MINYAK mentah murah. Riau pun parah. Ketergantungan
pendapatan pada hasil minyak bumi dan gas, kini baru dirasakan. Anggaran
belanja daerah di Riau hampir semuanya dipotong. Gara-gara Dana Bagi Hasil
(DBH) Migas turun drastis. Semuanya dikurangi. Akibatnya, banyak pembangunan
yang tidak tepat sasaran.
Pembangunan
pariwisata pun jadi melambat. Sudahlah sebelum-sebelumnya ‘dicuekin’. Dianggap
tak menghasilkan. Kini fakta lain berkata. Hanya daerah fokus pariwisata yang aman ketika
harga komoditas migas anjlok. Padahal, pariwisata itu perlu investasi. Perlu
promosi. Kalau tidak…ya…mati.
Selasa lalu saya berkunjung ke
Pangkalankerinci. Di kabupaten ini ada destinasi pariwisata yang mendunia.
Bono. Tapi, sampai saat ini jalannya masih terseok-seok. Accessibility-nya masih bermasalah.
Jalan ke lokasi bono, sekitar 6 kilo lagi belum diaspal. Berkuah. Mobil bisa
kandas. Letih berwisata ke sana.
Di tengah
keterbatasan anggaran pemerintah, perlu turun tangan dari pihak swasta.
Bagaimana bono ini benar-benar mudah dicapai. Bagaimana bono ini benar-benar
mendunia. Ada program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Andai perusahaan bisa ikut
membangun pariwisata ini, saya yakin bono akan tambah cantik. Tambah menarik. Ekonomi
masyarakat pasti akan bangkit. Pokoknya…tambah asik semuanya. Kita pasti bisa. Kita tunggu CSR-nya.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar