Total Tayangan Halaman

Selasa, 27 Mei 2008

KENALI NABI MUHAMMAD SAW SECARA LAHIRIAH

Begitu indahnya sifat fizikal Baginda, sehinggakan orang ulama Yahudi yang
pada pertama kalinya bersua muka dengan Baginda lantas melafazkankeislaman
dan mengaku akan kebenaran apa yang disampaikan oleh Baginda.
Di antara kata-kata apresiasi para sahabat ialah :
- Aku belum pernah melihat lelaki yang sekacak Rasulullah.
- Aku melihat cahaya dari lidahnya..
- Seandainya kamu melihat Baginda, seolah-olah kamu melihat matahari terbit.
- Rasulullah jauh lebih cantik dari sinaran bulan.
- Rasulullah umpama matahari yang bersinar.
- Aku belum pernah melihat lelaki setampan Rasulullah.
- Apabila Rasulullah berasa gembira, wajahnya bercahaya spt bulan purnama.
- Kali pertama memandangnya sudah pasti akan terpesona.
- Wajahnya tidak bulat tetapi lebih cenderung kepada bulat.
- Wajahnya seperti bulan purnama.
- Dahi baginda luas, raut kening tebal, terpisah ditengahnya.
- Urat darah kelihatan di antara dua kening dan nampak semakin jelas semasa marah.
- Mata baginda hitam,dengan bulu mata yang panjang.
- Garis-garis merah di bahagian putih mata, luas kelopaknya, kebiruan asli di bahagian sudut.
- Hidungnya agak mancung, bercahaya penuh misteri, kelihatan luas sekali pertama kali melihatnya.
- Mulut baginda sederhana luas dan cantik.
- Giginya kecil dan bercahaya, indah tersusun, renggang di bahagian depan.
- Apabila berkata-kata, cahaya kelihatan memancar dari giginya.
- Janggutnya penuh dan tebal menawan.
- Lehernya kecil dan panjang, terbentuk dengan cantik seperti arca.
- Warna lehernya putih seperti perak sangat indah.
- Kepalanya besar tapi terlalu elok bentuknya.
- Rambutnya sedikit ikal.
- Rambutnya tebal kdg-kdg menyentuh pangkal telinga dan kdg-kdg mencecah bahu tapi disisir rapi.
- Rambutnya terbelah di tengah.
- Di tubuhnya tidak banyak rambut kecuali satu garisan rambut menganjur dari dada ke pusat.
- Dadanya bidang dan selaras dgn perut. Luas bidang antara kedua bahunya lebih drpd biasa.
- Seimbang antara kedua bahunya.
- Pergelangan tangannya lebar, lebar tapak tangannya, jarinya juga besar dan tersusun dgn cantik.
- Tapak tangannya bagaikan sutera yang lembut.
- Perut betisnya tidak lembut tetapi cantik. Kakinya berisi tapak kakinya terlalu licin sehingga tidak melekat air.
- Terlalu sedikit daging di bahagian tumit kakinya.
- Warna kulitnya tidak putih spt kapur atau coklat tapi campuran coklat dan putih.
- Warna putihnya lebih banyak.
- Warna kulit baginda putih kemerah-merahan.
- Warna kulitnya putih tapi sihat.
- Kulitnya putih lagi bercahaya.
- Binaan badannya sempurna, tulang-temulangnya besar dan kukuh.
- Badannya tidak gemuk.
- Badannya tidak tinggi dan tidak pula rendah, kecil tapi berukuran sederhana lagi kacak.
- Perutnya tidak buncit.
- Badannya cenderung kepada tinggi,semasa berada di kalangan org ramai baginda kelihatan lebih tinggi drpd mereka.

KESIMPULANNYA :
Nabi Muhammad s.a.w adalah manusia agung yang ideal dan sebaik-baik contoh sepanjang zaman.

Rabu, 21 Mei 2008

HP Buat Masak Telur






BBM kian hari makin melejit harganya. Tapi itu wajar, karena komuditi ini tidak bisa diperbaharui, sementara permintaan terus naik di seluruh dunia. Kalaulah Indonesia mau menaikkan harga BBM menurut saya itu juga sangat wajar. Tapi harus dibarengi dengan penguasaan atau peninjauan ulang kontrak migas bagi perusahaan asing yang mengeruk hasil bumi negeri tercinta ini. Alih-alih soal BBM, untuk berhemat energi kita harus bisa memanfaat teknologi murah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Misalnya untuk memasak, tak perlu pakai api. Beberapa waktu lalu saya dikirimi sebuah email oleh seorang teman tentang HP atau ponsel yang bisa masak telur. Nah lho...
Emailnya begini. Pernahkah Anda mengalami masalah ketika akan membuat telur rebus, air sulit dicari dan kompor pun tiada? Ada cara baru yang efisien dengan memaksimalkan manfaat Handphone Anda. Tahu caranya? Berikut tipsnya:


Dibutuhkan:

·1 butir telur dan 2 ponsel
·65 menit percakapan dari 1 ponsel ke yang lainnya

Buat seperti pada gambar 1
Kita mulai panggilan antara kedua ponsel selama kurang lebih 65 menit;
15 menit pertama tidak terjadi apa-apa…
Setelah 25 menit telur mulai hangat, setelah 45 menit; (seperti gambar 2)
telur sudah panas; dan setelah 65 menit telur matang…

Kesimpulan:
Jika radiasi gelombang mikro yang dipancarkan oleh ponsel mampu memodifikasi protein dalam telur itu. Bayangkan apa yang terjadi dengan protein dalam otak kita ketika kita bicara melalui ponsel. Jangan tunda lagi. Segera beritahu informasi ini kepada teman/sanak keluarga/handai taulan. Dengan Anda mau meluangkan sedikit waktu, Anda telah menyelamatkan orang-orang di sekitar Anda dari bahaya yang mematikan ini.

Selasa, 20 Mei 2008

Belanja Murah di Wat Arun, Sesat di Pratunam

Thailand; Negara yang Serius Garap Pariwisata (2)

Empat hari berada di Thailand, sangatlah terasa singkat. Masih banyak tempat-tempat wisata di negara ini yang belum terkunjungi. Tapi walaupun empat hari, bagi saya, tour wartawan Riau Pos Grup ke negeri gajah ini sangatlah membuka cakrawala berpikir soal pembangunan dunia pariwisata serta menariknya trik yang dibuat pemerintah Thailand untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.

Catatan Mhd Nazir Fahmi

    SUNGAI besar yang membelah Kota Bangkok benar-benar dimanfaatkan sepenuhnya untuk menangguk bath sebanyak-banyaknya dari para turis. Dengan menggunakan Chao Phraya atau bus sungai, para turis dibawa menelusuri tempat-tempat wisata budaya seperti bangunan bersejarah yang rata-rata berada di tepi sungai kota tersebut.
   Tidak hanya bangunan, ikan patin pun menjadi daya tarik tersendiri buat wisatawan di sungai yang membelah Kota Bangkok. Di depan sebuah kuil Budha, ribuan ekor ikan yang cukup terkenal di Riau ini menampakkan dirinya. Hanya saja, untuk melihat ikan-ikan tersebut, pengunjung harus membeli roti seharga 20 bath satu bungkus.
   Apalagi dengan adanya kepercayaan kalau pengunjung berhasil melihat ikan patin warna putih akan mendapatkan keberuntungan, maka para wisatawan ramai-ramai memberi ikan tersebut makanan dengan cara membeli kepada pedagang yang ada di atas Chao Phraya.
Bangunan bersejarah di Kota Bangkok merupakan daya tarik tersendiri buat turis. Oleh karena itulah, paket wisata untuk city tour selalu diarahkan ke bangunan-bangunan istana raja yang megah berhias ornamen-ornamen emas dan kuil-kuil Budha yang didirikan 220 tahun silam.
    Di Wat Arun misalnya, berdiri sebuah kuil yang orang Thailand menyebutnya sebagai Borobudurnya Thailand. Daya tariknya tidak hanya pada ornamen-ornamen bangunan, tapi pada murahnya berbelanja souvenir-souvenir di lokasi wisata ini.
   Tak heran, ketika saya dan rombongan datang ke lokasi ini tanpa tentengan, setelah kembali dari tempat tersebut masih-masing wartawan sudah punya tentengan di kiri dan kanannya. Rata-ratanya, para pengunjung membeli baju t-shirt berlogo Thailand, gantungan kunci, tas dan beberapa souvenir lainnya. Di sini belanja termasuk murah, apalagi bisa tawar menawar harga kepada para penjual yang juga bisa bahasa Indonesia.
    Satu setengah jam perjalanan dari Bangkok arah ke Pattaya, bus yang membawa saya dan rombongan berhenti di Tiger Zoo. Satu lagi kepiawaian orang Thailand untuk menarik minat wisata dengan membuat keganjilan-keganjilan.
   Di taman ini, saya menyaksikan anak harimau yang menyusu pada induk babi dan anak babi menyusu ke induk harimau. Dan ada pula harimau dan anjing yang hidup dalam satu kandang tanpa ada masalah.
    Di sini pun dapat disaksikan peternakan buaya dan sejumlah atraksi. Keahlian pawang buaya yang usianya masih remaja mengundang decak kagum penonton. Seorang perempuan cantik membuka mulut buaya-buaya itu. Lantas perempuan tersebut memasukkan kepalanya. Bisa dibayangkan, jika mulut buaya terkatup, remuklah kepalapawang itu.
   Mereka yang piknik menggunakan paket wisata, biasanya juga diajak menyaksikan pertunjukan gajah di Taman Nong Nooch. Sebelum menyaksikan pertunjukan gajah-gajah yang begitu terlatih, saya dan rombongan harus menyaksikan Thai Cultural Show.
Dalam sebuah arena indoor yang disaksikan sekitar 2.000 penoton, gadis-gadis Thailand tampil dengan tari-tari dan pakaian tradisional negara itu. Tak ketinggalan, gajah pun ikut menari dalam show tersebut. Tentu saja, Thai Boxing sudah pasti dipertunjukkan dalam pagelaran itu.
Thai Cultural Show berlangsung setengah jam. Berikutnya penonton berpindah ke arena terbuka untuk menyaksikan kepiawaian gajah-gajah Thailand. Di arena ini penonton dibuat kagum oleh gajah-gajah Thailand yang cerdas. Selain pandai menari dan mahir melukis di kanvas, gajah-gajah Thailand bisa membedakan mana makanan dan mana duit.
    Gajah-gajah itu tentu tidak mata duitan. Ketika penonton menyodorkan seikat pisang, langsung dimasukkan ke mulutnya. Namun ketika yang disodorkan lembaran bath, uang itu langsung diserahkan kepada pelatihnya.
   Dalam Elephant Show, pengelola Taman Nong Nooch mendapatkan untung berlipat-lipat. Masuk ke taman, kita harus bayar, lalu menyaksikan Thai Cultural Show dan Elephant Show, kita harus merogoh bath lagi. Di saat pertunjukan gajah, pisang-pisang untuk makanan gajah dijual kepada pengunjung seharga 20 bath satu sisir.
   Sepertinya, gajah-gajah juga sudah dilatih untuk meraup bath sebanyak-banyaknya dari pengunjung. Buktinya, di saat satu pertunjukan selesai, maka sang gajah datang ke tempat duduk penonton untuk minta pisang dan itu tidak cukup satu sisir. Maka untuk pertunjukan berikutnya, penonton pun harus membeli pisang kembali agar bisa memegang gajah.
Usai pertunjukkan, gajah-gajah pun ''minta bayaran'' 40 bath kalau ingin berfose dengannya. Dan baju yang sudah dilukis sang gajah juga dijajakan kepada pengunjung yang ingin membelinya.
    Tempat wisata ''tambahan'' yang diarahkan oleh guide yaitu Gems Gallery, pusat penjualan perhiasan dengan batu permata asli dan pabrik obat yang ramuannya berasal dari ular kobra.
Di Gems Gallery, rombongan turis disuguhi acara presentasi tentang asal-muasal produknya. Penataan yang begitu apik dan manarik, membuat saya dan kawan-kawan wartawan terkagum-kagum dengan upaya pemerintah Thailand untuk memajukan industri mereka.
   Dua sisi yang digabungkan di Gems Gallery, ternyata membangkitkan minat pengunjung untuk mengetahui secara detail tentang permata. Tahap awal, pengunjung dibawa dengan kereta listrik untuk mengetahui asal muasal batu permata dan cara penambangan dari cara tradisionil sampai modern.
   Tahap berikutnya, saya dan rombongan dibawa ke tempat pengasahan batu permata. Satu orang dari rombongan wartawan, didampingi oleh satu orang pelayan Gems Gallery. Para pelayan yang sebagian besar gadis-gadis Thailand dan bisa berbahasa Indonesia itu memberi penjelasan soal batu-batu permata.
   Tahap terakhir, saya dan rombongan dibawa masuk melihat batu permata yang sudah menjadi perhiasan. Di sinilah transaksi dimulai. Para pelayan-pelayan Gems Gallery dengan gigih dan pantangmenyerah merayu saya dan beberapa kawan untuk membeli perhiasan-perhiasan tersebut.
   Kegigihan dan teknik menjual mereka yang memikat, akhirnya membuat saya dan kawan-kawan wartawan luluh juga. Walaupun bath sudah menipis di kantong, saya dan kawan-kawan rata-rata membeli perhiasan di Gems Gallery.
Ahad (5/9), dengan berat hati kami harus meninggalkan Kota Bangkok. Tapi menjelang keberangkatan ke bandara Donmueang, dua orang wartawan tersesat di Pasar Pratunam. Menariknya, sudahlah tersesat mereka enggan menelepon kawan-kawan di hotel. Ditelepon pun tidak mau mengangkat. Alasannya, takut kena roaming internasional.
   Lebih tragisnya, dua orang wartawan ini pun kehabisan bath dan tidak bisa membayar ongkos taksi. Kalau tidak cepat ditelepon dan dijanjikan bayar ongkos taksi di hotel, maka hampir saja dua orang kawan ini menginap di Kedubes Indonesia. Tapi syukurlah mereka selamat sampai ke hotel kembali. Dan dengan Singapore Airlines, Thailand kami tinggalkan dengan penuh cerita.(*)

Banyak Hal Bisa Dijadikan Bath

Thailand; Negara yang Serius Garap Pariwisata (1)

Kali pertamanya saya menjejakkan kaki ke Thailand, ada rasa sesak di dada. Pesawat Singapore Airlines yang membawa saya beserta kawan-kawan wartawan Riau Pos Grup dalam tour Singapura-Malaysia-Thailand, perlahan menyentuh landasan pacu Bandara Donmueang, Bangkok. Jantung semakin berdegub kuat ketika berbagai cerita dari orang-orang yang pernah menjejakkan kakinya di negara ini terutama tentang wisata seks melintas di pikiran. Tapi benarkah semua cerita itu?

Catatan Mhd Nazir Fahmi

    DI bandara Donmueang, saya sempat terpisah dengan rombongan karena harus pergi ke toilet. Saya pun cek paspor berada di pintu yang berbeda dengan rombongan dan harus antrean karena di saat yang bersamaan banyak juga rombongan turis manca negara yang ingin menjelajah negara gajah tersebut. Tapi saya sangat yakin, kawan-kawan lain tidak akan meninggalkan saya.
    Di tengah keterpisahan saya dengan rombongan, dari mikrofon bandara terdengar suara lembut yang memanggil-manggil ''proksa''....''proksa...''. Saya membayangkan, yang dipanggil-panggil tersebut adalah nama orang yang bernama Rosa atau sejenisnya. Belakangan, ternyata ''proksa'' tersebut adalah pengumuman.
   Karena terpisah, saya terus berjalan mencari rombongan. Dari tv display bagasi di bandara tersebut, ternyata bagasi dari pesawat Singapore Airlines yang saya tumpangi berada di pintu 2. Sementara saya di posisi pintu 14. Untuk kembali ke rombongan saya harus berjalan hampir satu kilometer. Benar saja, kawan-kawan lain sudah resah menunggu dan bagasi saya serta beberapa teman yang turut terpisah dengan rombongan sudah diangkat oleh kawan-kawan lain.
    Ke luar dari bandara, hawa panas Kota Bangkok semakin terasa. Syukurnya, di saat kedatangan, langit Bangkok lagi diselimuti awan sehingga hawanya tidak terlalu menyengat. Padahal saat di Singapura, pemandu wisata dari Patria Tour & Travel menyebutkan bahwa udara Bangkok cukup panas yakni di atas 32 derajat celcius.
   Perlahan bus pariwisata yang membawa saya dan rombongan mulai bergerak meninggalkan Bandara Donmueang. Kiri-kanan jalan yang dilewati kembali mengingatkan saya dengan Kota Jakarta. Parit-parit yang kumuh ditambah dengan banyaknya rumah-rumah liar yang tidak teratur. Memang beda jauh dengan bersih dan asrinya jalan-jalan Kota Singapura dan Kualalumpur yang sebelumnya saya lewati.
   Kalau dilihat dari sisi pengaturan perkotaan, Kota Bangkok tidak beda jauh dengan Kota Jakarta. Malah, dari sisi kemacetan, Jakarta lebih baik dari Kota Bangkok. Kemacetan sudah jadi trade mark bagi Bangkok dan kata orang, kota termacet di dunia adalah Bangkok.
Memasuki jalan-jalan di Kota Bangkok, hawa-hawa tempat seronok semakin jelas terasa. Di kiri-kanan jalan, plang-plang toko yang menawarkan pijit terlihat tidak beraturan. Mulai dari Thai Tradisionil Message, Oil Message sampai kepada Body Message terpampangbebas dan jelas di jalanan Kota Bangkok. Iman benar-benar dipertaruhkan di kota ini.
   Soal tempat-tempat seronok itu kita tinggalkan dulu dan ternyata saya lebih tertarik menyimak trik-trik bisnis yang dijalankan pelaku bisnis kecil maupun besar di negara yang mayoritas beragama Budha ini.
  Bangkok yang dijuluki sebagai ''Krung Thep yang berarti ''Kota Malaikat'' memang merupakan tempat wisata yang memikat masyarakat dunia. Setiap tahunnya kota yang berpenduduk sekitar enam juta orang itu didatangi turis asing tak kurang dari lima juta orang, berarti hampir sebanding dengan jumlah penduduknya.
  Buktinya saja, ketika saya dan rombongan datang ke negara tersebut, di Bandara Donmueang begitu banyak antrean ratusan turis manca negara yang ingin cek paspor di imigrasi Thailand. Rata-ratanya, para turis datang berombongan yang dipandu oleh agen-agen travel.
Daya tarik kepariwisataan Bangkok dan beberapa kota lainnya di Thailand adalah perpaduan wisata alam dan budaya. Dengan inilah mereka meraup bath dari tangan-tangan orang asing yang datang. Namun ada kalangan yang berseloroh, kunci keberhasilan kepariwisataan di Thailand karena ''4 S'' (Sun, Sea, Smile, dan Sex). Sun berarti keadaan alamnya yang tropis, Sea artinya, lautan atau pantainya yang indah, Smile artinya keramahtamahan masyarakat. Dan Sex adalah salah satu komoditas pariwisata di Thailand yang dikemas melalui beragam atraksi termasuk atraksi kesenian dan ''keterampilan sulap'' wanita dengan istilah Thai Girl Show. Tengok saja tempat-tempat pertunjukan tarian bugil dengan atraksi berbau magis atau sulap di Bangkok, Pattaya, dan kota lainnya, selalu dipenuhi turis.
    Selain itu, ada pula tempat pertunjukan kabaret waria di Pattaya bernama Alcazar yang dimasukkan dalam paket wisata budaya. Di situlah para waria yang tampak cantik dan seksi tampil menari dengan tata panggung yang spektakuler. Alcazar yang didirikan 11 tahun lalu dan para penarinya pernah tampil di Amerika dan Eropa berusaha mengangkat kesenian tradisional Thailand dengan kemasan teknologi dan setting pentas mutakhir dengan kostum serba-glamour.
Awalnya, saya enggan untuk ikut menonton acara kabaret waria tersebut. Namun karena rasa ingin tahu yang mendalam, akhirnya saya dengan beberapa teman wartawan Riau Pos Grup memutuskan menonton show yang tiket masuknya 500 bath tersebut.
    Saya berpikiran bahwa kabaret tersebut dikemas dalam pakaian yang tidak senonoh. Tapi setelah menonton acara tersebut saya jadi terkesima dengan penampilan para waria dengan kostum yang begitu indah dan sopan. Belum lagi tata panggung dan pencahayaan yang begitu menakjubkan semakin membuat para waria tersebut tampil penuh mempesona.(*)

Kamis, 15 Mei 2008

Baghdad-Karbala, Kota Sejarah yang Malang

Catatan: Mhd Nazir Fahmi
SUNGGUH terenyuh hati ketika Kota Baghdad luluh lantak dihantam misil-misil tentara agresor pimpinan Amerika Serikat. Kota kenangan sarat sejarah Islam, kini kembali dibicarakan banyak orang di seantero dunia. Kota yang masih dalam pembangunan setelah beberapa kali peperangan melanda wilayah ini. Kita tahu, mulai dari perang Irak-Iran, Perang Teluk I hingga Perang Teluk II sebagai balas dendam sang anak atas kekalahan sang ayah.
Sudah beberapa hari ini, kota kelahiran banyak sufi tersebut terus dibombardir tentara ''dajjal''. Puluhan, malah ratusan orang telah jadi korban. Banyak anak-anak yang kehilangan ibu,ibu yang kehilangan anak atau anak dan ibu yang kehilangan tulang punggung keluarga, sang ayah.
Tak bisa dipungkiri, perang telah menjadikan semuanya hancur. Tidak ada yang untung. Menang hanya akan jadi api, kalah pun jadi abu. Hawa nafsu yang dikobarkan oleh setan, selalu menggerogoti hati manusia untuk saling rusak dan bunuh. Setan kobarkan perang dan pertengkaran.
Bagi umat Islam, Kota Baghdad sangat sulit untuk dilupakan. Di sinilah banyak para ilmuwan Islam, tokoh-tokoh sufi, ulama besar muncul beberapa abad yang lalu. Malah, beberapa sahabat dan cucu Rasulullah SAW juga punya kenangan tersendiri di negara yang dipimpin Saddam Hessein tersebut.
Kita mengenal wali-wali --dan ini tak pernah dimengerti Bush dan sekutunya-- Syeikh Abdul Qadi Jailany; Makruf Karkhiy; Sarriy Saqathy; Juneid al-Bughdady; Abu Hanifah; Hasan Bashary; hingga Rabi'ah Adawiyah seorang sufi yang mengagungkan Allah dengan cintanya sampai-sampai dia tidak mau menikah karena kecintaannya kepada Allah SWT.
Itulah Baghdad, kota yang diapit dua sungai terkenal Tigris dan Eufrat. Sungai-sungai ini sebenarnya tak kalah bersejarahnya dalam sejarah penghancuran ilmu pengetahuan. Sungai Tigris yang membelah Kota Baghdad, pernah airnya hitam kemerah-merahan karena buku-buku berisi ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh umat Islam dibuang ke sana oleh tentara Ghulagul Khan dan dilanjutkan oleh Timur Leng.
Ribuan orang pun dibantai di sungai itu oleh tentara barbar, sehingga merahnya darah bercampur dengan hitamnya tinta-tinta. Air Sungai Tigris langsung berobah warna karena banyaknya buku-buku yang dibuang dan manusia yang dibantai.
Selain Baghdad, umat Islam juga sangat mengenal dengan Karbala. Dalam perang yang masih berlangsung sekarang ini, sebuah helikopter koalisi jatuh setelah ditembak oleh seorang petani dengan senapan usangnya di Karbala. Apakah benar, hanya gara-gara ditembak oleh senapan petani heli itu jatuh?
Tak hanya itu, kini tentara agresor juga sangat kewalahan berperang dengan tentara Irak di antara Karbala dan Najaf. Tentara koalisi yang menganggap enteng tentara Irak harus mengakui keunggulan pasukan Saddam Hussein tersebut.
Bush dan koalisinya mungkin tidak tahu dengan Karbala tersebut. Umat Islam tidak akan pernah melupakan sebuah peristiwa besar yang terjadi di Irak, empat belas abad yang silam. Tepatnya di sebuah tempat bernama Karbala. Seluruh umat Islam akan bersedih mengenang peristiwa itu. Di saat kepala cucu Rasulullah SAW, Husain bin Ali ra dipisahkan dari jasadnya dan dikirimkan kepada sang raja Yazid bin Mu'awiyah.
Peristiwa itu terjadi saat Sayidina Husain bin Ali bersama rombongannya sedang dalam perjalanan menuju Kota Kufah untuk memenuhi panggilan rakyat Irak yang berjanji akan membaiatnya sebagai khalifah menggantikan ayahandanya, Ali bin Abi Thalib.
Semula, banyak yang tidak menyetujui kepergiannya. Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Umar menyarankan agar tetap tinggal di kota Madinah. Mareka masih trauma, ketika penduduk Kufah mengkhianati kesetiannya kepada Ali bin Abi Thalib. Tapi, saran itu tidak bisa menggagalkan rencana bulat Husain bin Ali ra. Beliau tetap berangkat.
Keberangkatannya terdengar oleh khalifah Yazid bin Mu'awiyah. Ia segera memerintah pasukannya untuk menghadang rombongan Husain. Maka berangkatlah 4.000 tentara yang dipimpin Ibnu Ziyad menghadang rombongan Husain yang hanya berjumlah puluhan orang dari kerabat dekat Rasulullah di sebuah tempat bernama Karbala.
Pertempuran tidak sebanding ini pun tak terelakkan dan berakhir dengan dibantainya seluruh rombongan kecuali Siti Zainab dan si kecil, Ali Zainal Abidin bin Husain. Husain bin Ali ra gugur dengan tujuh puluh 70 luka di tubuhnya. Kepalanya dipotong dan kemudian dipersembahkan kehadapan Yazid sebagai bukti kesetiaannya.
Nasib Sayidina Husain bin Ali ra. sebenarnya telah tercium oleh sang kakek, Rasulullah saw. Dengan Mukjizat-nya, beliau mengetahui musibah yang akan menimpa cucunya tercinta. Suatu ketika, di saat Rasulullah sedang menggendong Sayidina Husain, tiba-tiba beliau meneteskan air mata. Asma', teman karib Fathimah ra, yang menyaksikan kejadian itu bertanya dan Rasulullah menjawab, ''Anakku ini akan dibunuh dengan kejam oleh orang-orang yang durhaka. Jangan kau sampaikan berita ini kepada ibunya. Kasihan, dia baru melahirkan''.
Dalam riwayat lain, Rasulullah memberikan segumpal tanah kepada istrinya, Ummu Salamah sambil berkata, ''Taruhlah tanah ini dalam botol. Jika warnanya berubah menjadi merah maka saat itulah anakku, Husain, dibunuh oleh orang-orang dzalim.
Jika nurani kita tidak mati, tentu hati kita akan menangis, mengutuk perbuatan keji ini. Dan, nurani Yazid tidak mati, mungkin. Dia menangis sambil berkata, ''Cukuplah sebagai bukti kesetiaan kalian padaku tanpa harus memotong kepala orang mulia ini.''
Tragedi tragis itu tak akan pernah terlupakan dan akan selalu dikenang oleh seluruh umat Islam dan dicatat sebagai 'dosa terbesar' perjalanan sejarah Khilafah Umawiyah, terutama bagi umat Syi'ah, sebagai kelompok yang men'dewa'kan keturunan Sayidina Ali bin Abi Thalib ra.
Inilah Kota Baghdad dan Kota Karbala yang punya sejarah besar dalam kehidupan namun sangat malang. Karena itu pulalah, banyak pihak ingin memiliki negara yang kaya minyak ini. Entah sudah berapa banyak darah-darah yang sudah membasahi tanah negara ini dan mungkin bisa jadi sebanyak minyak bumi yang diincar oleh Presiden Bush.(*)

Hikayat 1001 Malam, hingga Cerita Taman Eden

Oleh Mhd Nazir Fahmi

Hidup punya dua hari; yang satu kedamaian, yang satu kelesuan,
Dan punya dua sisi; kekhawatiran dan kebahagiaan,
Tanyalah dia yang mengejek kita dengan kemalangan,
''Apakah takdir, kecuali yang patut dicatat, menindas?
Tidakkah engkau lihat bahwa badai yang mengamuk, menghembus
Hanya menyerang pohon-pohon yang paling tinggi,
Dan di antara banyak ladang yang hijau dan tandus,
Hanya yang berbuah lebat yang tertimpuk bebatuan,
Dan dari bintang-bintang yang tak terhitung di kolong langit,
Tiada yang gerhana kecuali bulan dan matahari?
Pikirkanlah baik-baik tentang hari-hari itu, ketika sedang indah,
Lupa akan keburukan-keburukan yang ditakdirkan untuknya.
Engkau teperdaya oleh malam-malam yang tenang,
Namun di tengah ketenangan malam kesedihan mencekam.

INI adalah sebuah syair yang diungkapkan seorang pedagang di tengah ancaman pedang sesosok jin tua yang ingin membunuhnya dalam Hikayat 1001 Malam. Hikayat ini telah mengangkat dan membuat tenar Kota Baghdad yang kini dalam kekhawatiran, kecemasan, penindasan serta kemalangan akibat ulah agresor AS dan koalisinya sebagaimana isi syair tersebut.
Keterkenalan Baghdad tidak hanya karena Hikayat 1001 Malam tersebut, lebih dari itu, sumber peradaban dunia sebenarnya berawal dari kota ini. Banyak orang-orangnya yang telah mengguncang dunia dengan penemuan di bidang ilmu pengetahuan sampai kepada penyair-penyair terkenal.
Ternyata, kebesaran Baghdad tidak hanya dikenal lewat tokoh-tokoh Islamnya semisal Syeikh Abdul Qadi Jailany; Makruf Karkhiy; Sarriy Saqathy; Juneid al-Bughdady; Abu Hanifah; Hasan Bashary; hingga Rabi'ah Adawiyah. Lebih dari itu, umat Kristiani juga punya kisah tersendiri dengan negara yang kini diluluhlantakkan pasukan agresor AS dan koalisinya.
Kalau umat Islam punya kisah-kisah heroik, ilmu pengetahuan dan budayawan di Irak, umat Kristen punya kisah pencarian Taman Eden yang dipercaya tempat pertama Adam dan Hawa sehingga mereka diusir Tuhan dari taman tersebut.
Diceritakan dalam kitab suci umat Kristen, Alkitab bahwa letak dari Taman Eden adalah dipercaya di sebuah kota di Irak. ''Ada suatu sungai yang mengalir Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang.'' (Kejadian 2:10).
Dipercaya, dua sungai tersebut adalah Hiddekel (Tigris) dan Perath (Efrata) yang kini mengapit Kota Baghdad di Irak. Inilah sebabnya mengapa banyak orang-orang Kristen beranggapan bahwa taman yang asli terdapat di suatu tempat di daerah Mesopotamia (daerah sekitar Irak sekarang) di mana sungai Tigris dan Efrata mengalir di zaman sekarang ini.
Alkitab mencatat --Alquran juga menjelaskan-- terjadinya air bah yang menghancurkan dunia, ribuan tahun setelah Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden. Lapisan dari endapan tanah yang bermil-mil tebalnya, menjadi saksi bisu dari terjadinya kerusakan yang terjadi secara besar-besaran yang diakibatkan perubahan air yangmana telah memporakporandakan dan mengubur dunia sebelum terjadinya air bah untuk selama-lamanya.
Setelah air bah, para orang-orang yang selamat (Keluarga Nuh) pindah ke dataran Shinar (Sumeria/Babilonia) dimana di sana dapat kita temukan sungai-sungai yang dinamakan Tigris dan Efrata. Ini jelas bukan merupakan sungai-sungai yang sama. Sungai baru ini mengalir di atas lapisan batuan yang terbentuk oleh air bah dimana batuan ini mengandung miliaran tubuh yang mati (mereka yang terbunuh oleh karena air bah).
Sungai-sungai ini mungkin dinamakan sama dengan nama sungai sebelumnya sebelum terjadinya air bah, yang mungkin sama seperti yang dilakukan para pendatang dari Inggris sewaktu datang ke Amerika dan Australia, dimana mereka mengambil nama yang sudah umum di negaranya untuk menamakan banyak daerah di tempat yang mereka sebut dunia baru.
Sebagai catatan, Alkitab berbicara mengenai salah satu sungai terpecah menjadi empat anak sungai, hanya dua dari antaranya yang disebut Tigris dan Efrata. Dan keduanya bukanlah yang ditemukan di Asia tengah zaman sekarang ini. Taman Eden telah dihancurkan oleh air bah. Letak Taman Eden di dunia ini tidak pernah dapat ditentukan secara pasti.
Terlepas benar atau tidaknya di sana letak Taman Eden yang dipercaya umat Kristiani, yang jelas dari kejadian air bah atau umat Islam menyebutnya Kiamat Nabi Nuh as, telah memberi bukti kepada dunia sekarang bahwa kandungan minyak di Irak dan sekitarnya sangat banyak.
Secara ilmu pengetahuan, minyak bumi tersebut berasal dari fosil hewan dan manusia yang terkubur beribu-ribu tahun dalam tanah. Kita tahu, Kiamat Nabi Nuh telah mengubur beberapa generasi manusia yang ingkar kepada Allah SWT. Lalu Allah mendatangkan banjir besar, sementara Nabi Nuh dan pengikut-pengikutnya --manusia yang beriman dan sepasang binatang dari berbagai jenis-- diselamatkan Allah dengan kapal yang dibuat Nabi Nuh sebelumnya atas perintah Allah.
Sementara manusia yang ingkar dan sisa binatang yang begitu banyak, dihantam air bah dan mereka terkubur. Inilah yang menjadikan Irak begitu punya banyak cadangan minyak bumi dan tak ketinggalan beberapa negara di sekitarnya seperti Arab Saudi, Kuwait, Iran dan lainnya.(*)

Baghdad; Dari Ilmu Kedokteran hingga Aljabar

Catatan: Mhd Nazir Fahmi
SEBENARNYA, dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas menjadi jauh dari pengaruh Arab. Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi kepada Arab. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas ada jabatan wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam pemerintahan Bani Ummayah.
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:
Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.
Para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar dari Baghdad menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan bisa berlangsung di istana atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli ke sana.
Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yaitu:
Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat di bidang pemerintahan. Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma'tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al-ra'yi, yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran daripada hadits dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al-ra'yi, (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika di kalangan umat Islam sangat mempengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut.
Imam-imam mazhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Imam Abu Hanifah atau Imam Hanafi (700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Karena itu, mazhab ini lebih banyak menggunakan pemikiran rasional daripada hadits. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Abu Yusuf, menjadi Qadhi al-Qudhat di zaman Harun al-Rasyid. Di Kota Baghdad pun didirikan Masjid Imam Hanafi.
Disamping empat pendiri mazhab besar tersebut, pada masa pemerintahan Bani Abbas banyak mujtahid mutlak lain yang mengeluarkan pendapatnya secara bebas dan mendirikan mazhab-nya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak berkembang, pemikiran dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.
Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Fargani, yang dikenal di Eropa dengan nama Al- Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis.
Dalam lapangan kedokteran dikenal nama al-Razi dan Ibn Sina. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibn Sina. Ibn Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Diantara karyanya adalah al-Qoonuun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah.
Dalam bidang optikal Abu Ali al-Hasan ibn al-Haythami, yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kemudian terbukti kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di bidang kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu.
Di bidang matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata ''aljabar'' berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah. Dalam bidang sejarah terkenal nama al-Mas'udi. Dia juga ahli dalam ilmu geografi. Diantara karyanya adalah Muuruj al-Zahab wa Ma'aadzin al-Jawahir.
Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat, antara lain al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat. Yang terkenal diantaranya ialah al-Syifa'. Ibn Rusyd yang di Barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam bidang filsafat, sehingga di sana terdapat aliran yang disebut dengan Averroisme.
Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa ini, kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama. Namun sayang, setelah periode ini berakhir, Islam mengalami masa kemunduran.
Kondisi ini dimanfaatkan bangsa Mongol yang justru tengah giat memperluas daerah taklukan ke arah barat. Di bawah pimpinan Ggulagu Khan, pasukan Mongol mengepung Baghdad dan memerangi penduduknya. Jutaan kitab dibakar dan dibuang ke sungai. Sejak saat itu, berkali-kali Kota Baghdad menjadi sasaran kekejaman sejumlah pemimpin yang bernafsu memperluas wilayah kekuasaannya. Fase modern Baghdad dimulai 1975. Pada tahun inilah industrialisasi dimulai. Kini, Universitas Al Mustansiriya mulai dilirik para pengais ilmu di dunia untuk memperdalam pengetahuan.(*)

Harun al Rasyid Jadikan Baghdad Terhebat

Catatan Mhd Nazir Fahmi

Walaupun sempat dijuluki oleh penduduk jazirah Arab sebagai kota perdamaian, namun Kota Baghdad justru sering menjadi lahan ''pembantaian'' umat manusia. Kalau dulu pasukan Mongol di bawah pimpinan Ghulagul Khan telah membuat Sungai Tigris dan Eufrat merah kehitam-hitaman karena darah manusia dan tinta, kini giliran George W Bush yang menumpahkan darah hamba-hamba tak berdosa di sana.Kini Kota Baghdad kembali menjadi pusat perhatian dunia. Perhatian bukan lagi pada kedigjayaan kota yang banyak melahirkan tokoh-tokoh ilmu pengetahuan, tapi lebih pada tragedi kemanusiaan dan sejarah yang dialami kota 1001 malam ini.
Sudah hampir tiga minggu invasi yang dilakukan pasukan Amerika Serikat dan sekutunya ke negara ini, Kota Baghdad merupakan gerbang terakhir agresi pasukan George W Bush yang berupaya mengenyahkan Presiden Irak Saddam Hussein dari pucuk pimpinan yang syah.
Jika perang kota terjadi, bukan tak mungkin Baghdad akan luluh lantak. Bakal rata dengan tanah. Kalau sudah begini, warga dunia, terutama umat Islam akan kehilangan tempat yang paling bersejarah di dunia. Tempat peradaban Islam dimulai.
Sejarah Irak bisa dilacak hingga 4000 Sebelum Masehi, saat peradaban Mesopotamia masih berdiri. Kata Mesopotamia sendiri berarti tanah di antara sungai-sungai, Tigris dan Eufrat. Sementara Baghdad didirikan oleh khalifah kedua Bani Abbasiah, Abu Jafar Al-Manshur, sekitar 762 M. Di bawah kendali Manshur, Baghdad maju pesat dan menjadi pusat perkembangan umat Islam pada saat itu. Kota ini pun menyandang berbagai gelar seperti pusat perdagangan, budaya, dan kota pelajar.
Sebenarnya, Khalifah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari Khalifah Umayyah, dimana pendiri dari khalifah ini adalah keturunan Al-Abbas, paman Nabi Muhammad SAW, yaitu Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Kekuasaan dinasti Bani Abbas, atau Khalifah Abbasiyah, sebagaimana disebutkan melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Khalifah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abass. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) sampai 656 H (1258 M).
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. Karena itu, pembina sebenarnya dari daulat Abbasiyah adalah Abu Ja'far al-Manshur (754-775 M). Dia dengan keras menghadapi lawan-lawannya dari Bani Umayyah, Khawarij, dan juga Syiah yang merasa dikucilkan dari kekuasaan.
Untuk mengamankan kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya satu per satu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah pamannya sendiri yang ditunjuk sebagai gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir, karena tidak bersedia membaiatnya, dibunuh oleh Abu Muslim al-Khurasani atas perintah Abu Ja'far. Abu Muslim sendiri karena dikhawatirkan akan menjadi pesaing baginya, dihukum mati pada tahun 755 M.
Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad, dekat bekas ibu Kota Persia, Clesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya.
Dia mengangkat sejumlah personil untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator departemen, Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara disamping membenahi angkatan bersenjata.
Dia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah ditingkatkan perananya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.
Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Diantara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosporus. Di pihak lain, dia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama genjatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di bagian lain Oksus dan India.
Kalau dasar-dasar pemerintahan daulat Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu al-Abbas dan Abu Ja'far al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun al-Rasyid (786-809 M), al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Wasiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M). Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Bashrah menjadi pelabuhan yang penting.
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman Khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dan putranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial di Baghdad. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan di Kota Baghdad. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya.
Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi. Al-Ma'mun, pengganti al-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait al-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Al-Mu'tashim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Tidak seperti pada masa daulat Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, kekuatan militer dinasti Bani Abbas menjadi sangat kuat.
Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindik di Persia, gerakan Syiah, dan konflik antar bangsa dan aliran pemikiran keagamaan. Semuanya dapat dipadamkan.
Dari gambaran di atas Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan pokok antara Bani Abbas dan Bani Umayyah. Disamping itu, ada pula ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbas yang tak terdapat di zaman Bani Umayyah.(*)

Senin, 12 Mei 2008

Isu Santet via Ponsel Mewabah

PUKUL 02.23.36, Minggu dini hari, tiba-tiba ponsel saya kemasukan sebuah SMS. Tiga kali ringtone pertanda SMS masuk terdengar nyaring pagi-pagi buta tersebut. Saya terbangun, namun ponsel tidak saya sentuh. Saya yakin paling-paling SMS pemberitahuan sesuatu program dari Telkomsel.
Menjelang pergi ke musala untuk salat Subuh, saya coba buka SMS di ponsel. Saya kaget, ternyata SMS yang masuk dari nomor 0811282xxx milik Roy Suryo, pengamat telematika yang terkenal itu. ''Insya Allah nanti terlaksana, jam 7 di Trans7 saya akan kembali memastikan bahwa issue 'Santet-via-SMS-InfraMerah no 0866/6666 dsb' itu tidak benar/Unlogic,'' kata Roy dalam SMS-nya.
Kontan saja, saya langsung balas SMS tersebut. ''Bagus itu mas, di Sumbar dan di Riau, masyarakat banyak yang mematikan ponsel gara-gara SMS tersebut. Malah di Sumbar berkembang isu, gara-gara SMS itu di Riau sudah menewaskan 70 orang. Padahal di Riau tidak ada yang meninggal. Sukses terus. Wassalam Mhd Nazir Fahmi, Riau.'' Begitulah SMS balasan yang saya buat untuk Roy Suryo pagi itu.
Usai mengirim SMS itu saya pun buru-buru ke musala. Kembali dari musala, sudah ada pula SMS balasan dari Roy Suryo. ''He-3x, ada ''korban''? Ya itu tidak akan ada, itu semua hanya issue alias khabar bohong. Yang benar-benar jadi 'korban' adalah masyarakat yang tertipu mengirimkan SMS tersebut,'' katanya lagi.
Saya pun kembali balas SMS itu. ''Kalau jadi mas tampil, jelaskan betul bahwa korban-korban yang seperti kesetrum saat terima SMS atau telepon berwarna merah itu lebih kepada sugesti karena ketakutan saja. Di Rengat, Riau, seorang pemuda merasa kesetrum dan menggigil habis terima SMS tersebut. Karena sebelum terima SMS itu, mereka terlibat perbincangan tentang SMS merah dan tiba-tiba ponsel pemuda itu berdering dan warnanya merah. Maka masuk rumah sakitlah pemuda itu. Begitu juga beberapa daerah di Sumbar seperti Lubukbasung, ibukota Kabupaten Agam, ada juga yang seperti itu. Yang jelas di dua daerah tersebut, masyarakat awam enggan hidupkan ponsel. Mereka benar-benar takut mas.
Beberapa saat SMS balasan dari Roy Suryo pun masuk. ''Kemungkinan besar nanti saya hanya 'live-by-phone' di Trans7, karena semalam reporternya tidak jadi ketemu dan posisi nanti pas landing di Jakarta. Tapi Insya Allah Ok,'' kata Roy lagi. Saya pun kembali balas,''Mudah-mudahan jadi mas. Biar masyarakat bisa teredukasi dengan baik soal teknologi.''
Isu tentang santet lewat ponsel ini benar-benar mewabah ke mana-mana. Beberapa kali sang orang tua dari Sumbar menelepon agar hati-hati menerima panggilan dari nomor yang ada 66-nya tersebut.(mhd nazir fahmi)

Selasa, 06 Mei 2008

Di Hutan Lebat Sekalipun, Signal Ponsel Tetap Kuat


DARI Rumput Jadi Savana. Motto ini selalu terngiang-ngiang di telinga. Ide brilian dari Telkomsel ini kini sudah menapaki tahun yang ke-12. Dua belas tahun kiprahnya di tanah air dalam dunia selular, rumput yang ditanam tidak hanya sebatas padang savana. Lebih dari itu, kini savana tersebut telah menjalar ke tengah-tengah hutan lebat. Makin hari, kian melebar dan bertebaran ke mana-mana.
Empat tahun lalu, ketika duduk-duduk di tepi Batang Antokan, sungai berarus deras penuh bebatuan yang memberi kehidupan bagi puluhan desa di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, signal ponsel sebatas satu dua. Kadang-kadang hilang sama sekali. Namun sebuah upaya dari Telkomsel untuk menembus desa-desa yang tak jauh dari Danau Maninjau itu dengan signalnya memang baru dimulai saat itu.
Kala itu, sangat langka orang-orang punya ponsel. Yang memiliki baru sebatas orang kota yang pulang kampung. Mereka membawa ponsel. Anak-anak desa banyak bertanya-tanya apa gerangan yang dibawa orang kota. Ponsel berdering, lalu didengarkan ke telinga dan ngomong. Ini pun makin membingungkan mereka.
Seiring waktu, kini semua itu sudah berubah total. Masyarakat desa yang dulu hening dan tak mengenal teknologi selular, sekarang benar-benar terbius dengan beragam ponsel. Sarana komunikasi yang satu ini ternyata sudah menjadi kebutuhan.
''Bagaimana pun ponsel sangat penting saat ini. Apalagi daya jangkau signal Telkomsel sudah sangat luas di daerah kami. Kalau dulu hanya sebatas kampung, kini sudah sampai ke bukit-bukit,'' kata Ria salah seorang anak Desa Paritrantang, Kenagarian Geragahan Timur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Apa yang dikatakannya benar adanya. Saat mengunjungi daerah ini beberapa bulan lalu, saya menyempatkan masuk hutan dan naik ke perbukitan. Jarak dari desa hingga ke puncak bukit lebih kurang 3 kilometer.
Ketika sampai di rerimbunan pepohonan di puncak bukit, tiba-tiba ponsel saya berdering. Seorang teman dari Lipatkain, Kabupaten Kampar menghubungi dan menanyakan keberadaan saya. Ketika itu, saya benar-benar terkesima dan serasa bermimpi kalau teknologi selular sudah menembus hutan lebat yang dulu tempat saya bermain setiap akhir pekan.
Saya tak pernah bayangkan komunikasi akan sebegitu lancar di tengah hutan belantara. Ponsel dengan kartuHALO yang sudah saya pakai 10 tahun lebih signalnya full dan sangat kuat. Dulu, jangankan di tengah hutan dan lembah basah ini, di kampung yang agak dekat dengan Kantor Bupati saja susah untuk menikmati sarana komunikasi tersebut.
Bertahun-tahun saya menunggu kehadiran telepon rumah. Apalagi sebagian besar saudara ada di rantau sangat memerlukan sarana komunikasi ini. Dengan teknologi komunikasi, saudara dan kedua orang tua yang ada di kampung mudah mengetahuinya.
Di tengah keputusasaan mendapatkan telepon kabel, tiba-tiba Telkomsel datang dengan teknologi selularnya. Bagaikan gayung bersambut, serta merta masyarakat desa banting stir beli ponsel lalu beli kartu simPATI. Ternyata mereka lebih mengenal Telkomseldengan simPATI-nya.
Kini jangan heran, ketika tiba waktu berburu hama babi di perbukitan yang jauh dari desa, para pemburu alias pamuncak istilah Minang-nya, selain membawa anjing, pisau, di pinggangnya atau dalam saku celana juga ikut serta ponsel.
Malah, kebiasaan teriak-teriak agar bisa mengepung babi dalam suatu perburuan, kini mulai kurang karena adanya teknologi selular. Antara para pemburu bisa saling komunikasi di mana posisi masing-masing dan saling memberi tahu di mana keberadaan binatang buruan.
Sepenggal cerita ini, tak seberapa dibanding upaya yang dilakukan Telkomsel dalam memajukan dunia selular di tanah air. Asalkan pelanggan bisa berkomunikasi, Telkomsel akan terus berupaya menghadirkan signal terbaik walau harus merugi sekalipun.
Untuk mendirikan sebuah pemancar atau Base Transceiver Station (BTS) bukan sedikit biaya yang harus dikeluarkan. Belum lagi kalau BTS itu jauh dari BTS-BTS lainnya. Kalau medannya datar dan tidak bergunung-gunung, mudahlah untuk koneksinya. Tapi kalau daerahnya bergunung-gunung seperti di Sumatera Barat, alamat banyak BTS yang harus didirikan.
Lihat saja sebuah BTS di Desa Ulu Air, lintas Pekanbaru-Padang. Letaknya menjulang di atas puncak bukit di tengah hutan belantara. Konon, awal berdiri BTS ini, Telkomsel harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi. Karena posisinya jauh dari BTS lain --BTS terdekat dari Riau adalah di Kuok dan dari Sumbar di Harau dengan jarak tempuh dua jam perjalanan-- maka Telkomsel memanfaatkan jasa satelit.
Tahu sajalah kalau menggunakan satelit, sudah pasti sewa perbulannya di atas angka Rp50 juta. Tapi demi pelanggan, Telkomsel melakukan semua itu. Walau mahal, asal pelanggan bisa terlayani, Telkomsel pasti akan investasi. Inilah salah satu nilai tambah dari perusahaan market leader di dunia selular tanah air tersebut. ''Tapi kini BTS tersebut tidak memanfaatkan jasa satelit lagi. Kita sudah bangun dua BTS lagi di Pangkalan Koto Baru,'' kata Kasno Tamba, Manager BSS Ridar-Sumbar.
Akhir Mei 2007 lalu, saya juga menyempatkan tes signal Telkomsel dari Pekanbaru-Bukittinggi-Maninjau-Lubukbasung-Tiku-Padang Pariaman-Sicincin-Kayutanam-Lembah Anai-Padangpanjang dan balik lagi ke Pekanbaru. Masyaallah, ponsel yang saya bawa bisa on terus dengan signal Telkomsel.
Diakui, ada beberapa lokasi yang tak ada signal Telkomsel. Tapi itu hanya hitungan menit. Lalu ponsel bisa digunakan lagi untuk berkomunikasi. Gebrakan IKC yang dikebut oleh Telkomsel benar-benar berhasil nyata. Hampir seluruh kecamatan di Indonesia saat itu sudah bisa menikmati jasa Telkomsel.
''Kami berharap kehadiran layanan Telkomsel yang menjangkau hingga pelosok Indonesia melalui program IKC, dapat menjadi manfaat seperti meningkatkan kelancaran komunikasi antar penduduk, daya tarik investasi daerah, peluang usaha, membuka lapangan kerja baru, serta meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi dan kemasyarakatan,'' kata Bambang Riadhy Oemar, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Telkomsel dalam suatu kesempatan.
Menurut Bambang, tahun 1997 Telkomsel telah menghadirkan jaringan di seluruh ibukota provinsi (IKP Indonesia) dan dilanjutkan melayani seluruh ibukota kabupaten (IKK Indonesia) ditahun 2005. Selanjutnya tahun 2007 Telkomsel berhasil melayani seluruh kecamatan Pulau Sumatera-Jawa-Bali dan Nusa Tenggara (IKC Sumatera, Jawa, Bali-Nusa) dan segera menyusul seluruh kecamatan di Pulau Kalimantan tahun ini.
Percepatan melayani hingga pelosok Indonesia, kata Bambang, terlihat dari tingginya peningkatan jumlah BTS yang telah mencapai 121 kali lipat. Di awal beroperasinya tahun 1995 hanya memiliki 149 BTS, kini telah menggelar sekitar 18.000 BTS yang meng-cover lebih dari 95 persen populasi Indonesia yang merupakan jumlah ke-4 terbesar di dunia. Bahkan di tahun 2007 mengalokasikan investasi 1,5 miliar dolar AS (sekitar Rp14 triliun).
Tak dipungkiri, program interkoneksi kecamatan (IKC) yang digelorakan Telkomsel awal tahun 2006 sangat membantu masyarakat Indonesia dalam komunikasi selular. ''Di Riau Daratan dan Sumatera Barat saja, kita telah on air 1.068 BTS lebih. Seterusnya akan ada penambahan-penambahan BTS lagi di desa-desa pada kedua provinsi ini,'' jelas Kasno Tamba, beberapa waktu lalu.
Untuk di Riau Daratan, jelasnya, sudah berdiri 687 BTS yang tersebar di seluruh kecamatan. Sedangkan untuk Sumatera Barat, sudah pula berfungsi 381 BTS dan akan terus ada penambahan. Dengan begitu banyak BTS, tidak heranlah jika di tengah hutan ternyata signal Telkomsel bisa ditangkap. Suaranya pun sangat jernih.
Begitu banyak godaan datang dari rival-rival Telkomsel yang dikemas dalam bentuk pulsa hemat, SMS gratis dan lain sebagainya, ternyata tidak membuat jutaan pelanggan Telkomsel beralih ke lain hati alias ke operator lain. Pemikiran cerdas dari pelanggan untuk dunia selular, lebih utama itu jaringan yang bagus dan luas. Tidak terfokus kepada murahnya pulsa dan janji-janji manis lainnya.
Kini, siapa yang tidak mengenal Telkomsel. Anak kecil sekalipun, sudah tahu dengan perusahaan selular yang bermula terlahir di Batam-Bintan ini. Jadi jangan heran, murid Taman Kanak-kanak pun sudah dibekali orang tuanya dengan ponsel. Alasan mereka, biar mudah menghubungi ketika akan menjemputnya dari sekolah.
Kalaulah murid TK sudah gunakan ponsel dalam kehidupannya, apatah lagi murid SD, pelajar SMP atau siswa SMA. Betapa banyak saat ini anak-anak usia sekolah tersebut sudah menenteng ponsel ketika jam pelajaran. Malah, kalau dulu ketika akan ada ulangan atau ujian semesteran para guru menyuruh anak didiknya mengumpulkan buku ke depan kelas, maka kini tidak hanya buku, tapi ponsel harus diletakkan ke meja guru.
Kartu simPATI dan As yang dikenalkan oleh Telkomsel, telah membuat anak-anak usia sekolah dengan mudah memanfaatkan jasa selular ini. Selain bisa hidup di mana-mana, pulsanya pun sangat murah dan enteng bagi saku mereka.
Ini bukti, dan bukan mimpi. Motto Begitu Dekat, Begitu Nyata benar-benar menjadi cemeti bagi Telkomsel untuk terus bergerak dan berinovasi. Semua ini bisa kita lihat kenyataannya sekarang. Di Riau Daratan saja, berapa banyak tempat --yang secara jangka pendek tidak ekonomis buat Telkomsel-- semuanya sudah dimasuki operator selular di bawah payung Telkomsel. Petani karet, coklat, sawit, kelapa sampai kepada nelayan di tengah-tengah Sungai Siak yang keruh, kini sudah menikmati fasilitas ponsel tersebut. Mereka tidak bisa dimainkan lagi oleh pedagang perantara terkaitharga. Karena dengan ponsel di tangan, mereka kapan pun bisa mengetahui harga di pasaran.
Belum lagi di Sumatera Barat. Provinsi yang hanya mengandalkan keindahan alamnya tentu saja sangat membutuhkan ketersediaan jaringan telekomunikasi. Kalau dipatok hanya dengan telekomunikasi telepon biasa, kondisinya saat ini sangat memprihatinkan dan sangat susah untuk mendapatkannya. Sementara, sebuah industri pariwisata harus menyediakan banyak fasilitas agar pengunjung betah di tempat tersebut.
Tentunya, dengan kehadiran Telkomsel di banyak tempat di Sumatera Barat sangat mendukung dunia pariwisata di daerah tersebut. Pengunjung pun bisa betah. Karena kapan dan di manapun mereka berada, informasi dengan orang-orang tersayang, teman, kawan kantor atau teman bisnis tidak terputus.
Apalagi dengan berbagai fasilitas yang disediakan Telkomsel, pelanggan tidak perlu repot-repot. Mau mengetahui dunia saat memancing di tengah Danau Singkarak, cukup lewat ponsel yang ada kartu Navigatornya. Atau mau transfer uang dan mencek saldo rekening di bank saat berada di tepi Ngarai Sianok Bukittinggi semuanya bisa lewat ponsel. Sabas buat Telkomsel. Semoga terus jaya dan tetap yang terbaik. 45 juta pelanggan tahun ini, semoga bisa ditembus.(mhd nazir fahmi)

Polemik Angka 23 Berakhir Sudah


Proses Panjang Pembangunan Jembatan Siak Sriindrapura

DUA menara setinggi 80 meter sudah tertancapkan ke dasar Sungai Siak tak jauh dari Istana Siak Sriindrapura. Badan jembatan dengan konstruksi cable stay sudah pula menyatukan menara tersebut dengan tanah dari dua sisi berbeda jembatan itu. Dua menara itu masih belum terhubung antara satu sama lainnya. Angka 23 terlihat dengan jelas dari kejauhan.
Walau belum selesai, tapi sejak Februari 2005 lalu, tidak ada lagi aktivitas pembangunan di jembatan tersebut. Alat-alat berat yang sebelumnya bersiliweran ke sana ke mari dengan deru mesinnya yang memekakkan telinga juga tidak nampak lagi. Barak-barak pekerja pun sudah tidak ada penghuninya. Mereka untuk sementara istirahat menjelang polemik ketinggian jembatan berakhir.
Angka 23 yang terpampang dengan jelas di antara dua tiang menara yang menandakan ketinggian jembatan itu dari permukaan air inilah yang menjadi polemik berkepanjangan sejak dua tahun silam. Pemerintah Kabupaten Siak sengaja membuat setinggi itu dengan maksud untuk menyelamatkan Sungai Siak yang tercemar berat. Namun Pemko Pekanbaru menentangnya, karena alasan akan mematikan perekonomian pelabuhan di Kota Bertuah.
Sebelas hari menjelang 2006, keputusan yang ditunggu-tunggu masyarakat Siak Sriindrapura datang jua. Jembatan megah sepanjang 800 meter yang diminta dihentikan pembangunannya sejak tanggal 15 Februari 2005, mulai 20 Desember lalu sudah diperbolehkan kembali dilanjutkan dengan ketinggian 23 meter.
Awalnya, rencana pembangunan jembatan di Kota Siak Sriindrapura yang melintasi alur Sungai Siak betul-betul membuat berbagai pihak terutama yang berkepentingan kasak-kusuk. Seperti Pekanbaru, menantang sangat kuat rencana pembangunan jembatan yang berketinggian 20 meter dari permukaan air Sungai Siak.
Alasan mereka, kapal-kapal yang mengangkut berbagai keperluan untuk kota ini dan bersandar di dermaga Pelindo I tidak bisa masuk lagi karena ketinggian jembatan yang tidak maksimal. Pekanbaru mau jembatan tersebut dibangun, tapi harus lebih tinggi dari rencana Pemkab Siak.
Tahap demi tahap dilalui petinggi-petinggi Siak untuk meyakinkan banyak pihak atas pentingnya pembangunan jembatan tersebut. Pada 10 Juli 2002, dimulaikan sosialisasi dengan mengadakan presentasi rencana pembangunan jembatan itu di Hotel Pangeran, Pekanbaru.
Pada presentasi yang dihadiri pejabat dari Gubernur Riau dan jajarannya, bupati dan wali kota, akademisi, Adpel, Pelindo, Kadin, DPC INSA Riau, tokoh masyarakat dan pemakai jasa perhubungan di Sungai Siak, dikemukakan ketinggian jembatan 20 meter dari air pasang tertinggi.
Kontan saja, presentasi ini menuai protes. Pemko Pekanbaru, termasuk Adpel minta ketinggian dinaikkan menjadi 30 meter. Adpel Bengkalis minta 27 meter. Gubernur Riau, waktu itu H Saleh Djasit lalu menetapkan ketinggian ditambah 1 atau 2 meter lagi, bukan 20 meter. Design-nya pun diubah menjadi 23 meter.
Dua bulan setelah itu, tepatnya tanggal 5 September 2002, Pemkab Siak melakukan ekspos di Departemen Perhubungan Jakarta. Semula ekspose tersebut hanya ditujukan untuk mempresentasikan Kawasan Industri Buton (KIB), namun Direktorat Perhubungan Laut mengalihkan pada pembangunan jembatan Siak. Yang hadir, Sekditjen Hubla, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Perangkat Departemen Perhubungan dan Ditjenla lainnya, Kadishub Riau, Adpel Pekanbaru, Adpel Sungai Pakning, Direksi PT Pelabuhan I Medan.
Hasil persentasi, Tim Ditjenla akan melakukan peninjauan lapangan. Namun setelah melewati batas waktu 90 hari sejak persentasi, Tim Ditjenla tidak turun. Karena tidak adanya keputusan yuridis Menteri Perhubungan, maka diputuskanlah untuk memulai pembangunan pada 31 Desember 2002 dengan melakukan pemancangan tiang pertama.
Delapan belas bulan sejak dipancangkan tiang pertama, tidak ada protes dari pengguna jasa Sungai Siak maupun pihak-pihak lainnya. Pembangunan jembatan terus dilanjutkan hingga mencapai kemajuan fisik 55 persen. Merasa sukses di Siak Sriindrapura, petinggi di pemerintahan Siak membuat rencana pula untuk membuat jembatan di Perawang.
Pada 27 Januari 2004, Bupati Siak berkirim surat ke Dinas Perhubungan Provinsi Riau tentang izin clearence Jembatan Perawang yang terletak di alur Sungai Siak sekitar 35 mil dari Siak Sriindrapura dan dilanjutkan pada 3 Februari 2004, Pemkab berkirim surat ke Menteri Perhubungan Cq Direktur Jenderal Perhubungan Laut soal izin clearence Jembatan Perawang dengan tinggi 23 meter.
Pada 18 Oktober 2004, keluar SK Menteri Perhubungan RI yang menetapkan tinggi clearence Jembatan Siak 30 meter dan Jembatan Perawang 23 meter. Hal ini dinilai aneh karena kedua jembatan terletak pada satu alur sungai, namun kenapa ketinggiannya mesti berbeda.
Di tengah menderunya mesin-mesin di Jembatan Siak, polemik pun semakin melaju pula. Bulan April 2004, Direktur Pelabuhan dan Pengerukan Departemen Perhubungan RI meninjau ke lokasi Jembatan Siak dan meminta hasil notulen rapat yang diadakan di Hotel Pangeran Pekanbaru pada tanggal 10 Juli 2002 dan pernyataan Gubernur Riau waktu itu H Saleh Djasit SH tentang ketinggian Jembatan Siak 23 meter. Juga meminta lagi rekomendasi Gubernur Riau HM Rusli Zainal SE.
Setelah proses berjalan dua tahun, tepatnya 29 Juli 2004, muncul pengaduan PT Manunggal Sejati (MS) di PTUN Pekanbaru. Setelah melalui 12 kali persidangan, dinyatakan gugatan PT MS tidak diterima oleh PTUN -- 6 Desember 2004.
Namun, Surat Mendagri Nomor 630/1043/OTDA, ditujukan ke Gubri pada 23 Agustus 2004, semakin memperuncing polemik. Surat itu intinya menyarankan Pemprov Riau untuk mengambil langkah-langkah/meninjau ulang pembangunan jembatan Siak agar mencapai ketinggian 30 meter.
Hal ini pun ditindaklanjuti Gubri melalui rapat di Kantor Gubernur Riau yang dihadiri oleh Sekwilda Tingkat I Riau, Wakil Wali Kota Pekanbaru, Bupati Siak diwakili Assisten II serta Dinas Perhubungan dan Dinas Kimpraswil. Hasilnya, ketinggian jembatan Siak tidak bisa dinaikkan atau ditinggikan lagi, karena fisik pekerjaan saat itu telah mencapai 55 persen.
Permohonan untuk tidak melanjutkan pembangunan jembatan terus bergulir. Pada 30 Agustus 2004, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) membuat surat kepada Inspektur Jenderal Departemen Dalam Negeri, perihal permohonan tidak melanjutkan pembangunan Jembatan Siak yang tembusannya disampaikan ke Gubernur Riau. Hal ini telah ditindaklanjuti dengan rapat di Kantor Gubernur Riau, bahwa hasil rapat juga tetap tidak dapat menambah ketinggian Jembatan Siak dari 23 meter menjadi 30 meter dari permukaan air tertinggi (HWL), hal ini didasarkan pada kemajuan fisik Jembatan Siak saat itu telah mencapai 55 persen.
18 Oktober 2004, digelar rapat di Departemen Dalam Negeri yang dihadiri unsur berbagai departemen, disepakati; mengingat Pembangunan Jembatan Siak kemajuan fisiknya sudah mencapai 70 persen dan hal ini tidak memungkinkan lagi untuk menambah ketinggian Jembatan Siak lebih dari 23 meter. Sesuai penjelasan Tim LAPI-ITB dan Departemen Kimpraswil, maka telah ditawarkan solusi dengan prinsip saling menguntungkan dan disepakati bersama oleh pihak terkait adalah pertama, mempercepat pembangunan Pelabuhan Buton dengan biaya APBD Provinsi dan APBD kabupaten/kota.
Kedua, jadwal pembangunan Jembatan Siak disesuaikan dengan pembangunan Pelabuhan Buton. Ketiga, pemerintah pusat akan membentuk tim koordinasi terpadu lintas departemen/LPND untuk melakukan supervisi pelaksanaan kegiatan tersebut. Keempat, kesepakatan tersebut dalam huruf a s/d c di atas akan disampaikan kepada Gubernur Riau selaku wakil pemerintah pusat di daerah dengan surat Meteri Dalam Negeri.
Di hari yang sama, juga dilaksanakan rapat di Depdagri yang mengeluarkan surat Menteri Perhubungan RI Ad-interim yang menyatakan clearence Jembatan Siak 30 meter dari muka air tertinggi dan untuk Jembatan Perawang 23 meter.
Di tengah polemik, pembangunan jembatan tetap dilanjutkan. Pada 11 Januari 2005, rapat di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) yang dihadiri lintas departemen yang waktu itu tidak dapat mengambil keputusan dengan adanya surat Menteri Perhubungan RI tanggal 6 Januari 2005 yang menetapkan clearence Jembatan Siak final 30 meter dan Jembatan Perawang clearence 23 meter, Bupati Siak saat itu tidak bisa menerima himbauan surat Menteri Perhubungan RI tersebut, maka sepakatlah oleh pimpinan rapat akan membentuk tim terpadu untuk meninjau langsung ke lapangan.
15 Februari 2005 dengan nomor surat 621.22/367/ST yang ditujukan kepada Bupati Siak perihal Pembangunan Jembatan Siak dengan Rekomendasi surat Menteri Perhubungan RI Nomor AJ.00/I/I.PHB.2005 tanggal 6 Januari 2005 dan surat PT Manunggal Sejati tanggal 20 Desember 2004 serta surat tanggal 10 Januari 2005 yang ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri yang tembusannya kepada Presiden RI, maka Menteri Dalam Negeri menginstruksikan pada Bupati Siak yang intinya, pertama, pembangunan jembatan di Sungai Siak dengan ketinggian hanya 23 meter di atas permukaan air tertinggi telah bertentangan dengan pasal 13 ayat (1) huruf a dan pasal 100 ayat (1) huruf a, b dan c. UU nomor 21 tahun 1997 tentang pelayaran serta menimbulkan permasalahan bagi pengguna alur Sungai Siak.
Kedua, berkenaan hal tersebut di atas pada butir 1 diminta kepada Bupati Siak agar menghentikan pembangunan jembatan di Siak dan melaporkan hasilnya kepada Menteri Dalam Negeri dan tembusannya juga disampaikan ke Presiden RI.
Kini polemik tuntas sudah. Besi-besi yang sempat berkarat, kayu-kayu yang sempat lapuk, kembali disentuh tangan-tangan kasar ratusan buruh. Angka 23 meter, final sudah. Mesin-mesin akan kembali menderu untuk menyatukan dua tower yang sampai detik ini masih terpisah.(mhd nazir fahmi)



Kronologis Pembangunan Jembatan Siak
* 10 Juli 2002: Sosialisasi melalui persentasi rencana pembangunan jembatan Siak di Hotel Pangeran Pekanbaru, dengan tinggi 20 meter dari pasang tertinggi.
* 5 September 2002: Pemkab Siak melakukan ekspos di Departemen Perhubungan Jakarta.
* 31 Desember 2002: Pemancangan tiang pertama jembatan dimulai.
* Januari 2003 s/d Juni 2004: Tidak ada protes dari pengguna jasa Sungai Siak maupun pihak-pihak lainnya. Pembangunan terus berjalan hingga mencapai kemajuan fisik, 55 persen.
* 27 Januari 2004: Surat Bupati Siak ke Dinas Perhubungan Riau tentang izin clearence Jembatan Perawang.
* 3 Februari 2004: Surat Bupati Siak ke Menteri Perhubungan Cq Direktur Jenderal Perhubungan Laut soal izin clearence Jembatan Perawang, dengan tinggi 23 meter.
* April 2004: Direktur Pelabuhan dan Pengerukan Departemen Perhubungan RI meninjau ke lokasi Jembatan Siak.
* 29 Juli 2004: Setelah proses berjalan sekitar dua tahun, muncul pengaduan PT Manunggal Sejati (MS) di PTUN Pekanbaru.
* 23 Agustus 2004: Surat Mendagri Nomor 630/1043/OTDA, ditujukan ke Gubri yang intinya menyarankan Pemprov Riau untuk mengambil langkah-langkah/meninjau ulang pembangunan Jembatan Siak agar mencapai ketinggian 30 meter.
* 30 Agustus 2004: Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) membuat surat kepada Inspektur Jenderal Departemen Dalam Negeri, perihal Permohonan tidak melanjutkan pembangunan Jembatan Siak.
* 18 Oktober 2004: Digelar rapat di Departemen Dalam Negeri Jakarta.
* 11 Januari 2005: Rapat di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) yang dihadiri lintas departemen.
* 15 Februari 2005: Dengan nomor surat 621.22/367/ST yang ditujukan kepada Bupati Siak perihal penghentian pembangunan Jembatan Siak.
* 20 Desember 2005: Pembangunan Jembatan Siak sudah boleh dilanjutkan karena sudah keluar persetujuan dari Menteri Perhubungan Hatta Radjasa.

Senin, 05 Mei 2008

Press Gathering ''Jungle to Millenia'' Telkomsel di Bali



Tidur di ''Pondok'', Arungi Jeram di Sungai Ayung

      Ada perasaan lain ketika roda pesawat Airbus A 330-300 milik Garuda Indonesia menyentuh landasan pacu Bandara Ngurah Rai Bali, Sabtu (15/12/2007) lalu. Di saat ratusan wartawan dari seluruh dunia meninggalkan Pulau Dewata ini usai meliput kegiatan United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), malah saya dengan puluhan wartawan media cetak asal Sumatera mendatangi pulau ini.
    Memang, kedatangan kami ke pulau yang sangat terkenal ke seantero dunia ini tidaklah untuk meliput kegiatan pertemuan para pemimpin dunia demi penyelamatan bumi itu. Kunjungan saya ke Bali yang kali kedua ini untuk mengikuti press gathering yang digelar oleh PT Telkomsel.
Bagi Telkomsel Area Sumatera, ini merupakan kali pertama mengajak puluhan wartawan dari sembilan provinsi di Pulau Sumatera. Biasanya, kegiatan serupa digelar di tempat-tempat menarik di Sumatera. Namun kali ini Telkomsel ingin membuatnya beda demi kepuasan mitra pers yang turut membesarkan operator selular sehingga menjadi market leader di Indonesia.
   ''Kita ingin beda dengan kegiatan press gathering sebelumnya dan Bali ini saya yang mengusulkan,'' kata Ahmad Yunus, Vice President Sumatera Area Telkomsel, saat memberikan sambutan di depan puluhan wartawan.
   Menurut Ahmad Yunus, dipilihnya Bali sebagai tempat gathering untuk para jurnalis yang selama ini menjadi mitra kerja Telkomsel, karena di samping faktor keindahan alam serta kekayaan budayanya juga dilandasi pemikiran, bahwa Bali yang di mata internasional adalah Indonesia, harus diselamatkan.
   Sebab, katanya, pasca ledakan Bom Bali posisi Indonesia begitu rapuh, begitu mudahnya negara-negara asing mengeluarkan travel warning, begitu entengnya pihak asing membuat image miring.
     ''Acara bertajuk Stick Together With Telkomsel Jungle to Millenia serasa serasi digelar di Bali, karena Bali masih mempunyai jungle. Sementara interaksi sosial dan peradaban sudah mengarah ke millenia,'' ungkap Ahmad Yunus.
   Dengan serangkaian agenda, katanya, para juru warta diajak menikmati suasana. Melihat hamparan sawah yang diyakini bisa membuang susah, menatap indahnya pantai bikin santai, panorama gunung menghapus hati yang murung, belanja barang-barang seni membawa kedamaian hati.

Atap Rumbia, Tak Ada TV

    Dari Bandara Ngurah Rai, saya dan rombongan bertolak ke Ubud. Hampir satu jam setengah, bus yang membawa rombongan baru sampai di penginapan di tengah malam yang sudah begitu larut. Ya...malam itu dan malam berikutnya kami diinapkan di Hotel Ananda Cottage.
Dari jalan, tidak ada kesan mewah akan adanya hotel. Plangnya memang ada, tapi pintu masuk ke hotel hanya ada bangunan kecil. Itupun pintu masuknya cukup untuk satu orang saja. Kesan ''angker'' benar-benar terasa. Apalagi patung-patung ''seram'' berdiri di setiap sudut ruangan.
    Setelah mendapatkan kunci, saya dan beberapa kawan wartawan menuju ke kamar masing-masing. Namun kami harus menunggu giliran untuk diantar. Soalnya, menjelang dinihari itu lokasi kamar benar-benar tidak diketahui karena letaknya saling berjauhan.
Karena masih begitu asing, kami diantar lebih memilih bergerombolan. Melewati sawah-sawah, satu persatu kami ditunjukkan kamar sesuai kunci yang sudah dipegang. Bulu kuduk kian merinding tatkala ada patung seram berdiri di depan kamar yang akan ditempati. ''Saya gabung sajalah, biar kita bertiga sekamar,'' kata seorang wartawan yang kebetulan dapat kamar sendirian.
    Ananda Cottage benar-benar alami. Dan kesan ini pulalah yang banyak dijual di Bali. Gaya pintu kamar tak terlepas dari kesan Hindu. Banyak ukiran-ukiran, ukurannya kecil sebagaimana pintu pura yang bertebaran di daerah ini. Atapnya terbuat dari daun rumbia.
   Yah, kesan alami dan ingin bebas dari pengaruh luar kembali terasa, saat saya melihat seisi ruangan. Semuannya serba kayu. Tak ada televisi sebagaimana hotel-hotel biasanya. Syukurnya, masih ada air conditioner (AC) plus kipas angin. Kami pun tertidur pulas dan tak tahulah apa yang terjadi saat kami tidur.
  Minggu (16/12) pagi, setelah sarapan dari rundown acara yang dibagikan panitia ada satu kegiatan bernama rafting. Tempatnya di Sungai Ayung masih di Ubud. Ya, rafting atau kalau di Indonesiakan menjadi arung jeram menjadi kegiatan penting pada hari itu.
   Bagi saya dan mungkin kawan-kawan wartawan lainnya, ini kali pertama ikut arung jeram. Biasanya, hanya melihat di televisi. ''Waw, ini baru tantangan,'' celetuk beberapa wartawan saat baju pelampung, helm dan dayung sudah di tangan masing-masing.
Untuk ikut arung jeram, masing-masing perahu diisi lima orang plus satu orang pemandu yang sudah mahir menggunakan perahu karet. Setelah mendengarkan pengarahan soal arung jeram, satu persatu wartawan dibawa ke Sungai Ayung.
   Perjalanan ke Sungai Ayung tak kalah menantang. 400 tangga harus dilewati dengan medan curam. Benar-benar menggigil kaki ini dibuatnya. Menggigil bukan karena takut dengan ketinggian, tapi karena kaki tak kuat lagi menopang badan untuk menuruni tangga.
Keletihan hilang tatkala anak tangga terakhir dijejaki. Puluhan perahu karet sudah menunggu di tepi Sungai Ayung. Dengan komando pemandu, masing-masing grup menaiki perahu karet yang siap meluncur di derasnya Sungai Ayung penuh batu-batu besar dan menantang.
   Rasa ngeri saat menonton arung jeram di televisi perlahan sirna. Kini yang tinggal rasa asyik dan penuh tantangan. Untungnya, pagi itu, air Sungai Ayung tidak terlalu besar. Bagi pemula seperti kami, tidaklah terlalu susah mengawaki perahu karet dengan kondisi air seperti itu.
Dari lokasi start untuk mencapai finish diperlukan waktu tempuh dua jam. Kiri kanan Sungai Ayung masih terlihat alami. Menurut Wayan, seorang pemandu, setiap hari Sungai Ayung dipadati orang-orang yang ingin rafting. ''Ini saja tadi orang dari Jepang mau makai, tapi sudah habis diborong Telkomsel, ya mereka pindah ke pengelola rafting lainnya yang banyak bertebaran di Ubud,'' katanya sambil mendayung perahu.
   Di tengah perjalanan, di tepi sungai puluhan ibu-ibu dan gadis-gadis penjaja makanan berdiri sambil menawarkan minuman dan kue-kue kecil. Terserah Anda mau beli atau tidak. Kalau mau beli, mereka akan antarkan ke perahu.
   Setelah dua jam perjalanan, akhirnya lokasi finish sudah terlihat. Puluhan perahu karet merapat ke tepi. Semua perlengkapan rafting dilepas dan semua peserta membersihkan diri di tempat yang telah disediakan pengelola rafting.
   Saya sempat kepikiran, perahu dan perlengkapannya bagaimana cara membawanya ke hulu kembali. Mata saya tertuju pada sekelompok ibu-ibu yang berdiri tidak jauh dari tepi sungai. Satu persatu mereka mengemasi perlengkapan rafting. Lalu ada yang mengempesi perahu karet, digulung, diikat lalu diletakkan di atas kepala.
    Ooooo, jadi mereka yang akan mengemasi itu semua. Ternyata itulah pekerjaan ibu-ibu di sana. Mereka mendapatkan gaji bulanan dari pengelola rafting. ''Kalau lagi ramai, mereka bisa terima Rp2 atau Rp3 juta perbulan dari upah angkat,'' kata Made, seorang karyawan pengelola rafting.
    Uang sebanyak itu jangan buat Anda berkata wah dulu. Rute untuk sampai ke jalan besar, saya harus melewati 400 lebih tangga lagi. Kali ini tentu mendaki. Medannya...ya...tak jauh beda dengan di hulu. Memang tidak membuat kaki menggigil, tapi lutut dan betis yang ditanyanya.
Nah...jalur inilah yang ditempuh ibu-ibu tersebut. Saya yang hanya membawa badan saja sudah besar-besar nafas hingga mencapai puncak, apatah lagi kalau bawa beban. Namun, bagi ibu-ibu itu karena mungkin sudah biasa dan tuntutan hidup, semuanya dijalani tanpa rasa lelah.
   Dari lokasi rafting, perjalanan dilanjutkan ke Pasar Kintamani dan Sukowati. Inilah saatnya menghabiskan isi kantong. Di pasar ini pernak-pernik Bali tersedia sekadar oleh-oleh buat karib kerabat. Semuanya terserah Anda, namun harus pandai-pandai menawar.
   Minggu malam, seluruh insan pers dibawa ke Royal Pitamaha untuk gelaran Awarding Night Telkomsel Jungle to Millenia. Tempatnya masih di Ubud. Royal Pitamaha ini letaknya di tengah-tengah hutan yang sengaja diciptakan. Jalan dari pintu gerbang menuju Royal Pitamaha serasa dalam hutan lebat.
   Ya...itulah Ubud yang selalu mempertahankan ciri kedesaannya. Alam Ubud yang mempesona didukung dengan seniman-seniman trampil dan masyarakat ramah bersahaja menjadikan daerah ini mampu menyedot wisatawan.
   Ubud Art Market bagai surga bagi pecinta barang-barang seni. Sebab di pasar ini harga yang dipatok tak mahal, padahal kualitas dan cita seninya begitu tinggi. Di Ubud ini ada namanya Tohpati yang merupakan satu desa yang tersohor dengan kerajinan batiknya.
Lalu ada Celuk, desa dengan kerajinan peraknya. Lantas ada Batuan. Di sini terkenal dengan seni lukisnya. Di desa ini kita bisa lihat arsitektur rumah Bali serta aktivitas keseharian masyarakat Bali, mulai dari beternak hingga bikin sesajen.
   Untuk patung-patung kayu, ada Desa Kemenuh. Saking kondangnya desa ini ada satu versi yang menyatakan Bebeto sang pematung Pinokio pernah belajar di desa ini. Meskipun patung yang dibuat berbahan kayu, tapi para seniman Kemenuh tak setuju dengan illegal logging.
   Senin (17/12) pagi, saya dan beberapa wartawan harus diantar langsung ke bandara. Persoalannya, kami harus diterbangkan ke Jakarta pagi itu karena tidak dapat tiket siang. Rombongan kami terbang ke Jakarta dengan pesawat Boeing 737-900 ER milik Lion Air. Untung juga, akhirnya bisa mencoba pesawat baru dan Lionlah salah satu maskapai pertama yang mengoperasikan pesawat ini di dunia.
    Yang kebagian berangkat siang dibawa ke Pantai Kuta. Kata orang sih, belum afdhol kalau ke Bali sebelum mengunjungi Pantai Kuta. Tapi itulah, semuanya tergantung takdir Allah. Dua kali saya ke Bali, kedua-duanya tidak sempat ke Pantai Kuta. Syukur.....(mhd nazir fahmi)

Drive Test Signal Telkomsel di Sumatera

Bukittinggi-Pekanbaru 99 Persen Terlayani

Jalur Pekanbaru-Bukittinggi hingga Padang ternyata punya nilai lebih tersendiri bagi PT Telkomsel. Dulu, menjelang Idul Fitri tahun 2006, Direktur Utama Telkomsel Kiskenda Suriahardja dan jajaran network perusahaan seluler ini melakukan perjalanan darat dari Pekanbaru hingga ke Padang untuk melakukan tes signal alias drive test. Sabtu (19/4), jalur ini pun kembali jadi pilihan lokasi drive test untuk mewakili Sumatera.

Catatan Mhd Nazir Fahmi, Pekanbaru
      KALAU 2006 start drive test-nya dari Pekanbaru-Bukittinggi dan finish di Padang, Sabtu lalu kebalikannya. Starnya dari Padang lalu Bukittinggi dan finisnya di Pekanbaru. Menurut Andreuw Thaf, VP Network Operation Telkomsel, pelaksanaan drive test di jalur Padang-Bukittinggi-Pekanbaru berbarengan dengan di empat tempat lainnya di Indonesia. Untuk Sumatera, jalur inilah yang mewakili.
Di Pulau Jawa, kata Andreuw, pelaksanaan drive test dilakukan dari Bandung ke Bogor. Lalu dari Semarang ke Jogjakarta. Di Kalimantan, drive test diadakan dari Balikpapan menuju Bontang dan Sulawesi dari Ujungpandang ke Pare-pare. ''Pelaksanaannya serentak dan bersamaan di lima tempat tersebut,'' kata Andreuw.
      Dengan menggunakan bus, puluhan wartawan dari Sumatera dilibatkan dalam drive test tersebut. Selain dua alat ukur drive test punya Telkomsel, puluhan wartawan juga diminta melakukan tes signal dari Padang-Bukittinggi hingga Pekanbaru. Hasilnya, benar-benar menggembirakan buat pelanggan Telkomsel dan buat perusahaan sendiri.
Dari hasil drive test, sebagaimana diungkapkan Sigit Riyanto, GM Network Operation Regional Sumbagteng, dari Padang hingga Bukittinggi, 100 persen jalur ini tercover oleh signal Telkomsel dengan prediket bagus. Dari Bukittinggi hingga Pekanbaru, 99 persen sudah terlayani signal Telkomsel dan masyarakat bisa berkomunikasi dengan baik.
      ''Ada beberapa tempat di jalur ini signal Telkomsel hilang dan timbul. Seperti di sekitar Kelok Sembilan, sama sekali hilang. Serta di beberapa tempat menjelang Muara Mahat,'' katanya.
Pekanbaru Pos yang juga melakukan drive test dengan ponsel, ternyata mendapati hal lain. Di Kelok Sembilan, masih ada tiga garis signal Telkomsel dan bisa dipakai untuk berkomunikasi. Namun menurut, Sigit, itu terjadi karena pantulan acak signal dari BTS dari Lubukbangku.
Namun kalau dibandingkan dengan hasil drive test 2006 lalu, kahadiran signal Telkomsel di jalur Bukittinggi-Pekanbaru mengalami kenaikan hampir 100 persen. Kalau pada drive test yang Pekanbaru Pos ikuti 2006 lalu, lepas dari Rantau Berangin, signal Telkomsel menghilang dan baru dapat di Lubukbangku. Beberapa kilometer signalnya hilang.
      Tapi sekarang, jalur ini benar-benar sudah aman untuk berkomunikasi. Kalau pun putus hanya beberapa detik, lalu signal Telkomsel muncul kembali. Seperti di kawasan Kelok Sembilan itu hilangnya signal hanya 17 detik dengan kecepatan mobil 30 kilometer perjam. Lalu selepas Rumah Makan Natrabu arah Pekanbaru,menjelang waduk PLTA Kotopanjang sebelum Muara Mahat.
   Menurut GH Widodo, GM Telkomsel Sumbagteng, kegiatan drive test ini dalam rangka memberikan transparansi kepada masyarakat. Telkomsel mengundang pers mewakili masyarakat untuk melihat kualitas network. Semua ini dengan harapan wartawan bisa mengeksplor dan memberi masukan kepada Telkomsel demi kenyamanan pelanggan.
Selain drive test, di Bukittinggi Telkomsel mengadakan bakti sosial dan memberi bantuan 30 tong sampah buat Pemko Bukittinggi dan santunan kepada empat Yayasan Yatim Piatu yang berada di Bukittinggi.(*)

Kreativ di Tengah Kompetisi

(Fenomena Pedagang Pasar Kaget di Pekanbaru)

Oleh Mhd Nazir Fahmi

DI tengah maraknya pasar-pasar modern, kehadiran pasar tradisional tetap dibutuhkan. Namun di beberapa tempat di Kota Pekanbaru pasar tradisional mulai mati suri. Pasar-pasar tradisional mulai ditinggal oleh pedagang karena sepinya pembeli yang datang. Malah ada pasar tradisional yang dibuat oleh pemerintah kota seperti di Jalan Arifin Ahmad jadi mubazir karena sangat sedikit pedagang yang mau berjualan di lokasi tersebut. Ada yang berjualan di lokasi tersebut akhirnya gulung tikar karena tidak ada pembeli.
Menurut pedagang, salah satu penyebab sepinya beberapa pasar tradisional yang dibangun Pemko Pekanbaru karena munculnya pasar kaget di lingkungan-lingkungan perumahan. Di pasar kaget para pedagang menggelar jualan sembilan kebutuhan pokok dengan menjadwal hari berjualan di beberapa tempat yang dimulai pukul 15.30 hingga pukul 18.30 satu minggu sekali. Misalnya, hari Minggu pasar kaget ada di dekat perumahan di Jalan Purwodadi, Panam. Senin sore di Perumahan Graha Rajawali Permai dan Widya Graha Kelurahan Delima, Selasa hingga Sabtu di tempat lain.
Kehadiran pedagang pasar kaget ini benar-benar dimanfaatkan oleh warga perumahan. Sebagian besar ibu-ibu menunggu pasar kaget digelar setiap pekan dan mereka membeli berbagai kebutuhan yang terkadang untuk satu minggu. Kian hari jumlah pedagang makin banyak berada di pasar kaget. Mereka beralasan lebih menguntungkan jualan di pasar kaget dari pada di pasar yang sudah tersedia sebelumnya.
Fenomena pasar kaget di Kota Pekanbaru ini sangat berbeda dengan pasar-pasar kaget di beberapa daerah di Indonesia. Di Bandung misalnya, warga kota mengistilahkan pasar kaget karena pedagang berjualan secara temporer di suatu tempat memakai ruang terbuka kota. Pasar kaget ini muncul pada Minggu pagi dengan menjajakan berbagai kebutuhan warga kota.
Kehadiran pasar kaget secara positif adalah suatu fenomena bentuk kreatifitas warga dalam berdagang, namun dalam pandangan negatif barangkali adalah fenomena yang menggambarkan tingkat urbanisasi di Kota Pekanbaru yang memperlihatkan tingginya angka pencari kerja atau memerlukan lapangan kerja. Sesuatu yang menarik dari pasar kaget ini adalah kehadirannya yang menempati ruang-ruang tertentu di perumahan.
Memang, di satu perumahan pasar kaget akan hadir satu kali dalam seminggu. Namun, para pedagang tidak hanya tertumpu pada satu tempat. Besoknya di perumahan lain, lusa di lain tempat lagi hingga satu minggu. Para pedagang kembali menghidupkan hari pasar di lingkungan warga kota.
Kita mungkin mengenal Pasar Senen. Pasar Senen saat adalah suatu kawasan bisnis yang terletak di Jakarta Pusat. Pada awalnya pasar ini merupakan pasar tradisional yang dibanguan oleh Justinus Cornelis Vincke tahun 1730. Dinamakan Pasar Senen karena hanya dibuka pada setiap hari Senin saja. Kita tentunya juga mengenal Pasar Rebo (Rabu), Pasar Jumat atau yang paling terkenal adalah Pasar Minggu. Konon pasar-pasar tersebut digelar hanyapada hari-hari tertentu saja, sesuai dengan penamaan lokasi pasar-pasar tersebut di kemudian hari.
Di beberapa tempat, pelosok desa maupun kota di seluruh tanah air, mungkin masih banyak dijumpai jenis pasar tradisional yang digelar hanya pada hari-hari tertentu saja dalam sepekan. Lahan yang digunakan dapat berupa ruang terbuka yang bukan diperuntukkan sebagai pasar, maupun lahan yang telah diperuntukkan sebagai pasar. Sebagai contoh, pasar tradisional di Pauh (Jambi), Muara Badak (Kutai Kartanegara-Kalimantan Timur), atau pasar di Martapura (Kalimantan Selatan). Di beberapa daerah ini, pasar tradisional yang digelar hanya pada hari tertentu saja yaitu hari Jumat misalnya, tidak dengan sendirinya dinamakan Pasar Jumat. Masyarakat setempat lebih mengenalnya sebagai hari pasar atau di beberapa daerah di Sumatera Barat disebut sebagai hari pasa (hari pasar).
Ya, ini adalah suatu kreativitas dari pedagang. Ini terjadi karena makin tingginya kompetisi di tengah-tengah warga kota. Agar bisa menang dalam kompetisi, individu dituntut selalu berkreativitas. Menurut Hurlock (1978), kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru.
Proses kreativ muncul dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari keunikan individu di satu pihak, dan dari kejadian, orang-orang, dan keadaan hidupnya di lain pihak (Rogers, 1982). Penekanan adalah pada aspek baru dari produk kreativ yang dihasilkan serta aspek interaksi antara individu dan lingkungannya atau kebudayaannya.
Menurut Alvin (1983), kreativitas adalah suatu proses upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuan pembangunan diri itu ialah untuk menikmati kualitas kehidupan yang semakin baik. Kreativitas juga diartikan suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berfikir (Utami Munandar, 1977).
Sementara kompetisi atau persaingan diartikan melakukan sesuatu dengan maksud hendak melebihi orang lain (S Wojowasito, 1999). Secara umum kompetisi diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan istilah persaingan. Kompetisi merupakan bentuk interaksi sosial disosiatif yang sederhana. Proses ini adalah proses sosial yang mengandung perjuangan untuk memperebutkan tujuan-tujuan tertentu yang sifatnya terbatas, yang sama-sama bermanfaat untuk mempertahankan suatu kelestarian hidup.
Persaingan dapat terjadi dan berlangsung di berbagai bidang. Persaingan di bidang ekonomi adalah salah satu contoh yang dari hari ke hari kita saksikan. Persaingan ekonomi ini terjadi karena terbatasnya persediaan apabila dibandingkan dengan jumlah konsumen yang menghendaki barang yang ditawarkan dari persediaan itu. Di lain pihak, persaingan ekonomi juga terjadi karena terbatasnya jumlah konsumen yang berdaya beli apabila dibandingkan dengan jumlah barang yang dilemparkan ke pasar oleh para produsen.
Persaingan seperti inilah yang terjadi pada pedagang pasar tradisional di Kota Pekanbaru. Jumlah konsumen terbatas --bisa disebabkan tidak adanya infrastruktur pendukung atau mobilitas ke tempat berjualan-- akhirnya para pedagang berinisiatif lari dari lokasi itu dan membentuk komunitas baru di tengah-tengah konsumen. Kehadirannya begitu dinantikan warga kota. Pasar kaget sudahmulai membius masyarakat kelas bawah di perumahan. Apakah ini akan menimbulkan fenomena baru? Kita tunggu saja.***

Penulis adalah wartawan dan mahasiswa Pascasarjana Universitas Riau, kajian Unban Studies.

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...