MAHA Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ini adalah arti dari ayat pertama surat Al Israa dalam Alquran.
Sekali dalam satu tahun, terutama akhir-akhir bulan Rajab, ayat ini sangat sering diperdengarkan serta dikupas maknanya, terutama oleh para ustad-ustad yang memberi ceramah tentang peristiwa Israk Mikraj. Banyak hal diceritakan bagaimana perjalanan Rasulullah SAW menembus ruang dan waktu.
Besok, kembali kita mendapati hari cukup bersejarah dan penuh makna itu. 27 Rajab 1431 Hijriyah, bertepatan dengan 10 Juli 2010. Setiap tahunnya, bagi negara kita, 27 Rajab ditetapkan sebagai hari libur nasional. Dengan dijadikan sebagai hari libur nasional, tentu saja harapan terbesarnya adalah mengingatkan kembali kepada semua muslim begitu pentingnya Israk Mikraj.
Hasil terbesar dari peristiwa Israk Mikraj adalah turunnya perintah salat dari Allah SWT untuk umat Muslim. Negosiasi dengan Allah SWT, akhirnya Rasulullah SAW harus menerima perintah salat dalam satu hari lima kali. Sebelumnya, Allah SWT memerintahkan jauh di atas angka lima kali.
Kalau yang namanya perintah, tentu saja berkonotasi harus dilaksanakan. Kalau tidak, akan ada konsekwensi atas ketidakpatu han atas perintah tersebut. Begitu halnya dengan salat lima waktu, sebagai umat Islam, kita wajib menjalankannya. Apapun kondisinya, salat harus dilaksanakan. Tak bisa berdiri, silakan duduk, tak bisa duduk boleh berbaring. Tak bisa menggerakkan tangan, bisa dengan hati saat berbaring. Kalau tidak bisa juga, mungkin saatnya kita disalatkan orang.
Karenanya, hisab pertama di kampung akhirat kelak adalah salat. Kalau baik nilai salatnya, selamatlah kita. Kalau tidak, bakal meranalah di neraka Jahannam. Makanya, kahadiran Israk Mikraj mengingatkan kita kembali dengan salat bagi yang belum malaksanakannya. Ingat, pembeda umat Muslim dengan umat agama lain adalah salat lima waktu. Salat adalah tiang agama. Kalaulah kita mengaku Muslim tapi tak menjalankan salat, apa yang akan kita bawa saat menghadap Allah SWT kelak.***
Total Tayangan Halaman
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang
DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...
-
MUHAMMAD SAW bukan hanya seorang nabi dan rasul, tapi juga manusia agung. Teladan yang menjadi uswatun hasanah buat semua manusia. Disegani ...
-
KETIKA Allah SWT menakdirkan awak muncul ke dunia ini pada 28 November 1972 lalu, sang Amak dan Buya memberi nama Nazirman Suwirda. Namun ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar