Total Tayangan Halaman

Selasa, 20 Mei 2008

Banyak Hal Bisa Dijadikan Bath

Thailand; Negara yang Serius Garap Pariwisata (1)

Kali pertamanya saya menjejakkan kaki ke Thailand, ada rasa sesak di dada. Pesawat Singapore Airlines yang membawa saya beserta kawan-kawan wartawan Riau Pos Grup dalam tour Singapura-Malaysia-Thailand, perlahan menyentuh landasan pacu Bandara Donmueang, Bangkok. Jantung semakin berdegub kuat ketika berbagai cerita dari orang-orang yang pernah menjejakkan kakinya di negara ini terutama tentang wisata seks melintas di pikiran. Tapi benarkah semua cerita itu?

Catatan Mhd Nazir Fahmi

    DI bandara Donmueang, saya sempat terpisah dengan rombongan karena harus pergi ke toilet. Saya pun cek paspor berada di pintu yang berbeda dengan rombongan dan harus antrean karena di saat yang bersamaan banyak juga rombongan turis manca negara yang ingin menjelajah negara gajah tersebut. Tapi saya sangat yakin, kawan-kawan lain tidak akan meninggalkan saya.
    Di tengah keterpisahan saya dengan rombongan, dari mikrofon bandara terdengar suara lembut yang memanggil-manggil ''proksa''....''proksa...''. Saya membayangkan, yang dipanggil-panggil tersebut adalah nama orang yang bernama Rosa atau sejenisnya. Belakangan, ternyata ''proksa'' tersebut adalah pengumuman.
   Karena terpisah, saya terus berjalan mencari rombongan. Dari tv display bagasi di bandara tersebut, ternyata bagasi dari pesawat Singapore Airlines yang saya tumpangi berada di pintu 2. Sementara saya di posisi pintu 14. Untuk kembali ke rombongan saya harus berjalan hampir satu kilometer. Benar saja, kawan-kawan lain sudah resah menunggu dan bagasi saya serta beberapa teman yang turut terpisah dengan rombongan sudah diangkat oleh kawan-kawan lain.
    Ke luar dari bandara, hawa panas Kota Bangkok semakin terasa. Syukurnya, di saat kedatangan, langit Bangkok lagi diselimuti awan sehingga hawanya tidak terlalu menyengat. Padahal saat di Singapura, pemandu wisata dari Patria Tour & Travel menyebutkan bahwa udara Bangkok cukup panas yakni di atas 32 derajat celcius.
   Perlahan bus pariwisata yang membawa saya dan rombongan mulai bergerak meninggalkan Bandara Donmueang. Kiri-kanan jalan yang dilewati kembali mengingatkan saya dengan Kota Jakarta. Parit-parit yang kumuh ditambah dengan banyaknya rumah-rumah liar yang tidak teratur. Memang beda jauh dengan bersih dan asrinya jalan-jalan Kota Singapura dan Kualalumpur yang sebelumnya saya lewati.
   Kalau dilihat dari sisi pengaturan perkotaan, Kota Bangkok tidak beda jauh dengan Kota Jakarta. Malah, dari sisi kemacetan, Jakarta lebih baik dari Kota Bangkok. Kemacetan sudah jadi trade mark bagi Bangkok dan kata orang, kota termacet di dunia adalah Bangkok.
Memasuki jalan-jalan di Kota Bangkok, hawa-hawa tempat seronok semakin jelas terasa. Di kiri-kanan jalan, plang-plang toko yang menawarkan pijit terlihat tidak beraturan. Mulai dari Thai Tradisionil Message, Oil Message sampai kepada Body Message terpampangbebas dan jelas di jalanan Kota Bangkok. Iman benar-benar dipertaruhkan di kota ini.
   Soal tempat-tempat seronok itu kita tinggalkan dulu dan ternyata saya lebih tertarik menyimak trik-trik bisnis yang dijalankan pelaku bisnis kecil maupun besar di negara yang mayoritas beragama Budha ini.
  Bangkok yang dijuluki sebagai ''Krung Thep yang berarti ''Kota Malaikat'' memang merupakan tempat wisata yang memikat masyarakat dunia. Setiap tahunnya kota yang berpenduduk sekitar enam juta orang itu didatangi turis asing tak kurang dari lima juta orang, berarti hampir sebanding dengan jumlah penduduknya.
  Buktinya saja, ketika saya dan rombongan datang ke negara tersebut, di Bandara Donmueang begitu banyak antrean ratusan turis manca negara yang ingin cek paspor di imigrasi Thailand. Rata-ratanya, para turis datang berombongan yang dipandu oleh agen-agen travel.
Daya tarik kepariwisataan Bangkok dan beberapa kota lainnya di Thailand adalah perpaduan wisata alam dan budaya. Dengan inilah mereka meraup bath dari tangan-tangan orang asing yang datang. Namun ada kalangan yang berseloroh, kunci keberhasilan kepariwisataan di Thailand karena ''4 S'' (Sun, Sea, Smile, dan Sex). Sun berarti keadaan alamnya yang tropis, Sea artinya, lautan atau pantainya yang indah, Smile artinya keramahtamahan masyarakat. Dan Sex adalah salah satu komoditas pariwisata di Thailand yang dikemas melalui beragam atraksi termasuk atraksi kesenian dan ''keterampilan sulap'' wanita dengan istilah Thai Girl Show. Tengok saja tempat-tempat pertunjukan tarian bugil dengan atraksi berbau magis atau sulap di Bangkok, Pattaya, dan kota lainnya, selalu dipenuhi turis.
    Selain itu, ada pula tempat pertunjukan kabaret waria di Pattaya bernama Alcazar yang dimasukkan dalam paket wisata budaya. Di situlah para waria yang tampak cantik dan seksi tampil menari dengan tata panggung yang spektakuler. Alcazar yang didirikan 11 tahun lalu dan para penarinya pernah tampil di Amerika dan Eropa berusaha mengangkat kesenian tradisional Thailand dengan kemasan teknologi dan setting pentas mutakhir dengan kostum serba-glamour.
Awalnya, saya enggan untuk ikut menonton acara kabaret waria tersebut. Namun karena rasa ingin tahu yang mendalam, akhirnya saya dengan beberapa teman wartawan Riau Pos Grup memutuskan menonton show yang tiket masuknya 500 bath tersebut.
    Saya berpikiran bahwa kabaret tersebut dikemas dalam pakaian yang tidak senonoh. Tapi setelah menonton acara tersebut saya jadi terkesima dengan penampilan para waria dengan kostum yang begitu indah dan sopan. Belum lagi tata panggung dan pencahayaan yang begitu menakjubkan semakin membuat para waria tersebut tampil penuh mempesona.(*)

Tidak ada komentar:

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...