Total Tayangan Halaman

Jumat, 20 Agustus 2010

Goodbye Genset...

TRIWULAN ke dua tahun 2010 ini, ternyata angka penjualan genset untuk rumah tangga di Riau menurun drastis. Dibandingkan pada triwulan ke dua pada tahun sebelumnya, penurunannya bisa jadi 90 persen. Lihat saja pemberitaan koran ini pada bulan Juli atau Agustus 2009, toko-toko penyedia genset di daerah ini panen besar. Orang antrean untuk membeli genset dari ukuran kecil hingga besar. Malah saat itu, banyak warga sampai indent genset yang diinginkannya.
Itu mah dulu bro...Sekarang, genset-genset itu sudah pada berdebu dan dibiarkan teronggok di ruangan belakang rumah oleh pemiliknya. Bukan rusak atau tak ada uang pembeli minyak untuk menghidupkannya. Tapi, memang tidak diperlukan lagi. Semua ini gara-gara PLN.
Lho...kok PLN. Iya. Dulu orang ramai-ramai beli genset karena listrik PLN sering mati. Orang istilahkan lebih daripada makan obat. Kalau makan obat kan tiga kali sehari. Tapi kalau PLN, matinya sampai empat kali atau lebih dalam sehari. Tak peduli dalam kondisi apapun. PLN hanya tahu mati.
Tidak hanya tiba-tiba mati saat muazin akan mengumandangkan azan maghrib karena tersebab tak sanggup menanggung beban puncak, dalam bulan Ramadan pun mati. Banyak sudah warga yang merasakan bergelap-gelap saat makan sahur. Ya, genset menjadi primadona saat itu.
Kini pun gara-gara PLN genset tak laku. Tak ada lagi byar-pet. Tak ada lagi istilah beban puncak. Tak terdengar lagi alasan-alasan musim kemarau, perbaikan turbin atau segudang alasan lainnya. Yang ada sekarang, langsung nyala dan nyala terus.
Tahniah patutlah disampaikan buat PLN. Thanks, PLN. Terimakasih Pak Dahlan Iskan, Direktur Utama yang telah membuat perubahan mendasar di tubuh PLN. Saat ini, kami sudah merasakan kenyamanan sebagai pelanggan. Dan pada dasarnya, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa, bukti keberhasilannya adalah ternyamankannya pelanggan. Nihil keluhan.
Harapan terbesar, semoga tanpa pemadaman ini terus berlanjut. Apalagi sebentar lagi Ramadan menjelang. Kenyamanan beribadah dalam bulan Ramadan tanpa mati listrik, sudah lama didambakan masyarakat di daerah ini. Terang benderang tanpa bunyi genset saat makan sahur pun telah lama diimpikan. Insya Allah, semoga PLN selalu ditolong-Nya.
Begitu pula orang-orang pintar di PLN benar-benar bisa mengemban tugas dengan baik dan selalu diberi keberkahan dalam menjalankan amanah yang dibeban kepadanya. Bebas Pemadaman Bergilir se Indonesia semoga bisa terwujud.(*)

Tidak ada komentar:

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...