Di Provinsi Zhejiang Republik Rakyat Cina, ada seorang anak laki-laki bernama Zhang Da. Perhatiannya yang besar kepada ayahnya, hidupnya yang pantang menyerah dan mau bekerja keras, serta tindakan dan perkataannya yang menyentuh hati membuat Zhang Da, anak lelaki yang masih berumur 10 tahun ketika memulai semua itu, pantas disebut anak yang luar biasa, sehingga ketika Pemerintah Cina mendengar dan menyelidiki apa yang Zhang Da perbuat, mereka pun memutuskan untuk menganugerahi penghargaan negara yang tinggi kepadanya. Zhang Da adalah salah satu dari sepuluh orang yang dinyatakan telah melakukan perbuatan yang luar biasa dari antara 1,4 miliar penduduk Cina .
Tepatnya 27 Januari 2006 Pemerintah Cina, di Provinsi Jiangxu, Kota Nanjing, serta disiarkan secara nasional ke seluruh pelosok negeri, memberikan penghargaan kepada 10 orang yang luar biasa, salah satunya adalah Zhang Da. Mengikuti kisahnya yang disiarkan ulang melalui televisi satelit pemerintah, membuat seseorang menuliskan cerita ini untuk melihat semangatnya yang luar biasa. Zhang Da sangat istimewa dan luar biasa karena ia termasuk 10 orang yang paling luar biasa di antara 1,4 miliar manusia. Atau lebih tepatnya ia adalah yang terbaik diantara 140 juta manusia.
Tetapi jika kita melihat apa yang dilakukannya dimulai ketika ia berumur 10 tahun dan terus dia lakukan sampai sekarang (ia berumur 15 tahun), dan satu-satunya anak diantara 10 orang yang luar biasa tersebut maka saya bisa katakan bahwa Zhang Da yang paling luar biasa di antara 1,4 miliar penduduk Cina.
Sejak tahun 2001, Zhang Da ditinggal pergi oleh ibunya yang sudah tidak tahan hidup menderita karena miskin dan karena suami yang sakit keras. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang ayah yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan. Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk ayahnya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk ukuran rata – rata penduduk di desa terpencil. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai. Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini.
Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah. Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan ayahnya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya. Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah.
Dari rumah sampai sekolah, Zhang Da harus berjalan kaki sejauh sepuluh kilometer melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia terbiasa mengisi perutnya dengan dedaunan, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan.
Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan kadang juga hingga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk ayahnya. Hidup seperti ini ia jalani selama lima tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat.
Zhang Da Merawat Ayahnya yang Sakit
Sejak umur 10 tahun, ia memulai tanggung jawab untuk merawat ayahnya. Ia menggendong ayahnya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan ayahnya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan ayahnya, semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari. Zhang Da pun menyuntik sendiri ayahnya.
Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli.
Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi/suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa ia mampu, ia nekad untuk menyuntik ayahnya sendiri. Saya sungguh kagum, kalau anak kecil main dokter-dokteran dan suntikan itu sudah biasa. Tapi jika anak 10 tahun memberikan suntikan seperti layaknya suster atau dokter yang sudah biasa memberi injeksi, setahu saya hanya Zhang Da.
Orang bisa bilang apa yang dilakukannya adalah perbuatan nekad, sayapun berpendapat demikian. Namun jika kita bisa memahami kondisinya maka saya ingin katakan bahwa Zhang Da adalah anak cerdas yang kreatif dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang ada dalam hidup dan kehidupannya. Sekarang pekerjaan menyuntik ayahnya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah terampil dan ahli menyuntik.
Aku Mau Ibu Kembali
Ketika mata para undangan yang terdiri dari pejabat pemerintah, pengusaha, artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, Pembawa Acara (MC) bertanya kepadanya, "Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu, berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah, besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!" Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, "Sebut saja, mereka bisa membantumu".
Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar iapun menjawab, "Aku Mau ibu Kembali. ibu kembalilah ke rumah, aku bisa membantu ayah, aku bisa cari makan sendiri, ibu Kembalilah!" demikian Zhang Da bicara dengan suara yang keras dan penuh harap. Saya bisa melihat banyak pemirsa menitikkan air mata karena terharu, saya pun tidak menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya.
Ia tidak meminta kemudahan untuk pengobatan ayahnya, simpanan yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya, rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit, atau kartu jaminan kesehatan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, semua dokter akan membantunya.
Apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku Mau Ibu Kembali, sebuah ungkapan teramat sederhana namun sarat makna, yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat ibunya pergi meninggalkan dia dan ayahnya. Tidak semua orang bisa sekuat dan sehebat Zhang Da dalam mensiasati kesulitan hidup ini.
Zhang Da bukanlah seorang muslim, Namun spiritnya untuk mandiri serta keyakinan akan adanya jalan keluar dari setiap permasalahan sesuai janji Allah dalam surat Al Insyirah ayat 3 – 4 : “Dan setelah kesulitan itu pasti ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan”, dapat kita ambil sebagai cambuk menatap masa depan yang lebih baik. Insya Allah…
Salam Ta'dzhim terhantar hangat, dari Insan khilaf yang sedang belajar menyelami makna hidup & kehidupan. Semoga mengingatkan kita…
Total Tayangan Halaman
Jumat, 20 Juni 2008
Senin, 16 Juni 2008
Ummatii, ummatii, ummatiii
TIBA-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian
wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka,para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
"Uushiikum bis-shalaati, wa maa malakat aimaanukum - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan,
sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii!" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allaahumma sholli 'alaa Muhammad wa baarik wa sallim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
NB:
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan RasulNya mencintai kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka. Amin...
Usah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang menyayangimu di dunia, tapi gelisahlah apabila dibenci Allah karena tiada lagi yang mengasihmu di akhirat..
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian
wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka,para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
"Uushiikum bis-shalaati, wa maa malakat aimaanukum - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan,
sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii!" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allaahumma sholli 'alaa Muhammad wa baarik wa sallim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
NB:
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan RasulNya mencintai kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka. Amin...
Usah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang menyayangimu di dunia, tapi gelisahlah apabila dibenci Allah karena tiada lagi yang mengasihmu di akhirat..
Rabu, 04 Juni 2008
Kawasan Lindung Dibabat, Sungai Siak Rusak Berat
A. Pendahuluan
Tanah (land) adalah sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dari seluruh permukaan bumi yang dihuni oleh kira-kira 6 miliar jiwa hanya sekitar 25 persen merupakan daratan tempat manusia dapat hidup, dan sisanya adalah permukaan samudera. Sebetulnya tidak seluruh daratan merupakan tanah yang dapat dihuni manusia karena ada bagian yang terlalu kering, atau terlalu dingin, misalnya beberapa gurun dan benua Antartika. (Jayadinata, J.T:1999:1)
Pengadaan tanah untuk kepentingan umum diusahakan dengan cara yang seimbang, dan untuk tingkat pertama ditempuh dengan cara musyawarah langsung dengan para pemegang hak atas tanah menurut Keppres No 5, tahun 1993. Untuk mengatur keperluan proyek pembangunan di wilayah kecamatan, tatacara pengadaan tanah untuk keperluan proyek pembangunan tersebut dilakukan oleh instansi pemerintah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. (Jayadinata, J.T:1999:3)
Pembangunan ialah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu yang belum ada. Pengembangan ialah memajukan atau memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Kedua istilah ini sekarang sering digunakan untuk maksud yang sama. Pembangunan dan pengembangan (development) dilakukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan dan pengembangan itu dapat merupakan pembangunan fisik atau pengembangan fisik, dan dapat merupakan pembangunan sosial ekonomi atau pengembangan sosial ekonomi.
Dalam pembangunan diperlukan adanya perencanaan yang matang. Pengertian mengenai perencanaan adalah macam-macam, bergantung kepada keahlian orang yang menggunakan istilah tersebut. Bagi ahli ekonomi, perencanaan itu mengatur sumber-sumber yang langka secara bijaksana. Untuk seorang arsitek, perencanaan itu berhubungan dengan pengembangan lingkungan fisik. Bagi seorang perencana, perencanaan itu meliputi pengaturan dan penyesuaian (mungkin dengan mengubah) hubungan manusia dengan lingkungan. Dalam istilah perencanaan terdapat pengertian bahwa pengaturan itu dilakukan untuk waktu yang akan datang.(Jayadinata, J.T:1999:4-5)
Dalam membangun suatu wilayah, semestinya semua pihak harus patuh kepada Undang-Undang tentang Penataan Ruang. Kawasan-kawasan lindung dan kawasan budidaya harus diperhatikan agar tidak menimbulkan masalah di belakang hari. Betapa banyak pembangunan yang tak mengindahkan kawasan seperti termaktub dalam UU No 24 tahun 1992 telah menimbulkan petaka bagi masyarakat.
Sebenarnya dalam falsafah dan konsep penataan lingkungan, amat banyak yang dapat kita pelajari dari masyarakat tradisional. Tidak hanya yang kita dengar secara lisan dari antawacana wayang misalnya, melainkan juga yang tertulis dalam rontal atau lontar seperti yang ada di Bali. Masyarakat tradisional yang serba ayem tentrem dengan penataan lingkungan yang sangat bersahabat dengan alam itu, menciptakan kekerabatan dan solidaritas sosial yang tinggi secara alami tanpa pemaksaan dari luar.
Arsitektur dan lingkungan binaan yang diciptakan masyarakat tradisional, terkesan sangat menyatu dengan alam. Sebaliknya, dalam penataan lingkungan oleh masyarakat modern, malah tampak sekali terjadinya pelecehan budaya dan perkosaan terhadap alam. Alam pun lantas membalas dendam, mengamuk, dan masyarakat pinggiran yang kesingkal menjadi kian beringas. (Budihardjo, Eko:1997:32-33)
Pembangunan tanpa mengindahkan kawasan lindung sangat banyak terjadi di Indonesia. Di Riau, banyak kawasan lindung ini yang dibabat habis dan pada akhirnya menimbulkan bencana. Sungai Siak misalnya, kini kian hari makin dangkal dan abrasi menjadi-jadi. Akibatnya, hujan lebat beberapa jam, telah menyebabkan airnya meluap dan menggenangi masyarakat yang bermukim di bantaran sungai tersebut.
Sesuai dengan UU no 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang, kawasan lindung diartikan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup suber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan ini dilarang dibangun sesuai dengan UU yang telah dikeluarkan.
B. Sungai Siak Mulai Dangkal dan Abrasi
Sesuai dengan Keppres No 32 tahun 1990 tentang Kawasan Lindung Sempadan Sungai, pada pasal 16 disebutkan, kriteria sempadan sungai adalah sekurang-kurangnya 100 meter dari kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan sungai kecil di luar kawasan pemukiman. Bagaimana dengan Sungai Siak yang terkenal dengan sungai terdalam di Indonesia?
Sungai Siak memiliki panjang 300 km melintasi empat kota/kabupaten yaitu Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak. Sebagai sungai terdalam di Indonesia sekitar 20-30 meter, sungai ini kini sangat padat dilayari kapal-kapal besar, kargo, tanker maupun speedboat.
Pembangunan di bantaran Sungai Siak sangat tidak terkendali. Lihat sajalah di tepi sungai yang melintasi Kota Pekanbaru. Jangankan 100 meter sesuai dengan Keppres No 32/1990, banyak rumah malah menjorok ke Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Siak tersebut. Pohon-pohon yang sebelumnya rimbun di tepi sungai ditebang dan diganti dengan rumah-rumah panggung dan permanen.
Ini baru di Pekanbaru, belum lagi di beberapa daerah kabupaten lain yang dialiri Sungai Siak. Kondisinya sangat memprihatinkan. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto mengungkapkan, sedimentasi di dasar Sungai Siak dalam rentang waktu tahun 1970-an sampai sekarang telah mencapai delapan meter atau sepertiga dari kedalaman sungai itu. Kenyataan ini menunjukkan terjadinya erosi yang cukup besar disebagian hulu sungai. "Adanya sedimentasi terganggunya pelayaran, terutama saat permukaan air surut dan bahaya banjir saat musim hujan karena berkurangnya kapasitas sungai dalam menampung air," ujarnya.
Tingkat pencemaran air Sungai Siak yang tinggi akibat limbah industri di sepanjang sungai mengakibatkan berkurangnya jumlah dan spesies ikan, karena hal itu banyak nelayan yang beralih profesi sebagai penambang liar yang menambah kerusakan lingkungan dan DAS Siak itu sendiri. Permasalahan-permasalahan yang terjadi di DAS Siak dapat diuraikan, tahun 2003 luas hutan Riau lebih kurang 4,24 juta hektare, dirambah sekitar 2.224 hektare untuk pemukiman liar oleh 345 kepala keluarga. Data lain menunjukkan sejumlah 23 juta m3/tahun dipakai untuk industri dan lima juta m3/tahun dicuri.
Perusakan hutan pengembangan kawasan budidaya ditinjau dari aspek SDA, mengakibatkan bencana banjir atau kekeringan bagi kawasan hilir. "Karenanya diperlukan penanganan terpadu antarkabupaten/kota dan intansi terkati yakni Dinas PU, Kehutanan, Perkebunan dan Pertanian. Menurut dia lagi, terdapat fluktuasi debit yang besar antara musim hujan dan kemarau, di mana Qmaks sebesar 1.700 m kubik/dt, Qmin sebesar 45 m kubik/dt dan Qmaks/Qmin sebesar 37,8. "Hal ini mengindikasikan telah terjadinya kerusakan di DAS Siak itu," katanya lagi.
Terjadi abrasi tebing pada tepian sungai yang disebabkan oleh hempasan gelombang dari kapal-kapal yang berlayar melalui Sungai Siak. Hasil penelitian Fakultas Teknik UGM menunjukkan bahwa abrasi yang terjadi setiap tahunnya mencapai 7,3 meter. Permasalahan-permasalahan DAS Siak harus diatasi dengan bijak berdasarkan prinsip one river one plan one management, pada saat ini pengelolaan DAS Siak belum terkoordinasi dan sinergi dengan baik antarkabupaten/kota serta dinas terkait.
Hal ini terlihat dari fakta-fakta di mana belum ada koordinasi yang dapat mewujudkan pengelolaan sumber daya air terpadu dan saling bersinergi, belum terwujudnya keseimbangan antara pembangunan fisik dan nonfisik dalam penanganan-penanganan masalah air. "Upaya pendayagunaan lebih dominan daripada konservasi," ujarnya. Tindakan penanganan terhadap permasalahan yang ada di DAS Siak masih bersifat parsial, sehingga perlu disusun suatu kebijakan yang menyeluruh dan komprehensif, di antaranya adalah dengan menyinergikan antara penyusunan pola pengelolaan sumber daya air dan kebijakan penataan ruang di DAS Siak.( www.kapanlagi.com:2005)
Abrasi yang terjadi setiap tahunnya sangat mengkhawatirkan. Meskipun sampai hari ini belum ada data yang konkret berapa vulume abrasi yang terjadi, paling tidak kurang dari 30 desa yang ada dibantaran Sungai Siak setiap tahunnya diterjang abrasi. Akibatnya, volume bantaran tebing yang runtuh setiap tahunnya terus bertambah.
Menurut Kepala Bapedalda Kabupaten Siak Drs. Hasri Saili, berapa volume abarasi yang terjadi memang belum ada data yang konkrit. Namun dari data sementara, hampir di setiap desa yang berada di bibir pantai Sungai Siak diterjang abrasi. “Kita perkirakan setiap tahunnya, bibir tebing yang runtuh sekitar 2-5 meter.
Selain karena faktor fungsi sungai Siak sebagai alur pelayaran, situasi lain yang turut diperburuk dengan menipisnya hutan mangrove maupun hutan-hutan liar lainnya yang tumbuh di bibir tebing. Dampak dari punahnya hutan-hutan liar di sekitar bibir tebing ini semakin mempercepat proses abrasi yang terjadi. Untuk itu perlu ada upaya penyelamatan dengan mengamankan bibir tebing dari hempasan ombak.
‘’Data sementara yang kita miliki, mulai dari Lalang Sungai Apit tidak kurang ada 30 titik rawan abrasi. Kalau kita misalkan dalam satu titik abrasi yang terjadi mencapai 2 meter setahun. Minimal dalam satu tahun volume abrasi yang terjadi mencapai 60 meter. Mau tidak mau situasi ini harus segera disikapi dengan cepat. Kalau lambat, kita khawatirkan akan merusak keseimbangan ekosistem DAS Siak,’’ jelasnya. (Riau Pos: 29 Maret 2007)
Ternyata kondisi Sungai Siak yang pembangunan kawasan lindungnya tidak terkendali telah mengejutkan banyak pihak. Pada tahun 2005, Menteri Negara Lingkungan Hidup Rahmad Witoelar saat melihat abrasi yang mengikis lebih dari 20 meter tepian sungai, nampak sangat terkejut. "Wah, kalau seperti ini kondisinya, memang sudah terjadi abrasi yang sangat berat. Ini harus segera dihentikan," ujarnya.( www.riau.go.id:2005)
Tidak hanya pembangunan kawasan hunian di bantaran Sungai Siak, perkebunan sawit yang dibuka oleh perusahaan maupan masyarakat juga telah menyumbang makin hancurnya Sungai Siak ini. Memang, perluasan perkebunan sawit menjadi permasalahan rumit yang tak kunjung ditemukan solusinya. Peningkatan perekonomian rakyat dijanjikan cepat terpenuhi dengan memperluas kebun sawit, tetapi kerusakan lingkungan menjadi ancaman nyata di depan mata.
Dari data Kompas dan didukung data dari Rona Lingkungan Universitas Riau, sepanjang 300 kilometer bantaran Sungai Siak di Riau telah diusik oleh hadirnya perkebunan sawit. Terdapat 780.000 hektare perkebunan sawit di sepanjang bantaran Sungai Siak, seluas 600.000 hektare di hulu, dan sisanya di hilir. Keberadaan kebun sawit ini turut menyumbang aksi penggerusan keanekaragaman tanaman di bantaran yang berdampak pada ketidakseimbangan lingkungan, termasuk abrasi. Perluasan sawit juga berdampak pada pengurangan kandungan air tanah yang dibutuhkan masyarakat.
Peraturan tentang pembukaan areal perkebunan yang berlaku secara nasional menyebutkan, alih fungsi lahan di sekitar bantaran minimal berjarak 50-100 meter dari bibir sungai benar-benar diabaikan. Pada jarak itu sebenarnya tetap difungsikan sebagai lahan tempat tumbuhnya vegetasi asli tepian sungai. Vegetasi sungai erat terkait dengan kelangsungan hidup berbagai jenis ikan dan keanekaragaman hayati sungai lainnya. Ketika vegetasi asli tercerabut, ikan-ikan kehilangan tempat meletakkan telur. Kondisi di tepian Sungai Siak saat ini adalah terdapat beberapa kawasan perkebunan sawit yang berjarak kurang dari 10 meter dari bibir sungai. Di samping itu, prapembukaan kebun sawit selalu dilakukan kanalisasi, khususnya di areal lahan gambut. Kanalisasi dilakukan untuk mengatur kandungan air dalam tanah sesuai kebutuhan tanaman. Namun, kanalisasi ini diyakini merusak lahan gambut yang selama ini berfungsi sebagai daerah tangkapan air tanah.(Kompas:17-2-2006).
Tidak hanya banjir dan seringnya pencemaran terjadi akibat perambahan kawasan lindung di bantaran Sungai Siak, pascaabrasi juga telah menyebabkan ratusan kepala keluarga harus mengungsi ke tempat lebih aman. Pengikisan tanah oleh gelombang air (abrasi) yang melanda Sungai Siak, dalam lima tahun terakhir sekitar 400 keluarga yang bermukim di sepanjang sungai tersebut terpaksa mengungsi. Penduduk mengungsi ke daratan yang lebih aman di sekitar sungai. (http://air.bappenas.go.id:2006).
Abrasi telah mengancam keselamatan warga. Meskipun belum terdapat korban jiwa, namun sejumlah bangunan yang semula berada di bibir Sungai Siak runtuh. Di antaranya, rumah penduduk, sekolah, masjid, dan makam para kerabat Raja Siak.Abrasi paling parah terjadi di lima kecamatan di Kabupaten Siak, yaitu Tualang, Sungai Apit, Bunga Raya, Gasib, dan Sebuah sekolah dasar (SD) di Desa Meredan, Kecamatan Tualang tidak bisa digunakan lagi karena bangunan sekolah itu runtuh hingga masuk sungai. Demikian juga Masjid Makmur yang terletak di Desa Merempan Hilir, Kecamatan Siak. Masjid tersebut tenggelam setelah ombak menggerogoti pondasinya.
C. Kebijakan Penyelamatan
Sudah saatnya kini sebelum semuanya terlambat harus ada kebijakan untuk menyelamatkan Sungai Siak yang terkenal itu. Secara kelembagaan dalam Penataan Ruang Daerah Aliran Sungai agar selalu memperhatikan peraturan dan Perundangan yang terkait dengan penataan wilayah sungai yaitu Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Undang-Undang No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Provinsi serta petunjuk pelaksanaannya. Melihat kenyataan bahwa DAS-DAS di Riau semakin kritis, maka sudah sepatutnya pengelolaan wilayah sungai mendapat perhatian yang memadai dengan membentuk wadah kordinasi tersendiri.
Berdasarkan UU No. 7 tahun 2004 maka pemerintah Provinsi Riau mempunyai kewenangan membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat provinsi. Dewan sumber daya air ini bertugas untuk menyinkronkan program penataan ruang, reboisasi dan penghijauan, pencegahan pembalakan, pengendalian pencemaran serta pendayagunaan air Sungai Siak. Dengan dibentuknya Forum Daerah Aliran Sungai Siak, selanjutnya dapat dijadikan embrio sebagai Dewan Sumber Daya Air sebagaiman dimaksud dalam undang-undang.
Sebagai gambaran, sejak beberapa tahun yang lalu wadah kordinasi pengelolaan sumber daya air di tingkat provinsi juga sudah terbentuk di 11 provinsi (5 provinsi di Pulau Jawa dan 6 provinsi di luar Pulau Jawa) dengan 2 macam nama yaitu: Panitia Tata Pengaturan Air (PTPA) atau Dewan Sumber Daya Air Provinsi. Sedangkan di tingkat wilayah sungai juga ada wadah kordinasi dengan nama Panitia Pelaksana Tata Pengaturan Air (PPTPA) misalnya di WS Progo-Opak-Oyo di Provinsi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta, WS Seputih – Sekampung dan WS Mesuji – Tulangbawang di Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan. Saat ini tengah dilakukan persiapan pembentukan wadah kordinasi sumber daya air di WS Batanghari dan WS Kampar di Sumatera. Kebijakan pendekatan “One river, one plan and one management” perlu dicanangkan kembali sebagai pendekatan pengelolaan DAS.
Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai telah mempunyai acuan yang jelas yaitu di dasarkan kepada PP 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Provinsi, salah satunya penyebutkan penataan ruang ekosistem wilayah sungai adalah merupakan kewenangan pusat. Pada saat ini (dalam tahun anggaran 2005) Ditjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum sedang melakukan kegiatan Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang di DAS Siak yang diharapkan dapat selesai pada akhir tahun 2005 dan dapat dimanfaatkan sebagai acuan baik bagi pusat maupun daerah (provinsi, kabupaten dan kota).
Maksud dari kegiatan tersebut antara lain menyusun suatu kajian secara mendalam mengenai kondisi, potensi dan permasalahan DAS Siak dalam upaya pemanfatan ruang yang efisien dan efektif untuk menjaga keseimbangan ekosistem DAS dan untuk mengatasi permasalahan yang ada (banjir, pencemaran sungai, pembuangan limbah dll). Dari data pemanfaatan ruang yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau tahun 2001–2015 menunjukkan bahwa pemanfaatan ruang di wilayah DAS Siak bagian hulu sebagian besar merupakan perkebunan besar dan kawasan hutan produksi, selain itu terdapat hutan lindung, kawasan perkebunan rakyat, kawasan permukiman, kawasan pertanian lahan kering, dan kawasan pertanian lahan basah. Di wilayah DAS Siak bagian hilir sebagian besar berupa kawasan hutan produksi, perkebunan besar dan sebagian lagi berupa kawasan perkotaan (Pekanbaru, Perawang dan Siak Sri Indrapura). Pemanfaatan lainnya berupa kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, dan kawasan hutan resapan air.
Dalam upaya pelestarian serta mengatasi permasalahan yang ada di wilayah DAS Siak diperlukan strategi penanganan antara lain :
1. Memepertahankan kawasan lindung (tidak boleh dikonversi) terutama di wilayah DAS Siak bagian hulu yang menurut data dari RTRW provinsi hanya terdapat dalam jumlah yang relatif kecil.
2. Kawasan perkebunan besar serta kawasan hutan produksi tetap sangat mendominasi di wilayah DAS Siak, sehingga perlu ditingkatkan pengelolaannya (penertiban illegal loging, reboisasi, dll)
3. Wilayah DAS Siak sangat rawan terhadap banjir, maka diperlukan suatu kajian tentang master plan pengendalian banjir untuk wilayah tersebut.
4. Dalam rangka mengantisipasi pembuangan sampah ke dalam sungai, perlu disiapkan lokasi untuk TPA yang dapat menampung sampah baik dari rumahtangga maupun non rumahtangga;
5. Untuk mencegah pencemaran sungai-sungai yang ada di DAS Siak, perlu disiapkan lokasi serta sistem untuk pengolahan limbah dari pabrik-pabrik yang banyak terdapat di wilayah tersebut.
6. Memberi penyuluhan pada masyarakat untuk ikut berperan serta dalam menjaga pelestarian lingkungan.
Selain itu laju peresapan air ke dalam tanah amat dipengaruhi oleh tingkat kelebatan vegetasi pada tanah tersebut. Oleh sebab itu vegetasi pada kawasan hutan harus dijaga dengan cara reboisasi pada kawasan hutan yang gundul serta pencegahan pembalakan pada hutan yang telah lebat. Pada kawasan perkebunan serta lahan-lahan kosong lainnya dilakukan penghijauan sehingga peresapan air ke dalam tanah dapat berlangsung optimal.
Sebagai upaya penyelamatan dan pelestarian DAS Siak, maka penyusunan, peninjauan kembali, dan/atau penyempurnaan rencana tata ruang wilayah di tingkat provinsi, kabupaten/kota, rencana pengelolaan DAS Siak harus menjadi salah satu unsur yang harus dipertimbangkan. Strategi dalam upaya penyelamatan DAS Siak yang perlu dilakukan adalah:
1. Menetapkan kawasan Sub DAS Siak Hulu dan bagian hulu dari Sub DAS Siak
Hilir sebagai kawasan lindung sumber air.
2. Pengaturan yang lebih ketat mengenai pemanfaatan terutama pada kawasan-
kawasan yang berfungsi lindung dan sempadan sungai.
3. Membentuk Dewan Sumber Daya Air Provinsi.
4. Penegakan hukum bagi pelaku perusakan lingkungan baik penggundulan hutan dan
pencemar air.( www.penataanruang.net:2006)
Pembatasan pengembangan permukiman di Sub DAS Siak Hulu dan penetapan Sub DAS Siak Hulu sebagai kawasan lindung sumber air patut menjadi prioritas utama, hal ini disebabkan Kota Pekanbaru tepat berada di batas hilir Sub DAS Siak Hulu. Pada bagian hulu Sub DAS Siak Hilir perlu dijadikan kawasan konservasi juga mengingat luas Sub DAS ini cukup signifikan terhadap DAS Siak.
DAFTAR PUSTAKA
Eko Budihardjo, 1997, Tata Ruang Perkotaan, Alumni, Bandung.
Harian Pagi Riau Pos, 29 Maret 2007
Jayadinata, Johara T, 1999, Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan dan Wilayah, ITB, Bandung.
http://air.bappenas.go.id/doc/pdf/kliping/Abrasi%20di%20Sungai%20Siak%20Makin%20Parah.pdf
http://64.203.71.11/kompas-cetak/0602/17/daerah/2443446.htm
http://www.riau.go.id/index.php?module=articles&func=display&ptid=1&aid=2725
http://www.penataanruang.net/taru/Makalah/050806.pdf
http://www.kapanlagi.com/h/0000076254.html
Tanah (land) adalah sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dari seluruh permukaan bumi yang dihuni oleh kira-kira 6 miliar jiwa hanya sekitar 25 persen merupakan daratan tempat manusia dapat hidup, dan sisanya adalah permukaan samudera. Sebetulnya tidak seluruh daratan merupakan tanah yang dapat dihuni manusia karena ada bagian yang terlalu kering, atau terlalu dingin, misalnya beberapa gurun dan benua Antartika. (Jayadinata, J.T:1999:1)
Pengadaan tanah untuk kepentingan umum diusahakan dengan cara yang seimbang, dan untuk tingkat pertama ditempuh dengan cara musyawarah langsung dengan para pemegang hak atas tanah menurut Keppres No 5, tahun 1993. Untuk mengatur keperluan proyek pembangunan di wilayah kecamatan, tatacara pengadaan tanah untuk keperluan proyek pembangunan tersebut dilakukan oleh instansi pemerintah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. (Jayadinata, J.T:1999:3)
Pembangunan ialah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu yang belum ada. Pengembangan ialah memajukan atau memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Kedua istilah ini sekarang sering digunakan untuk maksud yang sama. Pembangunan dan pengembangan (development) dilakukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan dan pengembangan itu dapat merupakan pembangunan fisik atau pengembangan fisik, dan dapat merupakan pembangunan sosial ekonomi atau pengembangan sosial ekonomi.
Dalam pembangunan diperlukan adanya perencanaan yang matang. Pengertian mengenai perencanaan adalah macam-macam, bergantung kepada keahlian orang yang menggunakan istilah tersebut. Bagi ahli ekonomi, perencanaan itu mengatur sumber-sumber yang langka secara bijaksana. Untuk seorang arsitek, perencanaan itu berhubungan dengan pengembangan lingkungan fisik. Bagi seorang perencana, perencanaan itu meliputi pengaturan dan penyesuaian (mungkin dengan mengubah) hubungan manusia dengan lingkungan. Dalam istilah perencanaan terdapat pengertian bahwa pengaturan itu dilakukan untuk waktu yang akan datang.(Jayadinata, J.T:1999:4-5)
Dalam membangun suatu wilayah, semestinya semua pihak harus patuh kepada Undang-Undang tentang Penataan Ruang. Kawasan-kawasan lindung dan kawasan budidaya harus diperhatikan agar tidak menimbulkan masalah di belakang hari. Betapa banyak pembangunan yang tak mengindahkan kawasan seperti termaktub dalam UU No 24 tahun 1992 telah menimbulkan petaka bagi masyarakat.
Sebenarnya dalam falsafah dan konsep penataan lingkungan, amat banyak yang dapat kita pelajari dari masyarakat tradisional. Tidak hanya yang kita dengar secara lisan dari antawacana wayang misalnya, melainkan juga yang tertulis dalam rontal atau lontar seperti yang ada di Bali. Masyarakat tradisional yang serba ayem tentrem dengan penataan lingkungan yang sangat bersahabat dengan alam itu, menciptakan kekerabatan dan solidaritas sosial yang tinggi secara alami tanpa pemaksaan dari luar.
Arsitektur dan lingkungan binaan yang diciptakan masyarakat tradisional, terkesan sangat menyatu dengan alam. Sebaliknya, dalam penataan lingkungan oleh masyarakat modern, malah tampak sekali terjadinya pelecehan budaya dan perkosaan terhadap alam. Alam pun lantas membalas dendam, mengamuk, dan masyarakat pinggiran yang kesingkal menjadi kian beringas. (Budihardjo, Eko:1997:32-33)
Pembangunan tanpa mengindahkan kawasan lindung sangat banyak terjadi di Indonesia. Di Riau, banyak kawasan lindung ini yang dibabat habis dan pada akhirnya menimbulkan bencana. Sungai Siak misalnya, kini kian hari makin dangkal dan abrasi menjadi-jadi. Akibatnya, hujan lebat beberapa jam, telah menyebabkan airnya meluap dan menggenangi masyarakat yang bermukim di bantaran sungai tersebut.
Sesuai dengan UU no 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang, kawasan lindung diartikan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup suber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan ini dilarang dibangun sesuai dengan UU yang telah dikeluarkan.
B. Sungai Siak Mulai Dangkal dan Abrasi
Sesuai dengan Keppres No 32 tahun 1990 tentang Kawasan Lindung Sempadan Sungai, pada pasal 16 disebutkan, kriteria sempadan sungai adalah sekurang-kurangnya 100 meter dari kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan sungai kecil di luar kawasan pemukiman. Bagaimana dengan Sungai Siak yang terkenal dengan sungai terdalam di Indonesia?
Sungai Siak memiliki panjang 300 km melintasi empat kota/kabupaten yaitu Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak. Sebagai sungai terdalam di Indonesia sekitar 20-30 meter, sungai ini kini sangat padat dilayari kapal-kapal besar, kargo, tanker maupun speedboat.
Pembangunan di bantaran Sungai Siak sangat tidak terkendali. Lihat sajalah di tepi sungai yang melintasi Kota Pekanbaru. Jangankan 100 meter sesuai dengan Keppres No 32/1990, banyak rumah malah menjorok ke Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Siak tersebut. Pohon-pohon yang sebelumnya rimbun di tepi sungai ditebang dan diganti dengan rumah-rumah panggung dan permanen.
Ini baru di Pekanbaru, belum lagi di beberapa daerah kabupaten lain yang dialiri Sungai Siak. Kondisinya sangat memprihatinkan. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto mengungkapkan, sedimentasi di dasar Sungai Siak dalam rentang waktu tahun 1970-an sampai sekarang telah mencapai delapan meter atau sepertiga dari kedalaman sungai itu. Kenyataan ini menunjukkan terjadinya erosi yang cukup besar disebagian hulu sungai. "Adanya sedimentasi terganggunya pelayaran, terutama saat permukaan air surut dan bahaya banjir saat musim hujan karena berkurangnya kapasitas sungai dalam menampung air," ujarnya.
Tingkat pencemaran air Sungai Siak yang tinggi akibat limbah industri di sepanjang sungai mengakibatkan berkurangnya jumlah dan spesies ikan, karena hal itu banyak nelayan yang beralih profesi sebagai penambang liar yang menambah kerusakan lingkungan dan DAS Siak itu sendiri. Permasalahan-permasalahan yang terjadi di DAS Siak dapat diuraikan, tahun 2003 luas hutan Riau lebih kurang 4,24 juta hektare, dirambah sekitar 2.224 hektare untuk pemukiman liar oleh 345 kepala keluarga. Data lain menunjukkan sejumlah 23 juta m3/tahun dipakai untuk industri dan lima juta m3/tahun dicuri.
Perusakan hutan pengembangan kawasan budidaya ditinjau dari aspek SDA, mengakibatkan bencana banjir atau kekeringan bagi kawasan hilir. "Karenanya diperlukan penanganan terpadu antarkabupaten/kota dan intansi terkati yakni Dinas PU, Kehutanan, Perkebunan dan Pertanian. Menurut dia lagi, terdapat fluktuasi debit yang besar antara musim hujan dan kemarau, di mana Qmaks sebesar 1.700 m kubik/dt, Qmin sebesar 45 m kubik/dt dan Qmaks/Qmin sebesar 37,8. "Hal ini mengindikasikan telah terjadinya kerusakan di DAS Siak itu," katanya lagi.
Terjadi abrasi tebing pada tepian sungai yang disebabkan oleh hempasan gelombang dari kapal-kapal yang berlayar melalui Sungai Siak. Hasil penelitian Fakultas Teknik UGM menunjukkan bahwa abrasi yang terjadi setiap tahunnya mencapai 7,3 meter. Permasalahan-permasalahan DAS Siak harus diatasi dengan bijak berdasarkan prinsip one river one plan one management, pada saat ini pengelolaan DAS Siak belum terkoordinasi dan sinergi dengan baik antarkabupaten/kota serta dinas terkait.
Hal ini terlihat dari fakta-fakta di mana belum ada koordinasi yang dapat mewujudkan pengelolaan sumber daya air terpadu dan saling bersinergi, belum terwujudnya keseimbangan antara pembangunan fisik dan nonfisik dalam penanganan-penanganan masalah air. "Upaya pendayagunaan lebih dominan daripada konservasi," ujarnya. Tindakan penanganan terhadap permasalahan yang ada di DAS Siak masih bersifat parsial, sehingga perlu disusun suatu kebijakan yang menyeluruh dan komprehensif, di antaranya adalah dengan menyinergikan antara penyusunan pola pengelolaan sumber daya air dan kebijakan penataan ruang di DAS Siak.( www.kapanlagi.com:2005)
Abrasi yang terjadi setiap tahunnya sangat mengkhawatirkan. Meskipun sampai hari ini belum ada data yang konkret berapa vulume abrasi yang terjadi, paling tidak kurang dari 30 desa yang ada dibantaran Sungai Siak setiap tahunnya diterjang abrasi. Akibatnya, volume bantaran tebing yang runtuh setiap tahunnya terus bertambah.
Menurut Kepala Bapedalda Kabupaten Siak Drs. Hasri Saili, berapa volume abarasi yang terjadi memang belum ada data yang konkrit. Namun dari data sementara, hampir di setiap desa yang berada di bibir pantai Sungai Siak diterjang abrasi. “Kita perkirakan setiap tahunnya, bibir tebing yang runtuh sekitar 2-5 meter.
Selain karena faktor fungsi sungai Siak sebagai alur pelayaran, situasi lain yang turut diperburuk dengan menipisnya hutan mangrove maupun hutan-hutan liar lainnya yang tumbuh di bibir tebing. Dampak dari punahnya hutan-hutan liar di sekitar bibir tebing ini semakin mempercepat proses abrasi yang terjadi. Untuk itu perlu ada upaya penyelamatan dengan mengamankan bibir tebing dari hempasan ombak.
‘’Data sementara yang kita miliki, mulai dari Lalang Sungai Apit tidak kurang ada 30 titik rawan abrasi. Kalau kita misalkan dalam satu titik abrasi yang terjadi mencapai 2 meter setahun. Minimal dalam satu tahun volume abrasi yang terjadi mencapai 60 meter. Mau tidak mau situasi ini harus segera disikapi dengan cepat. Kalau lambat, kita khawatirkan akan merusak keseimbangan ekosistem DAS Siak,’’ jelasnya. (Riau Pos: 29 Maret 2007)
Ternyata kondisi Sungai Siak yang pembangunan kawasan lindungnya tidak terkendali telah mengejutkan banyak pihak. Pada tahun 2005, Menteri Negara Lingkungan Hidup Rahmad Witoelar saat melihat abrasi yang mengikis lebih dari 20 meter tepian sungai, nampak sangat terkejut. "Wah, kalau seperti ini kondisinya, memang sudah terjadi abrasi yang sangat berat. Ini harus segera dihentikan," ujarnya.( www.riau.go.id:2005)
Tidak hanya pembangunan kawasan hunian di bantaran Sungai Siak, perkebunan sawit yang dibuka oleh perusahaan maupan masyarakat juga telah menyumbang makin hancurnya Sungai Siak ini. Memang, perluasan perkebunan sawit menjadi permasalahan rumit yang tak kunjung ditemukan solusinya. Peningkatan perekonomian rakyat dijanjikan cepat terpenuhi dengan memperluas kebun sawit, tetapi kerusakan lingkungan menjadi ancaman nyata di depan mata.
Dari data Kompas dan didukung data dari Rona Lingkungan Universitas Riau, sepanjang 300 kilometer bantaran Sungai Siak di Riau telah diusik oleh hadirnya perkebunan sawit. Terdapat 780.000 hektare perkebunan sawit di sepanjang bantaran Sungai Siak, seluas 600.000 hektare di hulu, dan sisanya di hilir. Keberadaan kebun sawit ini turut menyumbang aksi penggerusan keanekaragaman tanaman di bantaran yang berdampak pada ketidakseimbangan lingkungan, termasuk abrasi. Perluasan sawit juga berdampak pada pengurangan kandungan air tanah yang dibutuhkan masyarakat.
Peraturan tentang pembukaan areal perkebunan yang berlaku secara nasional menyebutkan, alih fungsi lahan di sekitar bantaran minimal berjarak 50-100 meter dari bibir sungai benar-benar diabaikan. Pada jarak itu sebenarnya tetap difungsikan sebagai lahan tempat tumbuhnya vegetasi asli tepian sungai. Vegetasi sungai erat terkait dengan kelangsungan hidup berbagai jenis ikan dan keanekaragaman hayati sungai lainnya. Ketika vegetasi asli tercerabut, ikan-ikan kehilangan tempat meletakkan telur. Kondisi di tepian Sungai Siak saat ini adalah terdapat beberapa kawasan perkebunan sawit yang berjarak kurang dari 10 meter dari bibir sungai. Di samping itu, prapembukaan kebun sawit selalu dilakukan kanalisasi, khususnya di areal lahan gambut. Kanalisasi dilakukan untuk mengatur kandungan air dalam tanah sesuai kebutuhan tanaman. Namun, kanalisasi ini diyakini merusak lahan gambut yang selama ini berfungsi sebagai daerah tangkapan air tanah.(Kompas:17-2-2006).
Tidak hanya banjir dan seringnya pencemaran terjadi akibat perambahan kawasan lindung di bantaran Sungai Siak, pascaabrasi juga telah menyebabkan ratusan kepala keluarga harus mengungsi ke tempat lebih aman. Pengikisan tanah oleh gelombang air (abrasi) yang melanda Sungai Siak, dalam lima tahun terakhir sekitar 400 keluarga yang bermukim di sepanjang sungai tersebut terpaksa mengungsi. Penduduk mengungsi ke daratan yang lebih aman di sekitar sungai. (http://air.bappenas.go.id:2006).
Abrasi telah mengancam keselamatan warga. Meskipun belum terdapat korban jiwa, namun sejumlah bangunan yang semula berada di bibir Sungai Siak runtuh. Di antaranya, rumah penduduk, sekolah, masjid, dan makam para kerabat Raja Siak.Abrasi paling parah terjadi di lima kecamatan di Kabupaten Siak, yaitu Tualang, Sungai Apit, Bunga Raya, Gasib, dan Sebuah sekolah dasar (SD) di Desa Meredan, Kecamatan Tualang tidak bisa digunakan lagi karena bangunan sekolah itu runtuh hingga masuk sungai. Demikian juga Masjid Makmur yang terletak di Desa Merempan Hilir, Kecamatan Siak. Masjid tersebut tenggelam setelah ombak menggerogoti pondasinya.
C. Kebijakan Penyelamatan
Sudah saatnya kini sebelum semuanya terlambat harus ada kebijakan untuk menyelamatkan Sungai Siak yang terkenal itu. Secara kelembagaan dalam Penataan Ruang Daerah Aliran Sungai agar selalu memperhatikan peraturan dan Perundangan yang terkait dengan penataan wilayah sungai yaitu Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Undang-Undang No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Provinsi serta petunjuk pelaksanaannya. Melihat kenyataan bahwa DAS-DAS di Riau semakin kritis, maka sudah sepatutnya pengelolaan wilayah sungai mendapat perhatian yang memadai dengan membentuk wadah kordinasi tersendiri.
Berdasarkan UU No. 7 tahun 2004 maka pemerintah Provinsi Riau mempunyai kewenangan membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat provinsi. Dewan sumber daya air ini bertugas untuk menyinkronkan program penataan ruang, reboisasi dan penghijauan, pencegahan pembalakan, pengendalian pencemaran serta pendayagunaan air Sungai Siak. Dengan dibentuknya Forum Daerah Aliran Sungai Siak, selanjutnya dapat dijadikan embrio sebagai Dewan Sumber Daya Air sebagaiman dimaksud dalam undang-undang.
Sebagai gambaran, sejak beberapa tahun yang lalu wadah kordinasi pengelolaan sumber daya air di tingkat provinsi juga sudah terbentuk di 11 provinsi (5 provinsi di Pulau Jawa dan 6 provinsi di luar Pulau Jawa) dengan 2 macam nama yaitu: Panitia Tata Pengaturan Air (PTPA) atau Dewan Sumber Daya Air Provinsi. Sedangkan di tingkat wilayah sungai juga ada wadah kordinasi dengan nama Panitia Pelaksana Tata Pengaturan Air (PPTPA) misalnya di WS Progo-Opak-Oyo di Provinsi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta, WS Seputih – Sekampung dan WS Mesuji – Tulangbawang di Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan. Saat ini tengah dilakukan persiapan pembentukan wadah kordinasi sumber daya air di WS Batanghari dan WS Kampar di Sumatera. Kebijakan pendekatan “One river, one plan and one management” perlu dicanangkan kembali sebagai pendekatan pengelolaan DAS.
Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai telah mempunyai acuan yang jelas yaitu di dasarkan kepada PP 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Provinsi, salah satunya penyebutkan penataan ruang ekosistem wilayah sungai adalah merupakan kewenangan pusat. Pada saat ini (dalam tahun anggaran 2005) Ditjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum sedang melakukan kegiatan Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang di DAS Siak yang diharapkan dapat selesai pada akhir tahun 2005 dan dapat dimanfaatkan sebagai acuan baik bagi pusat maupun daerah (provinsi, kabupaten dan kota).
Maksud dari kegiatan tersebut antara lain menyusun suatu kajian secara mendalam mengenai kondisi, potensi dan permasalahan DAS Siak dalam upaya pemanfatan ruang yang efisien dan efektif untuk menjaga keseimbangan ekosistem DAS dan untuk mengatasi permasalahan yang ada (banjir, pencemaran sungai, pembuangan limbah dll). Dari data pemanfaatan ruang yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau tahun 2001–2015 menunjukkan bahwa pemanfaatan ruang di wilayah DAS Siak bagian hulu sebagian besar merupakan perkebunan besar dan kawasan hutan produksi, selain itu terdapat hutan lindung, kawasan perkebunan rakyat, kawasan permukiman, kawasan pertanian lahan kering, dan kawasan pertanian lahan basah. Di wilayah DAS Siak bagian hilir sebagian besar berupa kawasan hutan produksi, perkebunan besar dan sebagian lagi berupa kawasan perkotaan (Pekanbaru, Perawang dan Siak Sri Indrapura). Pemanfaatan lainnya berupa kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, dan kawasan hutan resapan air.
Dalam upaya pelestarian serta mengatasi permasalahan yang ada di wilayah DAS Siak diperlukan strategi penanganan antara lain :
1. Memepertahankan kawasan lindung (tidak boleh dikonversi) terutama di wilayah DAS Siak bagian hulu yang menurut data dari RTRW provinsi hanya terdapat dalam jumlah yang relatif kecil.
2. Kawasan perkebunan besar serta kawasan hutan produksi tetap sangat mendominasi di wilayah DAS Siak, sehingga perlu ditingkatkan pengelolaannya (penertiban illegal loging, reboisasi, dll)
3. Wilayah DAS Siak sangat rawan terhadap banjir, maka diperlukan suatu kajian tentang master plan pengendalian banjir untuk wilayah tersebut.
4. Dalam rangka mengantisipasi pembuangan sampah ke dalam sungai, perlu disiapkan lokasi untuk TPA yang dapat menampung sampah baik dari rumahtangga maupun non rumahtangga;
5. Untuk mencegah pencemaran sungai-sungai yang ada di DAS Siak, perlu disiapkan lokasi serta sistem untuk pengolahan limbah dari pabrik-pabrik yang banyak terdapat di wilayah tersebut.
6. Memberi penyuluhan pada masyarakat untuk ikut berperan serta dalam menjaga pelestarian lingkungan.
Selain itu laju peresapan air ke dalam tanah amat dipengaruhi oleh tingkat kelebatan vegetasi pada tanah tersebut. Oleh sebab itu vegetasi pada kawasan hutan harus dijaga dengan cara reboisasi pada kawasan hutan yang gundul serta pencegahan pembalakan pada hutan yang telah lebat. Pada kawasan perkebunan serta lahan-lahan kosong lainnya dilakukan penghijauan sehingga peresapan air ke dalam tanah dapat berlangsung optimal.
Sebagai upaya penyelamatan dan pelestarian DAS Siak, maka penyusunan, peninjauan kembali, dan/atau penyempurnaan rencana tata ruang wilayah di tingkat provinsi, kabupaten/kota, rencana pengelolaan DAS Siak harus menjadi salah satu unsur yang harus dipertimbangkan. Strategi dalam upaya penyelamatan DAS Siak yang perlu dilakukan adalah:
1. Menetapkan kawasan Sub DAS Siak Hulu dan bagian hulu dari Sub DAS Siak
Hilir sebagai kawasan lindung sumber air.
2. Pengaturan yang lebih ketat mengenai pemanfaatan terutama pada kawasan-
kawasan yang berfungsi lindung dan sempadan sungai.
3. Membentuk Dewan Sumber Daya Air Provinsi.
4. Penegakan hukum bagi pelaku perusakan lingkungan baik penggundulan hutan dan
pencemar air.( www.penataanruang.net:2006)
Pembatasan pengembangan permukiman di Sub DAS Siak Hulu dan penetapan Sub DAS Siak Hulu sebagai kawasan lindung sumber air patut menjadi prioritas utama, hal ini disebabkan Kota Pekanbaru tepat berada di batas hilir Sub DAS Siak Hulu. Pada bagian hulu Sub DAS Siak Hilir perlu dijadikan kawasan konservasi juga mengingat luas Sub DAS ini cukup signifikan terhadap DAS Siak.
DAFTAR PUSTAKA
Eko Budihardjo, 1997, Tata Ruang Perkotaan, Alumni, Bandung.
Harian Pagi Riau Pos, 29 Maret 2007
Jayadinata, Johara T, 1999, Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan dan Wilayah, ITB, Bandung.
http://air.bappenas.go.id/doc/pdf/kliping/Abrasi%20di%20Sungai%20Siak%20Makin%20Parah.pdf
http://64.203.71.11/kompas-cetak/0602/17/daerah/2443446.htm
http://www.riau.go.id/index.php?module=articles&func=display&ptid=1&aid=2725
http://www.penataanruang.net/taru/Makalah/050806.pdf
http://www.kapanlagi.com/h/0000076254.html
Jurus Landak, Monyet atau Gaya Sodok
Bisnis ''Good to Great'' ala Tung Desem Waringin
Mengikuti seminar yang penceramahnya sang motivator terkenal Tung Desem Waringin sangat jarang orang akan mengantuk. Walau dalam ruangan bertemperatur dingin sekalipun, hampir semua peserta seminar matanya melek mengikuti gerak-gerak sang motivator yang terkenal dengan kata-kata ''Dahsyat'' ini.
Catatan Mhd Nazir Fahmi
RUANGAN pertemuan Hotel Pangeran yang masih baru dengan air conditioner (AC) cukup dingin, ternyata tak membuat ratusan peserta seminar yang diadakan salah satu operator telekomunikasi seluler loyo dan tak bersemangat. Sebaliknya, ratusan peserta terlihat bersemangat dan sering tertawa lepas.
Itulah yang terjadi Selasa (3/6) saat Tung Desem Waringin membawakan tema seminar Good to Great. Tung Desem Waringin dengan kocak dan penuh guyon mendedahkan tujuh kriteria bisnis Good to Great.
Sebelum memulai penyampaian materi, Tung mengajak para peserta tampil lebih plong dan semangat. Kepada seluruh peserta disuruh teriak, bertepuk tangan, lompat-lompat sepuasnya. Tujuannya untuk merangsang sel-sel otak agar bekerja lebih maksimal.
Menurut Tung, sebuah bisnis kalau ingin maju harus memiliki pola atau bisnis model. Tung membeberkan tiga bisnis model General Electrik ala Jack Welch. Yang pertama, Jack menerapkan bisnis yang digelutinya harus menjadi pemimpin pasar nomor satu atau nomor dua. Kedua, pemasukan di atas rata-rata minimum 19 persen ROI pemegang saham dan ketiga, keunggulah bersaing yang jelas serta punya nilai tambah.
Untuk bisa lebih maju, kata Tung, ada tujuh kriteria bisnis Good to Great. Pertama, strong fasilitate leader. Di sini leader atau pemimpin harus bisa dan jago dalam memfasilitasi berbagai pihak demi kemajuan bisnis yang digeluti.
Kedua, harus memilih orang yang tepat. Menurut Tung, orang yang tepat itu ciri-cirinya tidak perlu dimotivasi dan butuh pengereman. Orang dibayar harus berdasarkan produktifitas, bukan dengan lembur. ''Saya menerapkan ini di perusahaan. Karyawan harus pulang tepat waktu, tidak ada istilah lembur. Kalau jam pulangnya telat, saya akan denda,'' kata Tung dengan ketawaannya yang khas.
Karyawan yang baik, kata Tung, harus dibina agar menjadi dahsyat. Kalau tak baik harus dibinasakan, jangan biarkan jadi sampah di perusahaan. Kalau dibiarkan, karyawan model ini akan menggerogoti yang lain. Jadi kanker dan akan membunuh.
''Karyawan seperti ini sering bergaya monyet atau sodok. Kalau gaya monyet, ke atas dia menjilat, tapi pantatnya ke muka bawahannya. Kalau gaya sodok, ke atasannya dia menjilat, tangannya menyikut, dan kakinya menghantam orang lain. Orang seperti ini banyak di perusahaan dan harus dibinasakan,'' katanya.
Kriteria ketiga, jelas Tung, pelaku bisnis harus menatap kenyataan tanpa hilang keyakinan. Sebuah usaha harus dengan marketing yang baik dan ditunjang riset. Yang harus dikembangkan itu adalah positiv thinking, bukan optimis.
Keempat, pakai jurus landak. Landak itu lebih kecil dari srigala, tapi srigala tak pernah menang melawan landak. Sebuah bisnis sebelum dijalankan harus ada publisitas dan harus satu jurus agar lebih cepat dan tepat.
Kelima, budaya disiplin. Keenam, menggunakan teknologi sebagai percepatan. Menurut Tung, dalam memilih teknologi carilah yang paling membantu bisnis, bukan yang paling mutakhir, hebat atau embel-embel lainnya. ''Lalu yang ketujuh harus berani menciptakan momentum. Berani take actions,'' jelasnya.(*)
Selasa, 27 Mei 2008
KENALI NABI MUHAMMAD SAW SECARA LAHIRIAH
Begitu indahnya sifat fizikal Baginda, sehinggakan orang ulama Yahudi yang
pada pertama kalinya bersua muka dengan Baginda lantas melafazkankeislaman
dan mengaku akan kebenaran apa yang disampaikan oleh Baginda.
Di antara kata-kata apresiasi para sahabat ialah :
- Aku belum pernah melihat lelaki yang sekacak Rasulullah.
- Aku melihat cahaya dari lidahnya..
- Seandainya kamu melihat Baginda, seolah-olah kamu melihat matahari terbit.
- Rasulullah jauh lebih cantik dari sinaran bulan.
- Rasulullah umpama matahari yang bersinar.
- Aku belum pernah melihat lelaki setampan Rasulullah.
- Apabila Rasulullah berasa gembira, wajahnya bercahaya spt bulan purnama.
- Kali pertama memandangnya sudah pasti akan terpesona.
- Wajahnya tidak bulat tetapi lebih cenderung kepada bulat.
- Wajahnya seperti bulan purnama.
- Dahi baginda luas, raut kening tebal, terpisah ditengahnya.
- Urat darah kelihatan di antara dua kening dan nampak semakin jelas semasa marah.
- Mata baginda hitam,dengan bulu mata yang panjang.
- Garis-garis merah di bahagian putih mata, luas kelopaknya, kebiruan asli di bahagian sudut.
- Hidungnya agak mancung, bercahaya penuh misteri, kelihatan luas sekali pertama kali melihatnya.
- Mulut baginda sederhana luas dan cantik.
- Giginya kecil dan bercahaya, indah tersusun, renggang di bahagian depan.
- Apabila berkata-kata, cahaya kelihatan memancar dari giginya.
- Janggutnya penuh dan tebal menawan.
- Lehernya kecil dan panjang, terbentuk dengan cantik seperti arca.
- Warna lehernya putih seperti perak sangat indah.
- Kepalanya besar tapi terlalu elok bentuknya.
- Rambutnya sedikit ikal.
- Rambutnya tebal kdg-kdg menyentuh pangkal telinga dan kdg-kdg mencecah bahu tapi disisir rapi.
- Rambutnya terbelah di tengah.
- Di tubuhnya tidak banyak rambut kecuali satu garisan rambut menganjur dari dada ke pusat.
- Dadanya bidang dan selaras dgn perut. Luas bidang antara kedua bahunya lebih drpd biasa.
- Seimbang antara kedua bahunya.
- Pergelangan tangannya lebar, lebar tapak tangannya, jarinya juga besar dan tersusun dgn cantik.
- Tapak tangannya bagaikan sutera yang lembut.
- Perut betisnya tidak lembut tetapi cantik. Kakinya berisi tapak kakinya terlalu licin sehingga tidak melekat air.
- Terlalu sedikit daging di bahagian tumit kakinya.
- Warna kulitnya tidak putih spt kapur atau coklat tapi campuran coklat dan putih.
- Warna putihnya lebih banyak.
- Warna kulit baginda putih kemerah-merahan.
- Warna kulitnya putih tapi sihat.
- Kulitnya putih lagi bercahaya.
- Binaan badannya sempurna, tulang-temulangnya besar dan kukuh.
- Badannya tidak gemuk.
- Badannya tidak tinggi dan tidak pula rendah, kecil tapi berukuran sederhana lagi kacak.
- Perutnya tidak buncit.
- Badannya cenderung kepada tinggi,semasa berada di kalangan org ramai baginda kelihatan lebih tinggi drpd mereka.
KESIMPULANNYA :
Nabi Muhammad s.a.w adalah manusia agung yang ideal dan sebaik-baik contoh sepanjang zaman.
pada pertama kalinya bersua muka dengan Baginda lantas melafazkankeislaman
dan mengaku akan kebenaran apa yang disampaikan oleh Baginda.
Di antara kata-kata apresiasi para sahabat ialah :
- Aku belum pernah melihat lelaki yang sekacak Rasulullah.
- Aku melihat cahaya dari lidahnya..
- Seandainya kamu melihat Baginda, seolah-olah kamu melihat matahari terbit.
- Rasulullah jauh lebih cantik dari sinaran bulan.
- Rasulullah umpama matahari yang bersinar.
- Aku belum pernah melihat lelaki setampan Rasulullah.
- Apabila Rasulullah berasa gembira, wajahnya bercahaya spt bulan purnama.
- Kali pertama memandangnya sudah pasti akan terpesona.
- Wajahnya tidak bulat tetapi lebih cenderung kepada bulat.
- Wajahnya seperti bulan purnama.
- Dahi baginda luas, raut kening tebal, terpisah ditengahnya.
- Urat darah kelihatan di antara dua kening dan nampak semakin jelas semasa marah.
- Mata baginda hitam,dengan bulu mata yang panjang.
- Garis-garis merah di bahagian putih mata, luas kelopaknya, kebiruan asli di bahagian sudut.
- Hidungnya agak mancung, bercahaya penuh misteri, kelihatan luas sekali pertama kali melihatnya.
- Mulut baginda sederhana luas dan cantik.
- Giginya kecil dan bercahaya, indah tersusun, renggang di bahagian depan.
- Apabila berkata-kata, cahaya kelihatan memancar dari giginya.
- Janggutnya penuh dan tebal menawan.
- Lehernya kecil dan panjang, terbentuk dengan cantik seperti arca.
- Warna lehernya putih seperti perak sangat indah.
- Kepalanya besar tapi terlalu elok bentuknya.
- Rambutnya sedikit ikal.
- Rambutnya tebal kdg-kdg menyentuh pangkal telinga dan kdg-kdg mencecah bahu tapi disisir rapi.
- Rambutnya terbelah di tengah.
- Di tubuhnya tidak banyak rambut kecuali satu garisan rambut menganjur dari dada ke pusat.
- Dadanya bidang dan selaras dgn perut. Luas bidang antara kedua bahunya lebih drpd biasa.
- Seimbang antara kedua bahunya.
- Pergelangan tangannya lebar, lebar tapak tangannya, jarinya juga besar dan tersusun dgn cantik.
- Tapak tangannya bagaikan sutera yang lembut.
- Perut betisnya tidak lembut tetapi cantik. Kakinya berisi tapak kakinya terlalu licin sehingga tidak melekat air.
- Terlalu sedikit daging di bahagian tumit kakinya.
- Warna kulitnya tidak putih spt kapur atau coklat tapi campuran coklat dan putih.
- Warna putihnya lebih banyak.
- Warna kulit baginda putih kemerah-merahan.
- Warna kulitnya putih tapi sihat.
- Kulitnya putih lagi bercahaya.
- Binaan badannya sempurna, tulang-temulangnya besar dan kukuh.
- Badannya tidak gemuk.
- Badannya tidak tinggi dan tidak pula rendah, kecil tapi berukuran sederhana lagi kacak.
- Perutnya tidak buncit.
- Badannya cenderung kepada tinggi,semasa berada di kalangan org ramai baginda kelihatan lebih tinggi drpd mereka.
KESIMPULANNYA :
Nabi Muhammad s.a.w adalah manusia agung yang ideal dan sebaik-baik contoh sepanjang zaman.
Rabu, 21 Mei 2008
HP Buat Masak Telur
BBM kian hari makin melejit harganya. Tapi itu wajar, karena komuditi ini tidak bisa diperbaharui, sementara permintaan terus naik di seluruh dunia. Kalaulah Indonesia mau menaikkan harga BBM menurut saya itu juga sangat wajar. Tapi harus dibarengi dengan penguasaan atau peninjauan ulang kontrak migas bagi perusahaan asing yang mengeruk hasil bumi negeri tercinta ini. Alih-alih soal BBM, untuk berhemat energi kita harus bisa memanfaat teknologi murah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Misalnya untuk memasak, tak perlu pakai api. Beberapa waktu lalu saya dikirimi sebuah email oleh seorang teman tentang HP atau ponsel yang bisa masak telur. Nah lho...
Emailnya begini. Pernahkah Anda mengalami masalah ketika akan membuat telur rebus, air sulit dicari dan kompor pun tiada? Ada cara baru yang efisien dengan memaksimalkan manfaat Handphone Anda. Tahu caranya? Berikut tipsnya:
Dibutuhkan:
·1 butir telur dan 2 ponsel
·65 menit percakapan dari 1 ponsel ke yang lainnya
Buat seperti pada gambar 1
Kita mulai panggilan antara kedua ponsel selama kurang lebih 65 menit;
15 menit pertama tidak terjadi apa-apa…
Setelah 25 menit telur mulai hangat, setelah 45 menit; (seperti gambar 2)
telur sudah panas; dan setelah 65 menit telur matang…
Kesimpulan:
Jika radiasi gelombang mikro yang dipancarkan oleh ponsel mampu memodifikasi protein dalam telur itu. Bayangkan apa yang terjadi dengan protein dalam otak kita ketika kita bicara melalui ponsel. Jangan tunda lagi. Segera beritahu informasi ini kepada teman/sanak keluarga/handai taulan. Dengan Anda mau meluangkan sedikit waktu, Anda telah menyelamatkan orang-orang di sekitar Anda dari bahaya yang mematikan ini.
Selasa, 20 Mei 2008
Belanja Murah di Wat Arun, Sesat di Pratunam
Thailand; Negara yang Serius Garap Pariwisata (2)
Empat hari berada di Thailand, sangatlah terasa singkat. Masih banyak tempat-tempat wisata di negara ini yang belum terkunjungi. Tapi walaupun empat hari, bagi saya, tour wartawan Riau Pos Grup ke negeri gajah ini sangatlah membuka cakrawala berpikir soal pembangunan dunia pariwisata serta menariknya trik yang dibuat pemerintah Thailand untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
Catatan Mhd Nazir Fahmi
SUNGAI besar yang membelah Kota Bangkok benar-benar dimanfaatkan sepenuhnya untuk menangguk bath sebanyak-banyaknya dari para turis. Dengan menggunakan Chao Phraya atau bus sungai, para turis dibawa menelusuri tempat-tempat wisata budaya seperti bangunan bersejarah yang rata-rata berada di tepi sungai kota tersebut.
Tidak hanya bangunan, ikan patin pun menjadi daya tarik tersendiri buat wisatawan di sungai yang membelah Kota Bangkok. Di depan sebuah kuil Budha, ribuan ekor ikan yang cukup terkenal di Riau ini menampakkan dirinya. Hanya saja, untuk melihat ikan-ikan tersebut, pengunjung harus membeli roti seharga 20 bath satu bungkus.
Apalagi dengan adanya kepercayaan kalau pengunjung berhasil melihat ikan patin warna putih akan mendapatkan keberuntungan, maka para wisatawan ramai-ramai memberi ikan tersebut makanan dengan cara membeli kepada pedagang yang ada di atas Chao Phraya.
Bangunan bersejarah di Kota Bangkok merupakan daya tarik tersendiri buat turis. Oleh karena itulah, paket wisata untuk city tour selalu diarahkan ke bangunan-bangunan istana raja yang megah berhias ornamen-ornamen emas dan kuil-kuil Budha yang didirikan 220 tahun silam.
Di Wat Arun misalnya, berdiri sebuah kuil yang orang Thailand menyebutnya sebagai Borobudurnya Thailand. Daya tariknya tidak hanya pada ornamen-ornamen bangunan, tapi pada murahnya berbelanja souvenir-souvenir di lokasi wisata ini.
Tak heran, ketika saya dan rombongan datang ke lokasi ini tanpa tentengan, setelah kembali dari tempat tersebut masih-masing wartawan sudah punya tentengan di kiri dan kanannya. Rata-ratanya, para pengunjung membeli baju t-shirt berlogo Thailand, gantungan kunci, tas dan beberapa souvenir lainnya. Di sini belanja termasuk murah, apalagi bisa tawar menawar harga kepada para penjual yang juga bisa bahasa Indonesia.
Satu setengah jam perjalanan dari Bangkok arah ke Pattaya, bus yang membawa saya dan rombongan berhenti di Tiger Zoo. Satu lagi kepiawaian orang Thailand untuk menarik minat wisata dengan membuat keganjilan-keganjilan.
Di taman ini, saya menyaksikan anak harimau yang menyusu pada induk babi dan anak babi menyusu ke induk harimau. Dan ada pula harimau dan anjing yang hidup dalam satu kandang tanpa ada masalah.
Di sini pun dapat disaksikan peternakan buaya dan sejumlah atraksi. Keahlian pawang buaya yang usianya masih remaja mengundang decak kagum penonton. Seorang perempuan cantik membuka mulut buaya-buaya itu. Lantas perempuan tersebut memasukkan kepalanya. Bisa dibayangkan, jika mulut buaya terkatup, remuklah kepalapawang itu.
Mereka yang piknik menggunakan paket wisata, biasanya juga diajak menyaksikan pertunjukan gajah di Taman Nong Nooch. Sebelum menyaksikan pertunjukan gajah-gajah yang begitu terlatih, saya dan rombongan harus menyaksikan Thai Cultural Show.
Dalam sebuah arena indoor yang disaksikan sekitar 2.000 penoton, gadis-gadis Thailand tampil dengan tari-tari dan pakaian tradisional negara itu. Tak ketinggalan, gajah pun ikut menari dalam show tersebut. Tentu saja, Thai Boxing sudah pasti dipertunjukkan dalam pagelaran itu.
Thai Cultural Show berlangsung setengah jam. Berikutnya penonton berpindah ke arena terbuka untuk menyaksikan kepiawaian gajah-gajah Thailand. Di arena ini penonton dibuat kagum oleh gajah-gajah Thailand yang cerdas. Selain pandai menari dan mahir melukis di kanvas, gajah-gajah Thailand bisa membedakan mana makanan dan mana duit.
Gajah-gajah itu tentu tidak mata duitan. Ketika penonton menyodorkan seikat pisang, langsung dimasukkan ke mulutnya. Namun ketika yang disodorkan lembaran bath, uang itu langsung diserahkan kepada pelatihnya.
Dalam Elephant Show, pengelola Taman Nong Nooch mendapatkan untung berlipat-lipat. Masuk ke taman, kita harus bayar, lalu menyaksikan Thai Cultural Show dan Elephant Show, kita harus merogoh bath lagi. Di saat pertunjukan gajah, pisang-pisang untuk makanan gajah dijual kepada pengunjung seharga 20 bath satu sisir.
Sepertinya, gajah-gajah juga sudah dilatih untuk meraup bath sebanyak-banyaknya dari pengunjung. Buktinya, di saat satu pertunjukan selesai, maka sang gajah datang ke tempat duduk penonton untuk minta pisang dan itu tidak cukup satu sisir. Maka untuk pertunjukan berikutnya, penonton pun harus membeli pisang kembali agar bisa memegang gajah.
Usai pertunjukkan, gajah-gajah pun ''minta bayaran'' 40 bath kalau ingin berfose dengannya. Dan baju yang sudah dilukis sang gajah juga dijajakan kepada pengunjung yang ingin membelinya.
Tempat wisata ''tambahan'' yang diarahkan oleh guide yaitu Gems Gallery, pusat penjualan perhiasan dengan batu permata asli dan pabrik obat yang ramuannya berasal dari ular kobra.
Di Gems Gallery, rombongan turis disuguhi acara presentasi tentang asal-muasal produknya. Penataan yang begitu apik dan manarik, membuat saya dan kawan-kawan wartawan terkagum-kagum dengan upaya pemerintah Thailand untuk memajukan industri mereka.
Dua sisi yang digabungkan di Gems Gallery, ternyata membangkitkan minat pengunjung untuk mengetahui secara detail tentang permata. Tahap awal, pengunjung dibawa dengan kereta listrik untuk mengetahui asal muasal batu permata dan cara penambangan dari cara tradisionil sampai modern.
