakukan juga dia sesuai dengan hukum yang berlaku.
Istilah tebang pilih, sebenarnya ada nilai positif kalau diletakkan pada tempatnya. Tebang pilih diterapkan di hutan sebelum maraknya illegal logging sangat cocok agar tidak terjadi kerusakan hutan. Pohon yang ditebang harus dipilih-pilih sehingga tidak terjadi pembabatan. Tapi kalau tebang pilih dalam hukum, meranalah bangsa ini.
Kalau pilih kasih, kesannya negatif. Di sini ada perlakuan khusus pada orang-orang tertentu dan mengenyampingkan orang lain yang seharusnya juga diperlakukan sama. Hasilnya, akan timbul kecemburuan sosial. Kalau cemburu sosial dibiarkan berlarut, akan mengarah kepada konflik.
Kondisi penegakkan hukum kita saat ini, tak terlepas dari tebang pilih dan pilih kasih. Semua ini sudah menjadi rahasia umum. Banyak orang sudah tahu bagaimana perangai hukum di negeri tercinta ini.
Karena budaya tebang pilih dan pilih kasih sudah terpatri, makanya banyak kasus-kasus yang hilang begitu saja. Dipeti-eskan orang menyebutnya kalau tidak di SP3-kan. Banyak sudah kasus yang timbul tenggelam, tak tahu juntrungnya. Ada pula yang hangat-hangat tahi ayam. Ujung-ujungnya, nonsense belaka.
Sebuah kerja keras menegakkan hukum tanpa tebang pilih dan pilih kasih. Apalagi dengan maraknya makelar-makelar kasus yang kesemuanya berujung kepada atas nama uang. Maka makin jauhlah rakyat kita dari perlakuan hukum yang adil tanpa tebang pilih dan pilih kasih.***
Sabtu, 24 April 2010
Laknat buat Penyuap, Penerima Suap dan Makelar
Tinjauan soal suap dari sisi agama Islam sangat penting didedahkan kembali. Walaupun sebagian umat Islam sudah memahami betapa berdosanya melakukan praktek suap, namun banyak kasus terus terjadi dan terbongkar ke permukaan di negeri tercinta ini.
Banyak kasus yang telah mencuat ke permukaan. Mulai kasus Gayus Tambunan di Dirjen Pajak, ada nama Bahasyim Assifie, Sjahril Johan, Susno Duadji hingga petugas kebersihan yang membobol pajak di Surabaya.
Nama yang muncul tidaklah suap, tapi diperkeren lagi dengan nama makelar kasuslah, mafia pencuri dan berbagai nama-nama samaran lainnya. Tapi kesimpulan akhirnya tetaplah suap. Di sana ada penyuap, lalu penerima suap dan ada perantaranya.
Kalau penyuap, tentulah subjek utamanya. Misal dalam kasus pajak. Agar tidak banyak kena pajak, diupayakan mempengaruhi petugas pajak. Dalam proses mempengaruhi atau mencari jalan keluar ini, ada yang namanya makelar. Si makelar menjadi perantara antara wajib pajak dengan petugas pajak. Deal, petugas pajak pun mencari cara agar wajib pajak tak kena pajak seperti yang terbongkar di Surabaya.
Tidak hanya di pajak, dalam berbagai kasus, praktik suap sudah membudaya. Sungguh, saat ini banyak orang tidak takut lagi berbuat dosa. Tidak takut dengan akhirat. Dia hanya memikirkan apa kata dunia kalau rumahnya tidak mewah, hartanya tak berlimpah. Celakanya, uang hasil suap digunakan untuk sedekah atau membantu rumah ibadah dan fakir miskin. Bukannya dapat pahala, tapi bertambahlah dosanya.
Ayolah, marilah kita kembali ke jalan Allah. Tinggalkan suap dalam kehidupan. Dalam Surat Al Baqarah ayat 188 Allah berfirman; Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui''.***
Sabtu, 17 April 2010
Keberingasan di Makam Mbah Priok
Keberingasan akibat agresif dan destruktif orang-orang dalam kerumunan di komplek makam Habib Hasan bin Muhammad al-Haddad alias Mbah Priok sudah kita lihat dan saksikan bersama melalui layar kaca maupun foto-foto di media ini. Berdarah-darah, asap hitam pun membubung tinggi akibat pembakaran puluhan mobil milik pemerintah.
Priok kembali berdarah, setelah puluhan tahun lalu juga pernah terjadi tragedi berdarah di wilayah ini. Tiga orang tewas, 144 terluka. Pemicunya, penertiban bangunan liar dan pemugaran makam yang dianggap keramat oleh warga di sana. Warga pun tak terima, bentrokan bersenjata antara warga dengan Satpol PP plus polisi pun tak bisa dihindari. Karena sama-sama emosional, akal sehat pun hilang. Yang muncul adalah sama-sama beringas.
Agresif dan destruktif merupakan perilaku yang identik dengan eksistensi kerumunan. Tragisnya, dalam kerumunan sangat mudah terpancing isu yang akan melahirkan tindakan yang irasional. Dalam situasi ini, komunikasi tidak lagi efektif karena sudah didahului dengan miskomunikasi.
Di tengah-tengah kerumunan, yang berkembang adalah isu Satpol PP akan hancurkan makam Mbah Priok. Sebagai makam yang dianggap keramat, warga pun mempertahankan mati-matian agar tak bisa dijamah oleh alat berat yang dikerahkan Pemprov DKI. Padahal makam hanyalah kuburan. Tak ada yang keramat di sana. Memang Islam memerintahkan kita untuk ziarah kubur lalu berdoa kepada Allah, tapi jangan sampai pula berdoa kepada kuburan. Menaruh sesajian atau membawa tanah kuburan untuk dijadikan jimat. Jatuhnya sirik.
Kalaulah mengikut rencana Pemprov DKI yang akan memugar kawasan makam agar lebih cantik, sebenarnya ini sebuah upaya yang baik. Tetaplah kawasan ini dijadikan situs budaya untuk mengenang jasa-jasa Habib Hasan bin Muhammad Al-Haddad sang ulama kelahiran 1727 yang menyebarkan agama Islam di Jakarta.
Selasa, 13 April 2010
Duit Pajak Dijarah, Apa Kata Dunia?
Ehhh...muncul lagi nama Bahasyim Assifie, mantan pejabat Ditjen Pajak yang kekayaannya allahurabi banyaknya. Total jumlah kekayaannya kalau diuangkan semua berjumlah Rp600 miliardan ini meninggalkan jauh harta milik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang hanya sekitar Rp7 miliar.
Kini orang tidak mencibir lagi, tapi sudah memaki hamun atas prilaku buruk oknum orang-orang pajak ini. Melesatnya kasus dugaan makelar pajak Gayus Tambunan membuat Direktorat Jenderal Pajak terus menerus menjadi sorotan. Apalagi, ada sinyalemen Gayus-Gayus lainnya bertaburan di kantor pajak. Tak pelak, kasus Gayus menjadi gunjingan hangat di kalangan masyarakat menyusul santernya pemberitaan media, baik di elektronik, cetak dan internet.
Tak heran, jika slogan yang kerap digunakan oleh Ditjen Pajak untuk mengkampanyekan kesadaran membayar pajak semakin populer. Slogan Apa Kata Dunia diiklankan oleh Ditjen Pajak melalui berbagai jenis media, baik media luar ruang hingga media massa.
Iklan itu menampilkan sejumlah orang, seperti pria tua botak yang menengadahkan tangan dengan mimik muka bergaya meledek. Pernyataan yang muncul, punya penghasilan tak punya NPWP, Apa Kata Dunia. Iklan lainnya juga muncul dalam berbagai versi dan bintang iklan mulai dari ibu berkacamata dengan gaya melotot, juga gadis dan pria muda yang tersenyum sembari menengadahkan tangan.
Slogan Apa Kata Dunia kini pun diplesetkan jadi Apa Kata Akherat. Hidup serba mewah, harta berlimpah adalah teman keseharian Gayus-gayus dkk. Apalagi bos-bosnya Gayus, tentulah sudah punya 'surga dunia' semuanya.
Sebagai pembayar pajak, wajarnya banyak orang memaki hamun ketika uang yang disetor dijarah untuk kepentingan pribadi oknum petugas maupun pejabatnya. Walaupun mereka banyak bermain pada tataran fee para pembayar pajak kelas wahid, namun para penaat-penaat pajak tetap tergores hatinya.
Kasus makelar pajak kini menjadi persoalan yang sistemik. Berdampak sangat luas. Banyak wajib pajak kini mulai enggan untuk menyetorkan kewajibannya. Alasannya sangat masuk akal sebagai imbas dari kekecewaan mendalam terhadap bocornya uang pajak yang pelakunya juga oknum orang-orang pajak. Entah berapa triliun uang yang hilang ke saku-saku pegawai atau pejabat yang tidak takut dengan hari akherat.
Sebuah rekaanpun muncul. Bila pegawai pajak jumlahnya 32.000, seandainya yang bermental seperti Gayus Tambunan 10 persen saja, maka 3.200 dikalikan Rp25 miliar, hasilnya sudah Rp80 triliun. Seandainya yang bermental seperti Gayus Tambunan itu, misalnya 90 persen, maka 28.000 dikalikan Rp25 miliar, maka hasilnya mencapai Rp720 triliun. Sungguh luar biasa. Apa kata akherat, coi...(*)
Suku-suku Asli di Indonesia
2 SUMUT: Suku Batak, Suku Karo, Suku Mandailing, Suku Angkola, Suku Toba, Suku Pakpak, Suku Simalungun.
3 SUMBAR: Suku Minang
4 RIAU: Suku Bonai, Suku Sakai, Suku Talang Mamak
5 KEPRI: Suku Melayu, Suku Anak Laut
6 JAMBI: Suku Anak Dalam (Anak Rimbo), Suku Batin, Suku Kubu.
7 SUMSEL: Suku Palembang, Suku Komering, Suku Pasenah.
8 BANGKA BELITUNG: Suku Bangka, Suku Belitung
9 BENGKULU: Suku Mukomuko, Suku Rejang, Suku Pekal, Suku Lembak, Suku Serawai, Suku Pasemah, Suku Kaur, Suku Enggano, Suku Melayu.
10 LAMPUNG: Suku Abung, Suku Ranau, Suku Lampung.
11 DKI JAKARTA: Suku Betawi
12 JAWA BARAT: Suku Sunda, Suku Jawa
13 BANTEN: Suku Baduy
14 JAWA TENGAH: Suku Jawa
15 JOGJAKARTA: Suku Jawa
16 JAWA TIMUR: Suku Jawa, Suku Bawean
17 BALI: Suku Bali Majapahit, Suku Bali Aga
18 NTB: Suku Bima, Suku Boti, Suku Dompu, Suku Donggo, Suku Bima, , Sumbawa, Suku Indo-Arya
19 NTT: Suku Alordi, Suku Atoni, Suku Dawan, Suku Manggarai, Suku Sumba, Suku Lamaholot, Suku Belu, Suku Rote, Suku Lio,
20 KALBAR: Suku Kanayatn, Suku Ibandi, Suku Mualang, Suku Bidayuh, Suku Mali, Suku Seberuang, Suku Sekujam, Suku Sekubang, Suku Ketungau, Suku Desa, Suku Kantuk, Suku Ot Danum atau Dohoi, Suku Limbai, Suku Kebahan, Suku Pawan, Suku Tebidah.
21 KALSEL: Suku Banjar, Suku Bakumpai, Orang Barangas, Suku Bukit, Orang Dayak Pitap, Suku Dayak Hulu Banyu, Suku Dayak Balangan, Suku Dusun Deyah, Orang Dayak Warukin, Suku Samihim, Orang Bugis Pagatan.
22 KALTENG: Suku Dayak, Suku Punan, Suku Ngaju, Suku Siang Murung, Suku Bara Dia, Suku Ot Danum, Suku Lawangan, Suku Dayak Bawo, Suku Tunjung, Suku Benuaq, Suku Bentian, Suku Bukat, Suku Busang, Suku Ohong, Suku Kayan, Suku Bahau, Suku Penihing, Suku Punan, Suku Modang, Suku Basap, Suku Ahe, Suku Tagol, Suku Brusu, Suku Kenyah, Suku Lundayeh, Suku Dusun, Suku Maanyan, Orang Maanyan Paju Sapuluh, Orang Maanyan Paju Epat, Orang Maanyan Dayu, Orang Maanyan Paku, Orang Maanyan Benua Lima Maanyan Paju Lima.
23 KALTIM: Suku Bajau, Suku Berau, Suku Pasir
24 SULSEL: Suku Bentong, Suku Bugis, Suku Duri
25 SULTENG: Suku Ampana, Suku Balantak, Suku Banggai, Suku Bungku, Suku Buol, Suku Dampeles.
26 SULUT: Suku Bolang Mongondow, Suku Minahasa, Suku Sangir, Suku Gorontalo
27 SULBAR: Suku Mandar, Suku Toraja, Suku Bugis
28 SULTENGGA: Suku Buton, Suku Bugis, Suku Tolaki,Suku Muna
29 GORONTALO: Suku Gorontalo, Suku Bajo, Suku Sangir
30 MALUKU: Suku Ambon, Suku Aru, Suku Buru, Suku Kei, Suku Banda.
31 MALUKU UTARA: Suku Togutil, Suku Module, Suku Pagu, Suku Ternate, Suku Makian Barat, Suku Kao, Suku Tidore, Suku Buli, Suku Patani, Suku Maba, Suku Sawai, Suku Weda, Suku Gne, Suku Makian Timur, Suku Kayoa, Suku Bacan, Suku Sula, Suku Ange, Suku Siboyo, Suku Kadai, Suku Galela, Suku Tobelo, Suku Loloda, Suku Tobaru, Suku Sahu.
32 PAPUA: Suku Aitinyo, Suku Aefak, Suku Asmat, Suku Agast, Suku Dani, Suku Ayamaru, Suku Mandacan, Suku Biak, Suku Serui, Suku Damal
33 PAPUA BARAT: Suku Aitinyo, Suku Aefak, Suku Asmat, Suku Agast, Suku Dani, Suku Ayamaru, Suku Mandacan, Suku Biak, Suku Serui, Suku Damal.
Sabtu, 03 April 2010
Menikmati Hawa Sejuk Tahura Sultan Syarif Hasyim
Susuri Logging Track, Terinjak Jejak Harimau
Sayup-sayup, suara cainsaw terdengar raungannya. Kalau diukur dari tempat mendengar suara itu dengan lokasi mesin pembabat kayu tersebut, sudah bisa dipastikan mereka lagi menumbangkan kayu-kayu di kawasan Grand Forest Park atau Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Riau.
ITULAH ancaman terbesar Tahura yang terletak di Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak dan Kampar. Tahura luasnya sesuai dengan Keputusan Menhutbun No 348/Kpts-II/1999 tanggal 26 Mei 1999 yakni 6.172 hektare. Dari Pekanbaru untuk mencapai lokasi ini bisa ditempuh setengah jam perjalanan dengan roda empat.
Dari luar, hanya terlihat rimbunan pepohonan dan sedikit semak belukar serta pintu gerbang. Tapi kalau masuk lebih dalam lagi, akan ditemukan nuansa alam yang luar biasa. Udaranya segar dan sejuk. Rapatnya pepohonan telah mengubah hawa panas menjadi teduh.
Bagi yang tidak pernah ke Tahura, kesan pertama saat masuk ke dalam adalah kedamaian. Suara serangga, burung dan binatang lainnya membuat fress. Belum lagi dengan telah diaspal dan adanya semenisasi jalan utama, membuat pengunjung tidak akan terkendala saat menunggangi kendaraan roda empatnya.
''Luar biasa Tahura ini,'' kata Septina Primawati Rusli. Kehadiran istri Gubernur Riau di Tahura dalam rangka meninjau bumi perkemahan. Hal ini berkaitan dengan jabatan Septina sebagai Ketua Kwartir Daerah (Kwarda) 04 Gerakan Pramuka Riau.
Pepohonan kiri dan kanan jalan sangat rapat dan besar-besar. Selain jalan utama yang bisa dilewati kendaraan roda empat, ada fasilitas logging track. Fasilitas untuk pejalan kaki yang ter buat dari cetakan semen berbentuk empat persegi panjang ini bisa dinikmati sejauh 5 kilometer.
Jalurnya berliku-liku, menurun dan mendaki di sela-sela pepo honan yang sebagian sudah dipasangi plang nama. Dari Guest House yang tak jauh dari pintu masuk, track ini sudah bisa dinikmati dan menjadi jalan pintas menuju arena permainan hingga bumi perkemahan. ''Berjalan di logging track lebih cepat sampai ke bumi perkemahan dari pada melalui jalan utama. Suasananya teduh dan segar,'' kata Kepala Dinas Kehutanan Riau, Zulkifli Yusuf.
Di areal permainan, tersedia berbagai fasilitas untuk anak-anak. Ada juga bangunan pusat informasi Tahura, tempat parkir, pos P3K dan musala. Di antara pepohonan juga berdiri pondok wisata atau bungalow. Tak jauh dari areal bermain, ada pendopo. Untuk menuju ke pendopo pengunjung harus menaiki tangga sebanyak 80 buah. Letaknya agak di puncak bukit. Sejuk dan segar udaranya walau matahari sepenggalan.
Di bumi perkemahan yang saat ini sudah dibangun seluas 30 hektare, juga tersedia banyak fasilitas. Ada balai utamanya yang bisa menampung ratusan orang. Bangunannya berlantai dua. Berada di atasnya bisa memandangi rimbunnya pepohonan di Tahura. Lapangan tempat berkemah juga sudah datar dan sekelilingnya sudah dibangun jalan dengan paving blok. Ini dibangun melalui proyek Dispora.
Menuju bangunan dua toilet di sekitar bumi perkemahan, dihubungkan dengan jembatan kayu. Sayangnya jembatan kayu tersebut kini sudah lapuk. Sebagian besar lantainya roboh. Bisa dilewati, tapi harus hati-hati.
Toilet dan tempat berwuduk sebenarnya sangat bagus. Ada delapan bangunan toilet yang letaknya agak berjarak. Satu bangunan, ada sekitar 16 kamar mandi. Di luarnya disediakan kran untuk berwuduk. Karena tidak dipakai, kini toilet tersebut mulai rusak. Semak tumbuh di sana-sini. Pohon palem yang ditanam di sana pun merangas, daunnya menguning.
Tak jauh dari bangunan toilet, ada plang. Hati-hati!!! Ada Binatang Buas. Begitu bunyi pengumuman di plang tersebut. Ada gambar harimau di plang itu. Memang, di depan toilet tersebut hutannya masih sangat alami. Lebat.
Ternyata benar-benar bukan sekedar pengumuman. Di saat rombongan istri Gubernur Riau dan pengurus Kwarda 04 Gerakan Pramuka Riau menyusuri logging track hendak ke bumi perkemahan, di tengah jalan terinjak jejak harimau Sumatera. Cukup besar jejak yang ditinggalkan dan masih basah. ''Masih baru dia lewat di sini. Biarlah saya jalan di depan,'' kata Zulkifli Yusuf.
Sebenarnya, Tahura kalau dikelola dengan serius akan mendatangkan PAD cukup besar. Selain sudah tersedianya plaza bermain anak-anak, bumi perkemahan, juga ada Pusat Pelatihan Gajah, danau Tahura, Sungai Takuana, taman safari burung serta areal pendidikan dan penelitian.(*)
Kamis, 01 April 2010
Jangan Biarkan Maulid Nabi Kehilangan Ruh
Di beberapa daerah, peringatan maulid nabi diselenggarakan dengan cara-cara unik. Ada yang namanya Grebeg Maulid, arak-arakan tumpeng, keliling kota dengan obor. Lalu ada pula acara makan-makan sambil menggelar kesenian rebana, memasak lemang di surau-surau atau masjid.
Sebenarnya, acara-acara peringatan Maulid Nabi seperti ini tentulah baik dalam kacamata mempererat silaturahmi di antara warga. Apalagi peringatan Maulid juga menampilkan para ustad, kia, juru dakwah, akademisi, tokoh masyarakat, dan bahkan pejabat negara untuk mengupas berbagai sisi kehidupan Rasulullah SAW yang penuh dengan ketauladanan.
Hanya saja, ada hal-hal yang mesti kita renungkan bersama ketika hari-hari ini kita menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi. Semestinya, jangan sampai acara peringatan Maulid Nabi hanya sebatas tradisi, hanya sebagai kebiasaan tahunan yang kering makna, tidak ber-ruh dan tak berjiwa.
Seharusnya, kecintaan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW tidak hanya cukup dengan menggelar peringatan hari lahir beliau. Bahkan juga tidak cukup hanya dengan pembelaan 'mati-matian' terhadap Rasulullah SAW saat beliau dicaci, dihina dan direndahkan kelompok Barat, seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya.
Kecintaan pada Rasulullah SAW itu tidak boleh hanya berhenti di sini. Ada hal penting dan bahkan sangat penting ketika kita mencintai Rasulullah SAW. Yakni, bagaimana keteladanan beliau itu bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin bangsa.
Dalam pengelolaan negara, Rasulullah SAW sangat jelas memerintahkan penegakan hukum tanpa pandang bulu. Sampai-sampai Rasulullah SAW mengatakan,''Seandainya Fatimah anakku mencuri, maka akan saya potong tangannya.'' Beliau juga mengatakan bahwa orang yang menyuap dan disuap sama-sama di neraka.
Apa yang lagi terjadi di negara kita saat ini, dalam penerapan keputusan terkait korupsi ataupun kasus kriminal lainnya, keteladanan Rasulullah SAW harus menjadi referensi utama. Berat memang untuk menerapkannya. Apalagi dengan berbagai kepentingan politik yang melekat pada pemimpin-pemimpin bangsa. Tapi kalau dijalankan penuh istiqomah, Insya Allah akan berhasil.***
Rabu, 31 Maret 2010
Ayunan Leighton yang Menakutkan
Kedua, isu runtuhnya jembatan Siak I atau Leighton dan jembatan Siak II yang melintasi Sungai Siak di Kota Pekanbaru. Ini juga kali pertama kedua jembatan ini diisukan rubuh. Isu ini pun ditanggapi serius oleh banyak pihak di kota ini.
Tak pelak, Kepala Dinas Pemukiman Umum (PU) Provinsi Riau, Firdaus ST MT yang mendapat informasi tersebut langsung turun dan melakukan peninjauan terhadap kedua jembatan tersebut. Firdaus memerintahkan tiga orang stafnya turun ke bawah jembatan untuk melihat kondisi jembatan. Setelah memastikan tidak ada yang retak, atau tanda-tanda membahayakan, tiga orang stafnya langsung melaporkan bahwa kondisi jembatan dalam keadaan baik.
Dari kedua isu ini, untuk soal bom, sepertinya sudah biasa di tanah air. Teror bom dalam beberapa tahun terakhir terjadi di mana-mana. Dari isu bom di pusat perbelanjaan, gedung bertingkat hingga pesawat terbang. Namun untuk isu jembatan rubuh dan itu pun dua buah sekaligus, baru kali ini.
Terlepas dari pekerjaan iseng siapapun orangnya, isu jembatan Leighton rubuh patutlah menjadi perhatian bersama. Memang jembatannya belumlah rubuh, tapi untuk Leighton, kita haruslah waspada. Untungnya baru sekedar isu, coba kalau benar-benar rubuh, dipastikan bakal banyak korban jiwa.
Tanggal 19 April 2010, Jembatan Leighton sudah berusia 33 tahun. Secara rancang bangun, jembatan ini dipersiapkan untuk usia 50 tahun. Kalau dihitung-hitung, tersisa 17 tahun lagi jembatan dengan panjang 350 meter tersebut bisa digunakan.
Namun dalam lima tahun terakhir, jembatan ini sudah mengkhawatirkan banyak orang. Seiring usia, kekuatannya mulai kendur. Ayunannya tidak lagi menyenangkan, tapi sudah menakutkan. Berbagai analisa-analisa bermunculan tentang mulai rapuhnya Leighton. Makanya, untuk mengurangi beban, dipasang portal di kedua sisi jembatan.
Menyikapi semua ini, pihak terkait haruslah bertindak cepat. Jembatan pengganti haruslah disegerakan menyiapkannya. Jangan tunggu rubuh, baru jembatan pengganti selesai dikerjakan. Jangan biarkan warga yang menggunakan jembatan ini terus dihantui ketakutan saat melintas. Sudah saatnya jembatan yang menjadi landmark kebanggaan Kota Pekanbaru tersebut istirahat untuk selamanya.***
Seperti Katak Dalam Tempurung
Malaysia dan Singapura adalah negara yang sangat serius menggarap industri pariwisata. Negara ini tidak seperti katak dalam tempurung dalam menyiapkan industri yang akan memberikan pemasukan terus menerus. Negara-negara ini sudah mempersiapkan dari awal agar pariwisatanya laris manis di pasaran dunia.
Awal dari segalanya adalah membangun prasarana, terutama jalan sebagai akses utama. Malaysia membangun tol-tol ke segala penjuru negeri, Singapura pun menyiapkan akses jalan yang nyaman, lebar dan tanpa macet. Tujuan dari semua ini adalah menciptakan ketenangan buat pembeli wisata.
Bagaimana Riau? Daerah ini sebenarnya sangat kaya dengan potensi wisata. Untuk wisata alam, ada Pulau Rupat yang katanya tak kalah eloknya dari Pulau Bali. Untuk wisata budaya, ada Candi Muara Takus, ada pula istana Siak. Ada pula hutan alam seperti Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT).
Sudahkah semua ini tergarap dan mendatangkan devisa menggiurkan buat daerah? Jawabannya sudah pasti belum. Semuanya belum ada penggarapan serius. Semuanya terkendala jalan dan infrastruktur pendukung lainnya.
Candi Muara Takus misalnya. Untuk sampai ke kawasan budaya ini jalannya minta ampun rusaknya. Dari aspek ini saja, sudah pasti membuat orang enggan datang ke sana. Begitu pula dengan Rupat, Istana Siak, TNTN serta TNBT. Semuanya terkendala jalan.
Tidak hanya pemerintah daerah yang berat menggarap kepariwisataan ini, tangan-tangan pusat juga terlihat enggan membantu Riau agar bisa menjual kemolekan daerahnya. Jalan-jalannya banyak rusak, tol yang diusulkan sejak beberapa tahun lalu, sampai saat ini tak juga ada kejelasan. Padahal dengan terbangunnya tol Pekanbaru-Dumai, sudah pasti banyak yang akan bisa dijadikan jualan buat para turis lokal maupun manca negara.***
Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang
DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...
-
MUHAMMAD SAW bukan hanya seorang nabi dan rasul, tapi juga manusia agung. Teladan yang menjadi uswatun hasanah buat semua manusia. Disegani ...
-
KETIKA Allah SWT menakdirkan awak muncul ke dunia ini pada 28 November 1972 lalu, sang Amak dan Buya memberi nama Nazirman Suwirda. Namun ...