Total Tayangan Halaman

Rabu, 16 Januari 2008

Iko Awak Sabananyo


KETIKA Allah SWT menakdirkan awak muncul ke dunia ini pada 28 November 1972 lalu, sang Amak dan Buya memberi nama Nazirman Suwirda. Namun belakangan nama awak diganti menjadi Mhd Nazir Fahmi. Amak dan Buya beralasan karena ada anak tetangga bernama Suwirda. Desa Parit Rantang, Kecamatan Lubukbasung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, di situlah kampung halaman awak.
       Mengawali pendidikan sebagai murid Sekolah Dasar di SD Lakuak di tepian Batang Antokan yang sangat menantang tempat Rafting alias arung jeram. Lalu SMP di SMP terpanjang di Sumatera Barat yakni SMPN 1 Lubukbasung. Berlanjut SMAN 1 Lubukbasung. Semasa SMA awak aktif di Pramuka dan OSIS. Ya biasalah, anak-anak Fisika yang kata orang pintar-pintar sangat dikenal oleh guru-guru.
      Di saat kawan-kawan awak banyak menjadi mahasiswa undangan, awak pilih merantau ke Pekanbaru sebagai kuli bangunan. Ya....maklumlah, Amak dan Buya ekonominya pas-pasan. Awak sekeluarga banyak dan sama-sama sekolah. Satu tahun kerja kuli di Pekanbaru, awak teringat ingin kuliah. Maka jadilah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Syarif Qasim Pekanbaru sebagai tempat menimba ilmu.
     Banyak kawan-kawan semasa SMA kaget ketika awak kuliah di IAIN. Kok anak Fisika pilih IAIN, apa nggak salah. Ternyata panggilan bathinlah yang membawa awak kuliah di perguruan tinggi negeri berbasis Islam. Apalagi ketika saat di kampung halaman, untuk mencari seorang pengkhutbah Jumat banyak yang basilak tundo.
Awak memutuskan mendaftar di Fakultas Ushuluddin Jurusan Dakwah.
     Kini IAIN Susqa telah tiada dan berganti menjadi UIN Suska Riau. Selama di IAIN, awak sempat jadi Sekretaris Umum Senat Mahasiswa Institut (SMI), Sekretaris Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala Susqa), Pimpinan Umum Tabloid Gagasan dan Senat Fakultas Ushuluddin. Semasa mahasiswa beberapa kali mengikuti mengikuti pelatihan Manajemen Penerbitan Mahasiswa Tingkat Nasional, Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional di Surabaya.
     Empat tahun di IAIN Susqa, pada 1997 diterima di Harian Pagi Riau Pos sebagai reporter. Awak ditugaskan di Siak, Perawang dan Minas. Dua tahun di Perawang, awak ditarik ke Pekanbaru sebagai asisten redaktur terbitan Minggu. Tak lama di mingguan, langsung pegang halaman Batam Bintan dan Sumbar. Lalu diminta pegang halaman Ekbis. Alhamdulillah sang bos memuji dan berujar bahwa ternyata alumni IAIN bisa juga pegang ekonomi. Tak lama di ekbis, diminta menukangi halaman 1 Riau Pos sekitar satu tahun lebih.
     Dari tahun 2003 hingga 2007 awal, dipercaya menjadi Redaktur Pelaksana Kompartemen I dan Metropolis. Maret 2007, awak diminta mengurus Harian Pagi Pekanbaru Pos sebagai Wakil Pemimpin Redaksi. 2010, kembali ke Riau Pos sebagai Wakil Pemimpin Redaksi. Tahun 2012, dipercaya sebagai Pemimpin Redaksi Pekanbaru Pos. Setahun di Pekanbaru Pos, Januari 2013 kembali ke Riau Pos sebagai Pemimpin Redaksi Selama wartawan beberapa lomba karya jurnalistik awak ikuti dan Alhamdulillah bisa menang. Tahun 2002 sebagai juara II Lomba Karya Tulis Jurnalistik Telkomsel di Jakarta. Tahun 2003 dan 2005 kembali sebagai juara pertama LKTJ Telkomsel Nasional, 2006 Juara I LKTJ Telkomsel-Jawa Pos. Tahun 2003 juga dinobatkan meraih penghargaan Raja Adi Kelana dari PWI Riau atas tulisan Berebut Ladang CPP.
      
Selain itu Telkomsel juga menobatkan sebagai The Best Journalist dan The Best Wraiter Telkomsel. Dari sini, Allah menakdirkan awak melihat Kakbah di Baitullah Makkah Al Mukarramah
pada umroh 13 Mei 2006. Hadiah lomba sebanyak Rp10 juta, awak bawa untuk umrah. Allah kembali memperlihatkan kasih sayangnya sama awak. Abangda Ibnu Masud dari PT Muhibbah Mulia Wisata mengembalikan uang Rp6 juta dari Rp12.800.000 biaya umrah awak. Alhamdulillah.
      Masih di tahun 2006, Allah kembali memberikan rahmatnya yang sangat besar kepada awak. Abangda Ibnu Masud mengajak menunaikan ibadah haji ke Makkah dengan fasilitas ONH Plus. Sebuah rahmat yang tak terduga-duga dan tak disangka-sangka.
       


Tidak ada komentar:

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...