EMOSIONAL dan irasional berbuah keberingasan. Hasilnya, menang jadi bara, kalah jadi abu. Selalu saja dalam setiap persengketaan, yang menang dan yang kalah tidak dapat apa-apa. Yang ada hanyalah korban nyawa, harta dan benda.
Keberingasan akibat agresif dan destruktif orang-orang dalam kerumunan di komplek makam Habib Hasan bin Muhammad al-Haddad alias Mbah Priok sudah kita lihat dan saksikan bersama melalui layar kaca maupun foto-foto di media ini. Berdarah-darah, asap hitam pun membubung tinggi akibat pembakaran puluhan mobil milik pemerintah.
Priok kembali berdarah, setelah puluhan tahun lalu juga pernah terjadi tragedi berdarah di wilayah ini. Tiga orang tewas, 144 terluka. Pemicunya, penertiban bangunan liar dan pemugaran makam yang dianggap keramat oleh warga di sana. Warga pun tak terima, bentrokan bersenjata antara warga dengan Satpol PP plus polisi pun tak bisa dihindari. Karena sama-sama emosional, akal sehat pun hilang. Yang muncul adalah sama-sama beringas.
Agresif dan destruktif merupakan perilaku yang identik dengan eksistensi kerumunan. Tragisnya, dalam kerumunan sangat mudah terpancing isu yang akan melahirkan tindakan yang irasional. Dalam situasi ini, komunikasi tidak lagi efektif karena sudah didahului dengan miskomunikasi.
Di tengah-tengah kerumunan, yang berkembang adalah isu Satpol PP akan hancurkan makam Mbah Priok. Sebagai makam yang dianggap keramat, warga pun mempertahankan mati-matian agar tak bisa dijamah oleh alat berat yang dikerahkan Pemprov DKI. Padahal makam hanyalah kuburan. Tak ada yang keramat di sana. Memang Islam memerintahkan kita untuk ziarah kubur lalu berdoa kepada Allah, tapi jangan sampai pula berdoa kepada kuburan. Menaruh sesajian atau membawa tanah kuburan untuk dijadikan jimat. Jatuhnya sirik.
Kalaulah mengikut rencana Pemprov DKI yang akan memugar kawasan makam agar lebih cantik, sebenarnya ini sebuah upaya yang baik. Tetaplah kawasan ini dijadikan situs budaya untuk mengenang jasa-jasa Habib Hasan bin Muhammad Al-Haddad sang ulama kelahiran 1727 yang menyebarkan agama Islam di Jakarta.
Total Tayangan Halaman
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang
DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...
-
MUHAMMAD SAW bukan hanya seorang nabi dan rasul, tapi juga manusia agung. Teladan yang menjadi uswatun hasanah buat semua manusia. Disegani ...
-
KETIKA Allah SWT menakdirkan awak muncul ke dunia ini pada 28 November 1972 lalu, sang Amak dan Buya memberi nama Nazirman Suwirda. Namun ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar