Total Tayangan Halaman

Kamis, 04 April 2019

CSR Pariwisata


MINYAK mentah murah. Riau pun parah. Ketergantungan pendapatan pada hasil minyak bumi dan gas, kini baru dirasakan. Anggaran belanja daerah di Riau hampir semuanya dipotong. Gara-gara Dana Bagi Hasil (DBH) Migas turun drastis. Semuanya dikurangi. Akibatnya, banyak pembangunan yang tidak tepat sasaran.
     Pembangunan pariwisata pun jadi melambat. Sudahlah sebelum-sebelumnya ‘dicuekin’. Dianggap tak menghasilkan. Kini fakta lain berkata. Hanya daerah fokus pariwisata yang aman ketika harga komoditas migas anjlok. Padahal, pariwisata itu perlu investasi. Perlu promosi. Kalau tidak…ya…mati.
     Selasa lalu saya berkunjung ke Pangkalankerinci. Di kabupaten ini ada destinasi pariwisata yang mendunia. Bono. Tapi, sampai saat ini jalannya masih terseok-seok. Accessibility-nya masih bermasalah. Jalan ke lokasi bono, sekitar 6 kilo lagi belum diaspal. Berkuah. Mobil bisa kandas. Letih berwisata ke sana.
    Di tengah keterbatasan anggaran pemerintah, perlu turun tangan dari pihak swasta. Bagaimana bono ini benar-benar mudah dicapai. Bagaimana bono ini benar-benar mendunia. Ada program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Andai perusahaan bisa ikut membangun pariwisata ini, saya yakin bono akan tambah cantik. Tambah menarik. Ekonomi masyarakat pasti akan bangkit. Pokoknya…tambah asik semuanya. Kita pasti  bisa. Kita tunggu CSR-nya.(*)

Tidak ada komentar:

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...