''SAYA diperas Rp100 juta,'' kata Bulyan Royan mantan anggota DPR yang saat ini terpidana kasus suap pengadaan 20 unit kapal patroli di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kemhub sebagaimana berita utama koran ini kemarin. Bulyan mengaku sudah setor Rp100 juta kepada Lapas Bangkinang yang dijanjikan akan dibangunkan ''rumah'' di lingkungan lapas.
Kita tahu Bulyan masuk penjara gara-gara kasus suap. Setelah terpenjara, giliran dia yang harus bayar suap demi kenyamanan di Lapas. Seperti rantai makanan, begitulah adanya fenomena suap, pemerasan maupun korupsi di Indonesia. Makan dan dimakan adalah hal yang biasa dalam rantai makanan tersebut.
Suap dan pemerasan di negeri ini benar-benar sudah menjadi kebiasaan yang sulit diberantas. Tidak payah sebenarnya menemukan praktik suap dan pemerasan dalam berbagai sektor kehidupan. Hanya saja untuk membuktikan praktik-praktik itu memerlukan kerja ekstra keras.
Tindakan suap dan pemerasan sebenarnya bisa diberantas, jika semua komponen bangsa serius mau memberantasnya, mengubah struktur dan sistem pemerintahan yang korup serta sikap masyarakat yang menyuburkan suap, pemerasan yang memicu tindakan korupsi.
Sebenarnya, kesederhanaan hidup para pemimpin dalam mengelola pemerintahan menjadi kunci yang sangat penting untuk diteladani. Suap, pemerasan dan korupsi akan sulit diberantas habis jika mental korup dan gaya hidup mewah yang akan melicinkan jalan pintas untuk melakukan korupsi.
Abu Bakar Siddik yang awalnya seorang saudagar kaya, di akhir hayatnya sebagai khalifah hanya memakan tumbukan tepung yang tidak halus, memakai pakaian kasar dan tidak punya apa-apa. Khalifah berikutnya, Umar bin Khathab, Umar bin Abdul Aziz ketika dilantik, dia melepaskan kekayaan dan dibagikan kepada rakyat yang diperoleh dari pejabat baik melalui penyalahgunaan kekuasaan atau dengan cara korupsi lainnya.
Rasulullah SAW bersabda, Allah melaknat penyuap, penerima suap, dan orang yang menyaksikan penyuapan (HR Ahmad). Adakalanya suap diberikan dengan maksud agar pejabat yang bersangkutan tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya. Suap jenis ini pun amat dihindari oleh para sahabat Nabi SAW.
Rasulullah pernah mengutus Abdullah bin Rawahah ke daerah Khaibar (daerah Yahudi yang baru ditaklukkan kaum muslim) untuk menaksir hasil panen kebun kurma daerah itu. Sesuai dengan perjanjian, hasil panen akan dibagi dua dengan orang-orang Yahudi Khaibar. Tatkala Abdullah bin Rawahah tengah bertugas, datang orang-orang Yahudi kepadanya dengan membawa perhiasan yang mereka kumpulkan dari istri-istri mereka, seraya berkata, perhiasan itu untuk anda, tetapi ringankanlah kami dan berikan kepada kami bagian lebih dari separuh. Abdullah bin Rawahah menjawab, Hai kaum Yahudi, demi Allah, kalian memang manusia-manusia hamba Allah yang paling kubenci. Apa yang kalian lakukan ini justru mendorong diriku lebih merendahkan kalian. Suap yang kalian tawarkan itu adalah barang haram dan kaum muslim tidak memakannya! Mendengar jawaban itu mereka serentak menyahut, ''Karena itulah langit dan bumi tetap tegak.''*
Total Tayangan Halaman
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang
DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...
-
MUHAMMAD SAW bukan hanya seorang nabi dan rasul, tapi juga manusia agung. Teladan yang menjadi uswatun hasanah buat semua manusia. Disegani ...
-
KETIKA Allah SWT menakdirkan awak muncul ke dunia ini pada 28 November 1972 lalu, sang Amak dan Buya memberi nama Nazirman Suwirda. Namun ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar