Era industri 4.0 (four point zero), mau tak mau harus kita jalani. Kini masanya era kecerdasan artifisial, internet, digitalisasi, jaringan, dan system cyber-physical. Siap-siap, humas ataupun wartawan akan digantikan oleh robot.
SAYA bermenung sejenak, ketika Ngakan Timur Antara, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian, menyampaikan dalam presentasinya di hadapan ribuan peserta Konvensi Humas 4.0, bahwa humas atau wartawan akan digantikan oleh robot. Bagaimana nasib saya dan wartawan lainnya beberapa tahun ke depan?
“Xiaomingbot mengejutkan dunia wartawan. Robot dengan kecerdasan buatan bernamai AI buatan Cina melampaui kerja para wartawan yang meliput Olimpiade di Rio de Janeiro Brazil. Dalam sehari, tak tanggung-tanggung robot tersebut menghasilkan 58 berita,” kata Antara di Ballroom XXI Djakarta Theater, Selasa (11/12).
Xiaomingbot kata Antara, menulis laporan untuk layanan berita Taoutiao. Mengirimkan tulisan dengan jeda waktu dua menit setelah pertandingan berakhir. Selama dua pekan olimpiade, robot jurnalis ini menggarap 450 berita.
Ada lagi robot bernama Jia Jia. Kata Antara, robot mirip manusia Cina bernama Jia Jia melakukan wawancara langsung dengan Kevin Kelly, seorang jurnalis dan pengamat teknologi AS yang terkenal. Wawancara iti adalah percakapan interaktif pertama di dunia antara reporter kecerdasan buatan dan seorang manusia.
Robot AI, jelasnya, diprogram untuk mempelajari keterampilan, mengenali wajah dan interaksi manusia dilengkapi dengan sistem berbasis cloud untuk penyimpanan memori. “Robot AI tidak dapat menggantikan jurnalis manusia dalam jangka pendek. Mereka masih kekurangan kemampuan perencanaan dan kreativitas. Namun para ahli melihat masa depan yang cerah untuk pengembangan AI,” kata Antara lagi.
Ini semua, ungkap Antara adalah industri 4.0. Industri ini juga menjadi agenda nasional. Ada lima sektor dipilih untuk dijadikan prioritas dalam program Making Indonesia 4.0. Makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik serta kimia. Akan ada pergeseran tenaga kerja dengan teknologi 4.0. Ada penambahan 10 juta lapangan kerja. 2030, Indonesia masih berada alam bonus demografi. Banyak anak-anak mudanya. Ini kekuatan bangsa.
“Opini yang terbangun di masyarakat dan humas awalnya bekerja di offline, lalu online dan ramai media sosial. Maka setiap orang akan jadi pemberita, bebas menyampaikan opini. Di sini kritikan bagi humas sekarang. Opini berbasis data yang benar harus dilempar untuk membangun kekuatan bangsa tersebut,’’ ujar Antara.
Perbincangan kian menarik soal Humas 4.0 ketika Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengulas soal kuantum. “Setiap orang adalah partikel kecil dari sebuah perubahan besar. Kita adalah partikel tersebut. Kalau kita partikel-partikel energi dan bersatu, semuanya akan jadi,” kata Moeldoko.
Kita, kata Moeldoko, saat ini hidup di zaman destruption. Inovasi menggatikan semua sistem lama dengan baru. Mengganti pemain lama kepada baru. Teknologi lama kepada baru yang efisien. Ada sesuatu yang tak terlihat. Musuh yang tak terlihat. “Indonesia bicara baik kita apresiasi. Hastag Perhumas sangat baik, cukup berenegri. Semua kita terlibat dan melibatkan diri untuk tagline ini,” ajaknya.
Diungkapkannya, dunia berubah sungguh sangat cepat, penuh risiko, kompleksitas, suprise. Kadang tak bisa mengikuti lompatan yang terjadi. Kalau tidak melakukan inovasi, akan mati. Harus melakukan sesuatu yang baru. Melakukan sesuatu yang berbeda. Ada rumus 3C+1i: complex problem solving, critical thinking, creative dan innovation. Ini sarana menghadapi situasi yang terjadi. Harus punya pola pikir kecepatan.
Moeldoko menyampaikan sembilan pola pikir kecepatan eksponensial masa kini. Harus respon cepat, tidak terhambat. Realtime begitu diterima, seketika diolah. Followup langsung ditindaklanjuti, tidak ditunda. Mencari jalan, bukan mati langkah. Mengendus informasi dengan kebenaran, bukan menerima tanpa menguji. Penyelesaian secara paralel, bukan serial. Dukungan teknologi informasi, bukan manual. 24/7 (24 jam sehari, 7 hari dalam sepekan), bukan 8 to 5 (dari pukul 8 pagi sampai 5 sore). Terakhir, connected, bukan terisolasi.
Cukup lengkap dan banyak informasi kekinian untuk kaum milenial maupun ‘kolonial’ yang disampaikan pada Konvensi Nasional Humas 2018, yang diselenggarakan Perhumas selama dua hari. Walau setiap pembicara hanya dijatah 15 menit, namun saripati presentasi yang sarat dengan industri 4.0 keluar bak air deras.
Selain, Moeldoko, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara juga menyampaikan materi. Ada juga Danang Rizki Ginanjar, Kepala Bappenas dan Staf Khusus Menteri PPN, Wanda Pusponegoro, Staf Khusus Kementerian BUMN dan beberapa CEO perusahaan swasta di tanah air.(mhd nazir fahmi)
SAYA bermenung sejenak, ketika Ngakan Timur Antara, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian, menyampaikan dalam presentasinya di hadapan ribuan peserta Konvensi Humas 4.0, bahwa humas atau wartawan akan digantikan oleh robot. Bagaimana nasib saya dan wartawan lainnya beberapa tahun ke depan?
“Xiaomingbot mengejutkan dunia wartawan. Robot dengan kecerdasan buatan bernamai AI buatan Cina melampaui kerja para wartawan yang meliput Olimpiade di Rio de Janeiro Brazil. Dalam sehari, tak tanggung-tanggung robot tersebut menghasilkan 58 berita,” kata Antara di Ballroom XXI Djakarta Theater, Selasa (11/12).
Xiaomingbot kata Antara, menulis laporan untuk layanan berita Taoutiao. Mengirimkan tulisan dengan jeda waktu dua menit setelah pertandingan berakhir. Selama dua pekan olimpiade, robot jurnalis ini menggarap 450 berita.
Ada lagi robot bernama Jia Jia. Kata Antara, robot mirip manusia Cina bernama Jia Jia melakukan wawancara langsung dengan Kevin Kelly, seorang jurnalis dan pengamat teknologi AS yang terkenal. Wawancara iti adalah percakapan interaktif pertama di dunia antara reporter kecerdasan buatan dan seorang manusia.
Robot AI, jelasnya, diprogram untuk mempelajari keterampilan, mengenali wajah dan interaksi manusia dilengkapi dengan sistem berbasis cloud untuk penyimpanan memori. “Robot AI tidak dapat menggantikan jurnalis manusia dalam jangka pendek. Mereka masih kekurangan kemampuan perencanaan dan kreativitas. Namun para ahli melihat masa depan yang cerah untuk pengembangan AI,” kata Antara lagi.
Ini semua, ungkap Antara adalah industri 4.0. Industri ini juga menjadi agenda nasional. Ada lima sektor dipilih untuk dijadikan prioritas dalam program Making Indonesia 4.0. Makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik serta kimia. Akan ada pergeseran tenaga kerja dengan teknologi 4.0. Ada penambahan 10 juta lapangan kerja. 2030, Indonesia masih berada alam bonus demografi. Banyak anak-anak mudanya. Ini kekuatan bangsa.
“Opini yang terbangun di masyarakat dan humas awalnya bekerja di offline, lalu online dan ramai media sosial. Maka setiap orang akan jadi pemberita, bebas menyampaikan opini. Di sini kritikan bagi humas sekarang. Opini berbasis data yang benar harus dilempar untuk membangun kekuatan bangsa tersebut,’’ ujar Antara.
Perbincangan kian menarik soal Humas 4.0 ketika Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengulas soal kuantum. “Setiap orang adalah partikel kecil dari sebuah perubahan besar. Kita adalah partikel tersebut. Kalau kita partikel-partikel energi dan bersatu, semuanya akan jadi,” kata Moeldoko.
Kita, kata Moeldoko, saat ini hidup di zaman destruption. Inovasi menggatikan semua sistem lama dengan baru. Mengganti pemain lama kepada baru. Teknologi lama kepada baru yang efisien. Ada sesuatu yang tak terlihat. Musuh yang tak terlihat. “Indonesia bicara baik kita apresiasi. Hastag Perhumas sangat baik, cukup berenegri. Semua kita terlibat dan melibatkan diri untuk tagline ini,” ajaknya.
Diungkapkannya, dunia berubah sungguh sangat cepat, penuh risiko, kompleksitas, suprise. Kadang tak bisa mengikuti lompatan yang terjadi. Kalau tidak melakukan inovasi, akan mati. Harus melakukan sesuatu yang baru. Melakukan sesuatu yang berbeda. Ada rumus 3C+1i: complex problem solving, critical thinking, creative dan innovation. Ini sarana menghadapi situasi yang terjadi. Harus punya pola pikir kecepatan.
Moeldoko menyampaikan sembilan pola pikir kecepatan eksponensial masa kini. Harus respon cepat, tidak terhambat. Realtime begitu diterima, seketika diolah. Followup langsung ditindaklanjuti, tidak ditunda. Mencari jalan, bukan mati langkah. Mengendus informasi dengan kebenaran, bukan menerima tanpa menguji. Penyelesaian secara paralel, bukan serial. Dukungan teknologi informasi, bukan manual. 24/7 (24 jam sehari, 7 hari dalam sepekan), bukan 8 to 5 (dari pukul 8 pagi sampai 5 sore). Terakhir, connected, bukan terisolasi.
Cukup lengkap dan banyak informasi kekinian untuk kaum milenial maupun ‘kolonial’ yang disampaikan pada Konvensi Nasional Humas 2018, yang diselenggarakan Perhumas selama dua hari. Walau setiap pembicara hanya dijatah 15 menit, namun saripati presentasi yang sarat dengan industri 4.0 keluar bak air deras.
Selain, Moeldoko, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara juga menyampaikan materi. Ada juga Danang Rizki Ginanjar, Kepala Bappenas dan Staf Khusus Menteri PPN, Wanda Pusponegoro, Staf Khusus Kementerian BUMN dan beberapa CEO perusahaan swasta di tanah air.(mhd nazir fahmi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar