Total Tayangan Halaman
Selasa, 06 Mei 2008
Di Hutan Lebat Sekalipun, Signal Ponsel Tetap Kuat
DARI Rumput Jadi Savana. Motto ini selalu terngiang-ngiang di telinga. Ide brilian dari Telkomsel ini kini sudah menapaki tahun yang ke-12. Dua belas tahun kiprahnya di tanah air dalam dunia selular, rumput yang ditanam tidak hanya sebatas padang savana. Lebih dari itu, kini savana tersebut telah menjalar ke tengah-tengah hutan lebat. Makin hari, kian melebar dan bertebaran ke mana-mana.
Empat tahun lalu, ketika duduk-duduk di tepi Batang Antokan, sungai berarus deras penuh bebatuan yang memberi kehidupan bagi puluhan desa di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, signal ponsel sebatas satu dua. Kadang-kadang hilang sama sekali. Namun sebuah upaya dari Telkomsel untuk menembus desa-desa yang tak jauh dari Danau Maninjau itu dengan signalnya memang baru dimulai saat itu.
Kala itu, sangat langka orang-orang punya ponsel. Yang memiliki baru sebatas orang kota yang pulang kampung. Mereka membawa ponsel. Anak-anak desa banyak bertanya-tanya apa gerangan yang dibawa orang kota. Ponsel berdering, lalu didengarkan ke telinga dan ngomong. Ini pun makin membingungkan mereka.
Seiring waktu, kini semua itu sudah berubah total. Masyarakat desa yang dulu hening dan tak mengenal teknologi selular, sekarang benar-benar terbius dengan beragam ponsel. Sarana komunikasi yang satu ini ternyata sudah menjadi kebutuhan.
''Bagaimana pun ponsel sangat penting saat ini. Apalagi daya jangkau signal Telkomsel sudah sangat luas di daerah kami. Kalau dulu hanya sebatas kampung, kini sudah sampai ke bukit-bukit,'' kata Ria salah seorang anak Desa Paritrantang, Kenagarian Geragahan Timur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Apa yang dikatakannya benar adanya. Saat mengunjungi daerah ini beberapa bulan lalu, saya menyempatkan masuk hutan dan naik ke perbukitan. Jarak dari desa hingga ke puncak bukit lebih kurang 3 kilometer.
Ketika sampai di rerimbunan pepohonan di puncak bukit, tiba-tiba ponsel saya berdering. Seorang teman dari Lipatkain, Kabupaten Kampar menghubungi dan menanyakan keberadaan saya. Ketika itu, saya benar-benar terkesima dan serasa bermimpi kalau teknologi selular sudah menembus hutan lebat yang dulu tempat saya bermain setiap akhir pekan.
Saya tak pernah bayangkan komunikasi akan sebegitu lancar di tengah hutan belantara. Ponsel dengan kartuHALO yang sudah saya pakai 10 tahun lebih signalnya full dan sangat kuat. Dulu, jangankan di tengah hutan dan lembah basah ini, di kampung yang agak dekat dengan Kantor Bupati saja susah untuk menikmati sarana komunikasi tersebut.
Bertahun-tahun saya menunggu kehadiran telepon rumah. Apalagi sebagian besar saudara ada di rantau sangat memerlukan sarana komunikasi ini. Dengan teknologi komunikasi, saudara dan kedua orang tua yang ada di kampung mudah mengetahuinya.
Di tengah keputusasaan mendapatkan telepon kabel, tiba-tiba Telkomsel datang dengan teknologi selularnya. Bagaikan gayung bersambut, serta merta masyarakat desa banting stir beli ponsel lalu beli kartu simPATI. Ternyata mereka lebih mengenal Telkomseldengan simPATI-nya.
Kini jangan heran, ketika tiba waktu berburu hama babi di perbukitan yang jauh dari desa, para pemburu alias pamuncak istilah Minang-nya, selain membawa anjing, pisau, di pinggangnya atau dalam saku celana juga ikut serta ponsel.
Malah, kebiasaan teriak-teriak agar bisa mengepung babi dalam suatu perburuan, kini mulai kurang karena adanya teknologi selular. Antara para pemburu bisa saling komunikasi di mana posisi masing-masing dan saling memberi tahu di mana keberadaan binatang buruan.
Sepenggal cerita ini, tak seberapa dibanding upaya yang dilakukan Telkomsel dalam memajukan dunia selular di tanah air. Asalkan pelanggan bisa berkomunikasi, Telkomsel akan terus berupaya menghadirkan signal terbaik walau harus merugi sekalipun.
Untuk mendirikan sebuah pemancar atau Base Transceiver Station (BTS) bukan sedikit biaya yang harus dikeluarkan. Belum lagi kalau BTS itu jauh dari BTS-BTS lainnya. Kalau medannya datar dan tidak bergunung-gunung, mudahlah untuk koneksinya. Tapi kalau daerahnya bergunung-gunung seperti di Sumatera Barat, alamat banyak BTS yang harus didirikan.
Lihat saja sebuah BTS di Desa Ulu Air, lintas Pekanbaru-Padang. Letaknya menjulang di atas puncak bukit di tengah hutan belantara. Konon, awal berdiri BTS ini, Telkomsel harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi. Karena posisinya jauh dari BTS lain --BTS terdekat dari Riau adalah di Kuok dan dari Sumbar di Harau dengan jarak tempuh dua jam perjalanan-- maka Telkomsel memanfaatkan jasa satelit.
Tahu sajalah kalau menggunakan satelit, sudah pasti sewa perbulannya di atas angka Rp50 juta. Tapi demi pelanggan, Telkomsel melakukan semua itu. Walau mahal, asal pelanggan bisa terlayani, Telkomsel pasti akan investasi. Inilah salah satu nilai tambah dari perusahaan market leader di dunia selular tanah air tersebut. ''Tapi kini BTS tersebut tidak memanfaatkan jasa satelit lagi. Kita sudah bangun dua BTS lagi di Pangkalan Koto Baru,'' kata Kasno Tamba, Manager BSS Ridar-Sumbar.
Akhir Mei 2007 lalu, saya juga menyempatkan tes signal Telkomsel dari Pekanbaru-Bukittinggi-Maninjau-Lubukbasung-Tiku-Padang Pariaman-Sicincin-Kayutanam-Lembah Anai-Padangpanjang dan balik lagi ke Pekanbaru. Masyaallah, ponsel yang saya bawa bisa on terus dengan signal Telkomsel.
Diakui, ada beberapa lokasi yang tak ada signal Telkomsel. Tapi itu hanya hitungan menit. Lalu ponsel bisa digunakan lagi untuk berkomunikasi. Gebrakan IKC yang dikebut oleh Telkomsel benar-benar berhasil nyata. Hampir seluruh kecamatan di Indonesia saat itu sudah bisa menikmati jasa Telkomsel.
''Kami berharap kehadiran layanan Telkomsel yang menjangkau hingga pelosok Indonesia melalui program IKC, dapat menjadi manfaat seperti meningkatkan kelancaran komunikasi antar penduduk, daya tarik investasi daerah, peluang usaha, membuka lapangan kerja baru, serta meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi dan kemasyarakatan,'' kata Bambang Riadhy Oemar, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Telkomsel dalam suatu kesempatan.
Menurut Bambang, tahun 1997 Telkomsel telah menghadirkan jaringan di seluruh ibukota provinsi (IKP Indonesia) dan dilanjutkan melayani seluruh ibukota kabupaten (IKK Indonesia) ditahun 2005. Selanjutnya tahun 2007 Telkomsel berhasil melayani seluruh kecamatan Pulau Sumatera-Jawa-Bali dan Nusa Tenggara (IKC Sumatera, Jawa, Bali-Nusa) dan segera menyusul seluruh kecamatan di Pulau Kalimantan tahun ini.
Percepatan melayani hingga pelosok Indonesia, kata Bambang, terlihat dari tingginya peningkatan jumlah BTS yang telah mencapai 121 kali lipat. Di awal beroperasinya tahun 1995 hanya memiliki 149 BTS, kini telah menggelar sekitar 18.000 BTS yang meng-cover lebih dari 95 persen populasi Indonesia yang merupakan jumlah ke-4 terbesar di dunia. Bahkan di tahun 2007 mengalokasikan investasi 1,5 miliar dolar AS (sekitar Rp14 triliun).
Tak dipungkiri, program interkoneksi kecamatan (IKC) yang digelorakan Telkomsel awal tahun 2006 sangat membantu masyarakat Indonesia dalam komunikasi selular. ''Di Riau Daratan dan Sumatera Barat saja, kita telah on air 1.068 BTS lebih. Seterusnya akan ada penambahan-penambahan BTS lagi di desa-desa pada kedua provinsi ini,'' jelas Kasno Tamba, beberapa waktu lalu.
Untuk di Riau Daratan, jelasnya, sudah berdiri 687 BTS yang tersebar di seluruh kecamatan. Sedangkan untuk Sumatera Barat, sudah pula berfungsi 381 BTS dan akan terus ada penambahan. Dengan begitu banyak BTS, tidak heranlah jika di tengah hutan ternyata signal Telkomsel bisa ditangkap. Suaranya pun sangat jernih.
Begitu banyak godaan datang dari rival-rival Telkomsel yang dikemas dalam bentuk pulsa hemat, SMS gratis dan lain sebagainya, ternyata tidak membuat jutaan pelanggan Telkomsel beralih ke lain hati alias ke operator lain. Pemikiran cerdas dari pelanggan untuk dunia selular, lebih utama itu jaringan yang bagus dan luas. Tidak terfokus kepada murahnya pulsa dan janji-janji manis lainnya.
Kini, siapa yang tidak mengenal Telkomsel. Anak kecil sekalipun, sudah tahu dengan perusahaan selular yang bermula terlahir di Batam-Bintan ini. Jadi jangan heran, murid Taman Kanak-kanak pun sudah dibekali orang tuanya dengan ponsel. Alasan mereka, biar mudah menghubungi ketika akan menjemputnya dari sekolah.
Kalaulah murid TK sudah gunakan ponsel dalam kehidupannya, apatah lagi murid SD, pelajar SMP atau siswa SMA. Betapa banyak saat ini anak-anak usia sekolah tersebut sudah menenteng ponsel ketika jam pelajaran. Malah, kalau dulu ketika akan ada ulangan atau ujian semesteran para guru menyuruh anak didiknya mengumpulkan buku ke depan kelas, maka kini tidak hanya buku, tapi ponsel harus diletakkan ke meja guru.
Kartu simPATI dan As yang dikenalkan oleh Telkomsel, telah membuat anak-anak usia sekolah dengan mudah memanfaatkan jasa selular ini. Selain bisa hidup di mana-mana, pulsanya pun sangat murah dan enteng bagi saku mereka.
Ini bukti, dan bukan mimpi. Motto Begitu Dekat, Begitu Nyata benar-benar menjadi cemeti bagi Telkomsel untuk terus bergerak dan berinovasi. Semua ini bisa kita lihat kenyataannya sekarang. Di Riau Daratan saja, berapa banyak tempat --yang secara jangka pendek tidak ekonomis buat Telkomsel-- semuanya sudah dimasuki operator selular di bawah payung Telkomsel. Petani karet, coklat, sawit, kelapa sampai kepada nelayan di tengah-tengah Sungai Siak yang keruh, kini sudah menikmati fasilitas ponsel tersebut. Mereka tidak bisa dimainkan lagi oleh pedagang perantara terkaitharga. Karena dengan ponsel di tangan, mereka kapan pun bisa mengetahui harga di pasaran.
Belum lagi di Sumatera Barat. Provinsi yang hanya mengandalkan keindahan alamnya tentu saja sangat membutuhkan ketersediaan jaringan telekomunikasi. Kalau dipatok hanya dengan telekomunikasi telepon biasa, kondisinya saat ini sangat memprihatinkan dan sangat susah untuk mendapatkannya. Sementara, sebuah industri pariwisata harus menyediakan banyak fasilitas agar pengunjung betah di tempat tersebut.
Tentunya, dengan kehadiran Telkomsel di banyak tempat di Sumatera Barat sangat mendukung dunia pariwisata di daerah tersebut. Pengunjung pun bisa betah. Karena kapan dan di manapun mereka berada, informasi dengan orang-orang tersayang, teman, kawan kantor atau teman bisnis tidak terputus.
Apalagi dengan berbagai fasilitas yang disediakan Telkomsel, pelanggan tidak perlu repot-repot. Mau mengetahui dunia saat memancing di tengah Danau Singkarak, cukup lewat ponsel yang ada kartu Navigatornya. Atau mau transfer uang dan mencek saldo rekening di bank saat berada di tepi Ngarai Sianok Bukittinggi semuanya bisa lewat ponsel. Sabas buat Telkomsel. Semoga terus jaya dan tetap yang terbaik. 45 juta pelanggan tahun ini, semoga bisa ditembus.(mhd nazir fahmi)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang
DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...
-
MUHAMMAD SAW bukan hanya seorang nabi dan rasul, tapi juga manusia agung. Teladan yang menjadi uswatun hasanah buat semua manusia. Disegani ...
-
KETIKA Allah SWT menakdirkan awak muncul ke dunia ini pada 28 November 1972 lalu, sang Amak dan Buya memberi nama Nazirman Suwirda. Namun ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar