Total Tayangan Halaman
Jumat, 21 Mei 2010
Di Kampung Pachitan, Tidur di Rumah Bapak Angkat
Bagusnya infrastruktur jalan di Malaysia benar-benar berefek positif kepada rakyatnya. Perekonomian maju, semuanya mudah untuk dijual karena akses sudah terbuka. Kampung-kampung pun berlomba untuk menjual jasa pariwisata kepada pelancong.
Laporan Mhd Nazir Fahmi,
Negeri Sembilan
KAMPUNG Pachitan, Negeri Sembilan adalah salah satunya. Letaknya tak begitu jauh dari Jeti Penumpang Port Dickson. Jalannya besar, sangat mulus serta tertata dengan apik. Kampung ini dikelilingi oleh kebun sawit milik warga di sana.
Dari namanya, kampung ini mengingatkan dengan sebuah kota di Jawa Timur, Pacitan. Apakah ada hubungannya? Ternyata benar ada. Di Kampung Pachitan, rata-rata penduduknya keturunan Jawa Timur. Makanya, bahasa sehari-hari mereka juga menggunakan Bahasa Jawa. Ngumpul-ngumpul di tepi jalan, bahasa Jawa mereka kedengaran dan sangat kental.
Di kampung ini tidak ada tempat wisata yang indah, tidak ada pula hotel berbintang. Tapi kampung ini masuk menjadi salah satu tempat tujuan wisata yang dijual oleh Malaysian Association of Tour and Travel Agents (MATTA) Negeri Sembilan. Sudah ribuan orang turis lokal maupun mancanegara menikmati 'keindahan' Kampung Pachitan.
Di saat kedatangan rombongan DPD Association of the Indonesia Tours and Travel (ASITA) Riau yang dipimpin Ibnu Masud ke kampung ini, turun dari mobil langsung disambut dengan pukulan rebana dan siraman beras kunyit. Di bawah tenda yang sudah disediakan di kampung itu, rombongan pun dipersilakan mencicipi makanan khas di sana. Ada ubi ketuk dan tempe bacem. Benar-benar terasa Jawanya.
Di saat senja menjelang, pengurus MATTA Negeri Sembilan yang dikomandani Dato Hj Yaacob B Hj Hussin pun mengumumkan nama-nama bapak angkat dan orang-orang yang akan dijadikan anak angkat. Jadi, rombongan ASITA akan dijadikan anak angkat dan akan tidur di rumah bapak angkat.
Di sinilah letak keunikannya. Bapak angkat pun membawa anak angkat ke rumahnya untuk tidur malam itu. Saya, Ibnu Masud dan Milson Joni, salah seorang anggota ASITA mendapat bapak angkat bernama H Ismail Bin H Harun yang berumur 64 tahun. Dengan mobil kecilnya, kami pun dibawa ke rumahnya di 648 Kg Sawah Pachitan 71960 Lukut, Negeri Sembilan.
Di rumahnya nan asri, sudah tersedia dua kamar dari enam kamar yang ada di rumah itu untuk kami bertiga menginap malam itu. Fasilitasnya, seperti hotel bintang 3. Ismail pun melayani bak pelayan hotel. Disediakan handuk, air mineral dan berbagai kebutuhan lainnya.
Ya, rumah Ismail salah satu dari 38 rumah yang dijadikan homestay di Kampung Pachitan. Menurut Ismail, program homestay dimulai sejak tahun 2006. Di Negeri Sembilan ada delapan kampung yang membuka program homestay atas rekomendasi Kementerian Pelancongan Malaysia. Sejak saat itu, sudah ratusan tamu yang menginap di rumahnya dari berbagai negara.
Menginap di rumah bapak angkat bukannya gratis. Menurut Ismail, kalau orang per orang, biaya satu malamnya 40-50 ringgit Malaysia. Kalau rombongan agak mahal, bisa jadi kena perorangnya 100 ringgit. Ini disebabkan karena adanya penyambutan, penampilan kebudayaan dan lain-lainnya.
Memang, malam itu diadakan penyambutan dan malam kesenian. Ada gamelan serta penampilan musik rebana dikombinasikan dengan organ. Sebelum acara dimulai, rombongan makan bersama dengan sistem ambang, satu talam untuk lima orang dan makan bersama bapak angkat.
Keramahtamahan dan pencampuran kebudayaan itulah yang ditawarkan Kampung Pachitan. Ada juga program mendodos sawit, menderes getah, menangkap ikan di sungai. Semuanya dikerjakan oleh orang kampung.
Ekonomi kerakyatan, itulah istilahnya. Selain menjual nama daerah, mereka juga bermata pencaharian sebagai pemilik homestay. Program ini menjadi pilihan lain oleh pelancong yang tidak dapat hotel di Kuala Lumpur. Pachitan sangat dekat dengan bandara, harganya pun sangat murah dan meriah.(bersambung)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang
DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...
-
MUHAMMAD SAW bukan hanya seorang nabi dan rasul, tapi juga manusia agung. Teladan yang menjadi uswatun hasanah buat semua manusia. Disegani ...
-
KETIKA Allah SWT menakdirkan awak muncul ke dunia ini pada 28 November 1972 lalu, sang Amak dan Buya memberi nama Nazirman Suwirda. Namun ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar