WALAU baru berstatus akan, dengan adanya persetujuan Menteri Keuangan dan Badan Anggaran DPR RI yang akan mengucurkan anggaran Rp23 miliar untuk pembangunan jalan layang atau flyover sepanjang 750 meter di Jalan Sudirman-Tambusai serta Jalan Sudirman-Imam Munandar Pekanbaru terasa agak menggembirakan juga.
Kalaulah proyek itu terealisasikan, berarti itulah jalan layang pertama yang dimiliki Riau. Sumpeknya Jalan Sudirman di dua titik yang disebutkan, otomatis akan lega dengan kehadiran jalan layang tersebut. Dengan sendirinya pula, tidak akan ada penumpukan kendaraan di dua persimpangan itu.
Dibandingkan jalan tol Pekanbaru-Dumai, proyek flyover di dua titik tersibuk itu baru menghabiskan masa tiga tahun penantian. Banyak sudah pakar-pakar perkotaan dan transportasi di daerah ini yang berucap pentingnya flyover di dua titik itu beberapa tahun lalu. Warga kota pun sudah lama pula berharap agar ada kenyamanan dalam berkendaraan di jalan-jalan utama dalam kota ini.
Kita tumpangkanlah harapan kepada penguasa-penguasa negeri ini agar segera mewujudkan proyek itu. Rasanya segan juga melihat Padangpanjang, sebuah kota kecil di Sumatera Barat yang sudah punya flyover walaupun belum selesai. Apalagi kalau pulang ke Padang yang sudah pula menyelesaikan jalan layang sepanjang 1.600 meter dari Duku ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM) dengan biaya Rp70,95 miliar dari APBN, alamak makin terasalah kota kita ini jauh tertinggal.
Jalan layang di Padang ini dibuat berdasarkan kemungkinan makin padatnya arus transportasi untuk menghindari kemacetan beberapa masa mendatang. Kalau kita di Pekanbaru, beberapa titik pertemuan jalan selalu didera kemacetan. Jalan tiadalah bertambah lebar, sementara volume kendaraan terus kian membesar.
Jadi sejak dulu, sangat patutlah ada flyover di Kota Pekanbaru yang pertumbuhan ekonominya sangat tinggi di Indonesia. Tapi entah kenapa, proyek-proyek itu bermunculan di kota lain yang volume kendaraannya cukup kecil dan ada kecenderungan menurun. Kita selalu telat mendapatkan sesuatu yang betul-betul berguna untuk kepentingan bersama. Namun bak kata pepatah, biarlah telat, daripada tidak dapat sama sekali.***
Total Tayangan Halaman
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang
DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...
-
MUHAMMAD SAW bukan hanya seorang nabi dan rasul, tapi juga manusia agung. Teladan yang menjadi uswatun hasanah buat semua manusia. Disegani ...
-
KETIKA Allah SWT menakdirkan awak muncul ke dunia ini pada 28 November 1972 lalu, sang Amak dan Buya memberi nama Nazirman Suwirda. Namun ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar