Total Tayangan Halaman

Rabu, 31 Maret 2010

Seperti Katak Dalam Tempurung

INDUSTRI pariwisata tidak hanya cukup menjual kemolekan atau keindahan suatu tempat kepada orang lain. Lebih dari itu, aspek penyediaan dan pengadaan sarana serta prasarana penunjang dalam kepariwisataan adalah hal yang sangat penting. Indah betul suatu daerah tidak akan berarti jika untuk menuju ke sana sulitnya minta ampun.
  Malaysia dan Singapura adalah negara yang sangat serius menggarap industri pariwisata. Negara ini tidak seperti katak dalam tempurung dalam menyiapkan industri yang akan memberikan pemasukan terus menerus. Negara-negara ini sudah mempersiapkan dari awal agar pariwisatanya laris manis di pasaran dunia.
  Awal dari segalanya adalah membangun prasarana, terutama jalan sebagai akses utama. Malaysia membangun tol-tol ke segala penjuru negeri, Singapura pun menyiapkan akses jalan yang nyaman, lebar dan tanpa macet. Tujuan dari semua ini adalah menciptakan ketenangan buat pembeli wisata.
  Bagaimana Riau? Daerah ini sebenarnya sangat kaya dengan potensi wisata. Untuk wisata alam, ada Pulau Rupat yang katanya tak kalah eloknya dari Pulau Bali. Untuk wisata budaya, ada Candi Muara Takus, ada pula istana Siak. Ada pula hutan alam seperti Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT).
  Sudahkah semua ini tergarap dan mendatangkan devisa menggiurkan buat daerah? Jawabannya sudah pasti belum. Semuanya belum ada penggarapan serius. Semuanya terkendala jalan dan infrastruktur pendukung lainnya. 
  Candi Muara Takus misalnya. Untuk sampai ke kawasan budaya ini jalannya minta ampun rusaknya. Dari aspek ini saja, sudah pasti membuat orang enggan datang ke sana. Begitu pula dengan Rupat, Istana Siak, TNTN serta TNBT. Semuanya terkendala jalan. 
  Tidak hanya pemerintah daerah yang berat menggarap kepariwisataan ini, tangan-tangan pusat juga terlihat enggan membantu Riau agar bisa menjual kemolekan daerahnya. Jalan-jalannya banyak rusak, tol yang diusulkan sejak beberapa tahun lalu, sampai saat ini tak juga ada kejelasan. Padahal dengan terbangunnya tol Pekanbaru-Dumai, sudah pasti banyak yang akan bisa dijadikan jualan buat para turis lokal maupun manca negara.***

Tidak ada komentar:

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...