Total Tayangan Halaman

Jumat, 12 April 2013

Listrik Diputus, Hotel-hotel Dikuliti

Kawasan Misfalah, Kota Mati di Pelataran Masjidil Haram (1)

Mudahnya transportasi saat ini dari berbagai penjuru dunia, membuat Kota Makkah Al Mukarramah merasakan dampaknya. Umat muslim dunia yang saat ini sudah lebih dari 1 miliar jiwa memanfaatkan kemudahan itu untuk datang ke Makkah dalam bentuk umrah maupun haji. Akibatnya, Masjidil Haram benar-benar tidak sanggup lagi menampung. Solusinya, sudah dua tahun ini dilakukan perluasan di sekitar Jabal Umar. Ratusan hotel di Misfalah juga sudah diputus listriknya untuk segera dirobohkan.
   Berjalan di kawasan Misfalah membawa nuansa lain saat ini. Kawasan yang berada di belakang Zamzam Tower, jam besar yang menjulang ke langit itu kini bagaikan kota mati. Tak kurang dari 200 hotel bintang 4 ke bawah sudah gelap gulita. Listriknya sudah diputus kerajaan Saudi. Begitu juga ratusan kedai-kedai kecil tempat jamaah haji Indonesia berbelanja berbagai macam oleh-oleh juga sudah tutup.
  Ada sekitar 10 toko yang masih buka. Mereka membayar ke pihak kerajaan dengan alasan menghabiskan barang dagangan. Ini karena sebagian dari mereka tidak mendapat tempat jualan pengganti selain di kawasan Misfalah. Dengan menggunakan genset, beberapa toko tersebut menggelar barang dagangannya pada malam hari.
  Perasaaan sedih, iba maupun serasa habis gempa bumi ketika memandang hotel-hotel yang akan diruntuhkan. ‘’Sejak Januari lalu listrik hotel-hotel tersebut sudah diputus dan mereka harus pindah ke tempat lain,’’ kata Ibnu Masud, pimpinan PT Muhibbah Mulia Wisata beberapa waktu lalu di Makkah. Makanya, kata Ibnu, saat ini banyak penginapan jamaah umrah agak jauh dari Masjidil Haram.
  ‘’Ya, sekitar 350 meteranlah dari masjid. Biasanya dulu kita sering nginap di Misfalah yang dekat dengan pintu 87, 88 dan 89. sekarang tak ada pilihan selain di luar Misfalah tersebut seperti di Jalan Ibrahim Al Khalil. Ini sangat dekat juga dengan Masjid Haram,’’ katanya lagi.
  Kawasan Misfalah ini termasuk favorit di kalangan jamaah. Dari pintu 86 sampai 89, jalan menuju Misfalah lurus saja. Jalannya besar dan benar-benar dekat dengan Masjidil Haram. Banyak orang berjualan makanan maupun kebutuhan sehari-hari selain oleh-oleh untuk dibawa ke tanah air. Ada pula mal besar seperti Bin Dawood dan Zamzam Tower, membuat kawasan ini benar-benar terkenal.
  Karena banyaknya jamaah yang lewat setiap waktu, membuat hotel-hotel yang sebagiannya sudah dibuka jendela dan dindingnya telah dikuliti tidak begitu menyeramkan. Apalagi pihak kerajaan sengaja memasang lampu jalan untuk kepentingan jamaah yang lewat.
  Tapi harus ekstra hati-hati melewati kawasan tersebut, selain banyaknya kaca-kaca berserakan di depan hotel, terkadang banyak genangan air karena pipa yang bocor akibat hotel dan kedai-kedai yang dibongkar.
Pemilik hotel diburu waktu untuk segera angkat kaki dari kawasan Misfalah. Ada satu dua hotel yang masih beroperasi karena terikat kontrak dengan travel. Tapi setelah kontraknya habis, semua isi hotel dikeluarkan.
  Tempat tidur, lemari, selimut, bantal dinaikkan ke truk dalam rangka pengosongan hotel. Dinding hotel yang dilapisi granit juga ada yang dibuka pemiliknya. Satu persatu granit dibuka dari lantai 15 dan diturunkan dengan hati-hati. Yang pecah dibuang, yang masih bagus dipakai kembali di tempat baru. Kini beberapa hotel seperti telanjang bagai habis dikuliti.
  Kok bisa begitu cepat dikosongkan? Ya, itulah kerajaan. Suka atau tidak suka, kalau kerajaan sudah memutuskan sesuatu harus dilaksanakan oleh rakyatnya. Apalagi itu untuk kepentingan umum, rela atau tidak rela ya harus rela. Ada sih ganti rugi, tapi sangat tidak sebanding dengan nilai bangunan.
  Seperti hotel berlantai 15, paling ganti ruginya sekitar 5 juta riyal. ‘’Ya namanya juga ganti rugi, mereka merasa rugi. Tapi demi Masjidil Haram, mereka mengikhlaskan,’’ kata Lutfi, salah seorang pekerja travel yang sudah bertahun-tahun di Makkah.
  Di kawasan Misfalah ini, kalau hotel-hotel bintang 4 ke bawah sudah diputus listrik dan segera dirubuhkan. Saat ini yang masih beroperasi Hotel Hilton dan Daarut Tauhid. Nanti hotel besar ini juga akan dirubuhkan karena masuk ke dalam kawasan Masjidil Haram. Sementara Zamzam Tower tidak masuk atau tidak terkena pelebaran dan masuk kawasan aman.
  Dua alat berat, awal Maret lalu terlihat terparkir di depan hotel di Misfalah. Nantinya, alat-alat inilah yang akan menghancurkan hotel-hotel tersebut. Banyak yang memperkirakan kawasan tersebut akan dihancurkan dengan diledakkan karena begitu banyaknya gedung yang diruntuhkan. ‘’Mereka biasanya menghancurkan dengan alat berat, yang dibom atau dinamit bukit-bukit batu. Di kawasan Jabal Umar yang lagi dibangun, hotel-hotelnya diruntuhkan dengan alat berat,’’ kata Lutfi. Misfalah benar-benar seperti habis perang atau terkena bencana. Jalanan di kawasan ini selalu macet setiap salat lima waktu. Beberapa tahun mendatang, bekas hotel akan jadi pelataran Masjid Haram.(mhd nazir fahmi/bersambung)

Tidak ada komentar:

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...