Tahap berikutnya, saya dan rombongan dibawa ke tempat pengasahan batu permata. Satu orang dari rombongan wartawan, didampingi oleh satu orang pelayan Gems Gallery. Para pelayan yang sebagian besar gadis-gadis Thailand dan bisa berbahasa Indonesia itu memberi penjelasan soal batu-batu permata.
Tahap terakhir, saya dan rombongan dibawa masuk melihat batu permata yang sudah menjadi perhiasan. Di sinilah transaksi dimulai. Para pelayan-pelayan Gems Gallery dengan gigih dan pantangmenyerah merayu saya dan beberapa kawan untuk membeli perhiasan-perhiasan tersebut.
Kegigihan dan teknik menjual mereka yang memikat, akhirnya membuat saya dan kawan-kawan wartawan luluh juga. Walaupun bath sudah menipis di kantong, saya dan kawan-kawan rata-rata membeli perhiasan di Gems Gallery.
Ahad (5/9), dengan berat hati kami harus meninggalkan Kota Bangkok. Tapi menjelang keberangkatan ke bandara Donmueang, dua orang wartawan tersesat di Pasar Pratunam. Menariknya, sudahlah tersesat mereka enggan menelepon kawan-kawan di hotel. Ditelepon pun tidak mau mengangkat. Alasannya, takut kena roaming internasional.
Lebih tragisnya, dua orang wartawan ini pun kehabisan bath dan tidak bisa membayar ongkos taksi. Kalau tidak cepat ditelepon dan dijanjikan bayar ongkos taksi di hotel, maka hampir saja dua orang kawan ini menginap di Kedubes Indonesia. Tapi syukurlah mereka selamat sampai ke hotel kembali. Dan dengan Singapore Airlines, Thailand kami tinggalkan dengan penuh cerita.(*)
Empat hari berada di Thailand, sangatlah terasa singkat. Masih banyak tempat-tempat wisata di negara ini yang belum terkunjungi. Tapi walaupun empat hari, bagi saya, tour wartawan Riau Pos Grup ke negeri gajah ini sangatlah membuka cakrawala berpikir soal pembangunan dunia pariwisata serta menariknya trik yang dibuat pemerintah Thailand untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
Catatan Mhd Nazir Fahmi
SUNGAI besar yang membelah Kota Bangkok benar-benar dimanfaatkan sepenuhnya untuk menangguk bath sebanyak-banyaknya dari para turis. Dengan menggunakan Chao Phraya atau bus sungai, para turis dibawa menelusuri tempat-tempat wisata budaya seperti bangunan bersejarah yang rata-rata berada di tepi sungai kota tersebut.
Tidak hanya bangunan, ikan patin pun menjadi daya tarik tersendiri buat wisatawan di sungai yang membelah Kota Bangkok. Di depan sebuah kuil Budha, ribuan ekor ikan yang cukup terkenal di Riau ini menampakkan dirinya. Hanya saja, untuk melihat ikan-ikan tersebut, pengunjung harus membeli roti seharga 20 bath satu bungkus.
Apalagi dengan adanya kepercayaan kalau pengunjung berhasil melihat ikan patin warna putih akan mendapatkan keberuntungan, maka para wisatawan ramai-ramai memberi ikan tersebut makanan dengan cara membeli kepada pedagang yang ada di atas Chao Phraya.
Bangunan bersejarah di Kota Bangkok merupakan daya tarik tersendiri buat turis. Oleh karena itulah, paket wisata untuk city tour selalu diarahkan ke bangunan-bangunan istana raja yang megah berhias ornamen-ornamen emas dan kuil-kuil Budha yang didirikan 220 tahun silam.
Di Wat Arun misalnya, berdiri sebuah kuil yang orang Thailand menyebutnya sebagai Borobudurnya Thailand. Daya tariknya tidak hanya pada ornamen-ornamen bangunan, tapi pada murahnya berbelanja souvenir-souvenir di lokasi wisata ini.
Tak heran, ketika saya dan rombongan datang ke lokasi ini tanpa tentengan, setelah kembali dari tempat tersebut masih-masing wartawan sudah punya tentengan di kiri dan kanannya. Rata-ratanya, para pengunjung membeli baju t-shirt berlogo Thailand, gantungan kunci, tas dan beberapa souvenir lainnya. Di sini belanja termasuk murah, apalagi bisa tawar menawar harga kepada para penjual yang juga bisa bahasa Indonesia.
Satu setengah jam perjalanan dari Bangkok arah ke Pattaya, bus yang membawa saya dan rombongan berhenti di Tiger Zoo. Satu lagi kepiawaian orang Thailand untuk menarik minat wisata dengan membuat keganjilan-keganjilan.
Di taman ini, saya menyaksikan anak harimau yang menyusu pada induk babi dan anak babi menyusu ke induk harimau. Dan ada pula harimau dan anjing yang hidup dalam satu kandang tanpa ada masalah.
Di sini pun dapat disaksikan peternakan buaya dan sejumlah atraksi. Keahlian pawang buaya yang usianya masih remaja mengundang decak kagum penonton. Seorang perempuan cantik membuka mulut buaya-buaya itu. Lantas perempuan tersebut memasukkan kepalanya. Bisa dibayangkan, jika mulut buaya terkatup, remuklah kepalapawang itu.
Mereka yang piknik menggunakan paket wisata, biasanya juga diajak menyaksikan pertunjukan gajah di Taman Nong Nooch. Sebelum menyaksikan pertunjukan gajah-gajah yang begitu terlatih, saya dan rombongan harus menyaksikan Thai Cultural Show.
Dalam sebuah arena indoor yang disaksikan sekitar 2.000 penoton, gadis-gadis Thailand tampil dengan tari-tari dan pakaian tradisional negara itu. Tak ketinggalan, gajah pun ikut menari dalam show tersebut. Tentu saja, Thai Boxing sudah pasti dipertunjukkan dalam pagelaran itu.
Thai Cultural Show berlangsung setengah jam. Berikutnya penonton berpindah ke arena terbuka untuk menyaksikan kepiawaian gajah-gajah Thailand. Di arena ini penonton dibuat kagum oleh gajah-gajah Thailand yang cerdas. Selain pandai menari dan mahir melukis di kanvas, gajah-gajah Thailand bisa membedakan mana makanan dan mana duit.
Gajah-gajah itu tentu tidak mata duitan. Ketika penonton menyodorkan seikat pisang, langsung dimasukkan ke mulutnya. Namun ketika yang disodorkan lembaran bath, uang itu langsung diserahkan kepada pelatihnya.
Dalam Elephant Show, pengelola Taman Nong Nooch mendapatkan untung berlipat-lipat. Masuk ke taman, kita harus bayar, lalu menyaksikan Thai Cultural Show dan Elephant Show, kita harus merogoh bath lagi. Di saat pertunjukan gajah, pisang-pisang untuk makanan gajah dijual kepada pengunjung seharga 20 bath satu sisir.
Sepertinya, gajah-gajah juga sudah dilatih untuk meraup bath sebanyak-banyaknya dari pengunjung. Buktinya, di saat satu pertunjukan selesai, maka sang gajah datang ke tempat duduk penonton untuk minta pisang dan itu tidak cukup satu sisir. Maka untuk pertunjukan berikutnya, penonton pun harus membeli pisang kembali agar bisa memegang gajah.
Usai pertunjukkan, gajah-gajah pun ''minta bayaran'' 40 bath kalau ingin berfose dengannya. Dan baju yang sudah dilukis sang gajah juga dijajakan kepada pengunjung yang ingin membelinya.
Tempat wisata ''tambahan'' yang diarahkan oleh guide yaitu Gems Gallery, pusat penjualan perhiasan dengan batu permata asli dan pabrik obat yang ramuannya berasal dari ular kobra.
Di Gems Gallery, rombongan turis disuguhi acara presentasi tentang asal-muasal produknya. Penataan yang begitu apik dan manarik, membuat saya dan kawan-kawan wartawan terkagum-kagum dengan upaya pemerintah Thailand untuk memajukan industri mereka.
Dua sisi yang digabungkan di Gems Gallery, ternyata membangkitkan minat pengunjung untuk mengetahui secara detail tentang permata. Tahap awal, pengunjung dibawa dengan kereta listrik untuk mengetahui asal muasal batu permata dan cara penambangan dari cara tradisionil sampai modern.
Tahap berikutnya, saya dan rombongan dibawa ke tempat pengasahan batu permata. Satu orang dari rombongan wartawan, didampingi oleh satu orang pelayan Gems Gallery. Para pelayan yang sebagian besar gadis-gadis Thailand dan bisa berbahasa Indonesia itu memberi penjelasan soal batu-batu permata.
Tahap terakhir, saya dan rombongan dibawa masuk melihat batu permata yang sudah menjadi perhiasan. Di sinilah transaksi dimulai. Para pelayan-pelayan Gems Gallery dengan gigih dan pantangmenyerah merayu saya dan beberapa kawan untuk membeli perhiasan-perhiasan tersebut.
Kegigihan dan teknik menjual mereka yang memikat, akhirnya membuat saya dan kawan-kawan wartawan luluh juga. Walaupun bath sudah menipis di kantong, saya dan kawan-kawan rata-rata membeli perhiasan di Gems Gallery.
Ahad (5/9), dengan berat hati kami harus meninggalkan Kota Bangkok. Tapi menjelang keberangkatan ke bandara Donmueang, dua orang wartawan tersesat di Pasar Pratunam. Menariknya, sudahlah tersesat mereka enggan menelepon kawan-kawan di hotel. Ditelepon pun tidak mau mengangkat. Alasannya, takut kena roaming internasional.
Lebih tragisnya, dua orang wartawan ini pun kehabisan bath dan tidak bisa membayar ongkos taksi. Kalau tidak cepat ditelepon dan dijanjikan bayar ongkos taksi di hotel, maka hampir saja dua orang kawan ini menginap di Kedubes Indonesia. Tapi syukurlah mereka selamat sampai ke hotel kembali. Dan dengan Singapore Airlines, Thailand kami tinggalkan dengan penuh cerita.(*)
Banyak Hal Bisa Dijadikan Bath
Thailand; Negara yang Serius Garap Pariwisata (1)
Kali pertamanya saya menjejakkan kaki ke Thailand, ada rasa sesak di dada. Pesawat Singapore Airlines yang membawa saya beserta kawan-kawan wartawan Riau Pos Grup dalam tour Singapura-Malaysia-Thailand, perlahan menyentuh landasan pacu Bandara Donmueang, Bangkok. Jantung semakin berdegub kuat ketika berbagai cerita dari orang-orang yang pernah menjejakkan kakinya di negara ini terutama tentang wisata seks melintas di pikiran. Tapi benarkah semua cerita itu?
Catatan Mhd Nazir Fahmi
DI bandara Donmueang, saya sempat terpisah dengan rombongan karena harus pergi ke toilet. Saya pun cek paspor berada di pintu yang berbeda dengan rombongan dan harus antrean karena di saat yang bersamaan banyak juga rombongan turis manca negara yang ingin menjelajah negara gajah tersebut. Tapi saya sangat yakin, kawan-kawan lain tidak akan meninggalkan saya.
Di tengah keterpisahan saya dengan rombongan, dari mikrofon bandara terdengar suara lembut yang memanggil-manggil ''proksa''....''proksa...''. Saya membayangkan, yang dipanggil-panggil tersebut adalah nama orang yang bernama Rosa atau sejenisnya. Belakangan, ternyata ''proksa'' tersebut adalah pengumuman.
Karena terpisah, saya terus berjalan mencari rombongan. Dari tv display bagasi di bandara tersebut, ternyata bagasi dari pesawat Singapore Airlines yang saya tumpangi berada di pintu 2. Sementara saya di posisi pintu 14. Untuk kembali ke rombongan saya harus berjalan hampir satu kilometer. Benar saja, kawan-kawan lain sudah resah menunggu dan bagasi saya serta beberapa teman yang turut terpisah dengan rombongan sudah diangkat oleh kawan-kawan lain.
Ke luar dari bandara, hawa panas Kota Bangkok semakin terasa. Syukurnya, di saat kedatangan, langit Bangkok lagi diselimuti awan sehingga hawanya tidak terlalu menyengat. Padahal saat di Singapura, pemandu wisata dari Patria Tour & Travel menyebutkan bahwa udara Bangkok cukup panas yakni di atas 32 derajat celcius.
Perlahan bus pariwisata yang membawa saya dan rombongan mulai bergerak meninggalkan Bandara Donmueang. Kiri-kanan jalan yang dilewati kembali mengingatkan saya dengan Kota Jakarta. Parit-parit yang kumuh ditambah dengan banyaknya rumah-rumah liar yang tidak teratur. Memang beda jauh dengan bersih dan asrinya jalan-jalan Kota Singapura dan Kualalumpur yang sebelumnya saya lewati.
Kalau dilihat dari sisi pengaturan perkotaan, Kota Bangkok tidak beda jauh dengan Kota Jakarta. Malah, dari sisi kemacetan, Jakarta lebih baik dari Kota Bangkok. Kemacetan sudah jadi trade mark bagi Bangkok dan kata orang, kota termacet di dunia adalah Bangkok.
Memasuki jalan-jalan di Kota Bangkok, hawa-hawa tempat seronok semakin jelas terasa. Di kiri-kanan jalan, plang-plang toko yang menawarkan pijit terlihat tidak beraturan. Mulai dari Thai Tradisionil Message, Oil Message sampai kepada Body Message terpampangbebas dan jelas di jalanan Kota Bangkok. Iman benar-benar dipertaruhkan di kota ini.
Soal tempat-tempat seronok itu kita tinggalkan dulu dan ternyata saya lebih tertarik menyimak trik-trik bisnis yang dijalankan pelaku bisnis kecil maupun besar di negara yang mayoritas beragama Budha ini.
Bangkok yang dijuluki sebagai ''Krung Thep yang berarti ''Kota Malaikat'' memang merupakan tempat wisata yang memikat masyarakat dunia. Setiap tahunnya kota yang berpenduduk sekitar enam juta orang itu didatangi turis asing tak kurang dari lima juta orang, berarti hampir sebanding dengan jumlah penduduknya.
Buktinya saja, ketika saya dan rombongan datang ke negara tersebut, di Bandara Donmueang begitu banyak antrean ratusan turis manca negara yang ingin cek paspor di imigrasi Thailand. Rata-ratanya, para turis datang berombongan yang dipandu oleh agen-agen travel.
Daya tarik kepariwisataan Bangkok dan beberapa kota lainnya di Thailand adalah perpaduan wisata alam dan budaya. Dengan inilah mereka meraup bath dari tangan-tangan orang asing yang datang. Namun ada kalangan yang berseloroh, kunci keberhasilan kepariwisataan di Thailand karena ''4 S'' (Sun, Sea, Smile, dan Sex). Sun berarti keadaan alamnya yang tropis, Sea artinya, lautan atau pantainya yang indah, Smile artinya keramahtamahan masyarakat. Dan Sex adalah salah satu komoditas pariwisata di Thailand yang dikemas melalui beragam atraksi termasuk atraksi kesenian dan ''keterampilan sulap'' wanita dengan istilah Thai Girl Show. Tengok saja tempat-tempat pertunjukan tarian bugil dengan atraksi berbau magis atau sulap di Bangkok, Pattaya, dan kota lainnya, selalu dipenuhi turis.
Selain itu, ada pula tempat pertunjukan kabaret waria di Pattaya bernama Alcazar yang dimasukkan dalam paket wisata budaya. Di situlah para waria yang tampak cantik dan seksi tampil menari dengan tata panggung yang spektakuler. Alcazar yang didirikan 11 tahun lalu dan para penarinya pernah tampil di Amerika dan Eropa berusaha mengangkat kesenian tradisional Thailand dengan kemasan teknologi dan setting pentas mutakhir dengan kostum serba-glamour.
Awalnya, saya enggan untuk ikut menonton acara kabaret waria tersebut. Namun karena rasa ingin tahu yang mendalam, akhirnya saya dengan beberapa teman wartawan Riau Pos Grup memutuskan menonton show yang tiket masuknya 500 bath tersebut.
Saya berpikiran bahwa kabaret tersebut dikemas dalam pakaian yang tidak senonoh. Tapi setelah menonton acara tersebut saya jadi terkesima dengan penampilan para waria dengan kostum yang begitu indah dan sopan. Belum lagi tata panggung dan pencahayaan yang begitu menakjubkan semakin membuat para waria tersebut tampil penuh mempesona.(*)
Kali pertamanya saya menjejakkan kaki ke Thailand, ada rasa sesak di dada. Pesawat Singapore Airlines yang membawa saya beserta kawan-kawan wartawan Riau Pos Grup dalam tour Singapura-Malaysia-Thailand, perlahan menyentuh landasan pacu Bandara Donmueang, Bangkok. Jantung semakin berdegub kuat ketika berbagai cerita dari orang-orang yang pernah menjejakkan kakinya di negara ini terutama tentang wisata seks melintas di pikiran. Tapi benarkah semua cerita itu?
Catatan Mhd Nazir Fahmi
DI bandara Donmueang, saya sempat terpisah dengan rombongan karena harus pergi ke toilet. Saya pun cek paspor berada di pintu yang berbeda dengan rombongan dan harus antrean karena di saat yang bersamaan banyak juga rombongan turis manca negara yang ingin menjelajah negara gajah tersebut. Tapi saya sangat yakin, kawan-kawan lain tidak akan meninggalkan saya.
Di tengah keterpisahan saya dengan rombongan, dari mikrofon bandara terdengar suara lembut yang memanggil-manggil ''proksa''....''proksa...''. Saya membayangkan, yang dipanggil-panggil tersebut adalah nama orang yang bernama Rosa atau sejenisnya. Belakangan, ternyata ''proksa'' tersebut adalah pengumuman.
Karena terpisah, saya terus berjalan mencari rombongan. Dari tv display bagasi di bandara tersebut, ternyata bagasi dari pesawat Singapore Airlines yang saya tumpangi berada di pintu 2. Sementara saya di posisi pintu 14. Untuk kembali ke rombongan saya harus berjalan hampir satu kilometer. Benar saja, kawan-kawan lain sudah resah menunggu dan bagasi saya serta beberapa teman yang turut terpisah dengan rombongan sudah diangkat oleh kawan-kawan lain.
Ke luar dari bandara, hawa panas Kota Bangkok semakin terasa. Syukurnya, di saat kedatangan, langit Bangkok lagi diselimuti awan sehingga hawanya tidak terlalu menyengat. Padahal saat di Singapura, pemandu wisata dari Patria Tour & Travel menyebutkan bahwa udara Bangkok cukup panas yakni di atas 32 derajat celcius.
Perlahan bus pariwisata yang membawa saya dan rombongan mulai bergerak meninggalkan Bandara Donmueang. Kiri-kanan jalan yang dilewati kembali mengingatkan saya dengan Kota Jakarta. Parit-parit yang kumuh ditambah dengan banyaknya rumah-rumah liar yang tidak teratur. Memang beda jauh dengan bersih dan asrinya jalan-jalan Kota Singapura dan Kualalumpur yang sebelumnya saya lewati.
Kalau dilihat dari sisi pengaturan perkotaan, Kota Bangkok tidak beda jauh dengan Kota Jakarta. Malah, dari sisi kemacetan, Jakarta lebih baik dari Kota Bangkok. Kemacetan sudah jadi trade mark bagi Bangkok dan kata orang, kota termacet di dunia adalah Bangkok.
Memasuki jalan-jalan di Kota Bangkok, hawa-hawa tempat seronok semakin jelas terasa. Di kiri-kanan jalan, plang-plang toko yang menawarkan pijit terlihat tidak beraturan. Mulai dari Thai Tradisionil Message, Oil Message sampai kepada Body Message terpampangbebas dan jelas di jalanan Kota Bangkok. Iman benar-benar dipertaruhkan di kota ini.
Soal tempat-tempat seronok itu kita tinggalkan dulu dan ternyata saya lebih tertarik menyimak trik-trik bisnis yang dijalankan pelaku bisnis kecil maupun besar di negara yang mayoritas beragama Budha ini.
Bangkok yang dijuluki sebagai ''Krung Thep yang berarti ''Kota Malaikat'' memang merupakan tempat wisata yang memikat masyarakat dunia. Setiap tahunnya kota yang berpenduduk sekitar enam juta orang itu didatangi turis asing tak kurang dari lima juta orang, berarti hampir sebanding dengan jumlah penduduknya.
Buktinya saja, ketika saya dan rombongan datang ke negara tersebut, di Bandara Donmueang begitu banyak antrean ratusan turis manca negara yang ingin cek paspor di imigrasi Thailand. Rata-ratanya, para turis datang berombongan yang dipandu oleh agen-agen travel.
Daya tarik kepariwisataan Bangkok dan beberapa kota lainnya di Thailand adalah perpaduan wisata alam dan budaya. Dengan inilah mereka meraup bath dari tangan-tangan orang asing yang datang. Namun ada kalangan yang berseloroh, kunci keberhasilan kepariwisataan di Thailand karena ''4 S'' (Sun, Sea, Smile, dan Sex). Sun berarti keadaan alamnya yang tropis, Sea artinya, lautan atau pantainya yang indah, Smile artinya keramahtamahan masyarakat. Dan Sex adalah salah satu komoditas pariwisata di Thailand yang dikemas melalui beragam atraksi termasuk atraksi kesenian dan ''keterampilan sulap'' wanita dengan istilah Thai Girl Show. Tengok saja tempat-tempat pertunjukan tarian bugil dengan atraksi berbau magis atau sulap di Bangkok, Pattaya, dan kota lainnya, selalu dipenuhi turis.
Selain itu, ada pula tempat pertunjukan kabaret waria di Pattaya bernama Alcazar yang dimasukkan dalam paket wisata budaya. Di situlah para waria yang tampak cantik dan seksi tampil menari dengan tata panggung yang spektakuler. Alcazar yang didirikan 11 tahun lalu dan para penarinya pernah tampil di Amerika dan Eropa berusaha mengangkat kesenian tradisional Thailand dengan kemasan teknologi dan setting pentas mutakhir dengan kostum serba-glamour.
Awalnya, saya enggan untuk ikut menonton acara kabaret waria tersebut. Namun karena rasa ingin tahu yang mendalam, akhirnya saya dengan beberapa teman wartawan Riau Pos Grup memutuskan menonton show yang tiket masuknya 500 bath tersebut.
Saya berpikiran bahwa kabaret tersebut dikemas dalam pakaian yang tidak senonoh. Tapi setelah menonton acara tersebut saya jadi terkesima dengan penampilan para waria dengan kostum yang begitu indah dan sopan. Belum lagi tata panggung dan pencahayaan yang begitu menakjubkan semakin membuat para waria tersebut tampil penuh mempesona.(*)
Kamis, 15 Mei 2008
Baghdad-Karbala, Kota Sejarah yang Malang
Catatan: Mhd Nazir Fahmi
SUNGGUH terenyuh hati ketika Kota Baghdad luluh lantak dihantam misil-misil tentara agresor pimpinan Amerika Serikat. Kota kenangan sarat sejarah Islam, kini kembali dibicarakan banyak orang di seantero dunia. Kota yang masih dalam pembangunan setelah beberapa kali peperangan melanda wilayah ini. Kita tahu, mulai dari perang Irak-Iran, Perang Teluk I hingga Perang Teluk II sebagai balas dendam sang anak atas kekalahan sang ayah.
Sudah beberapa hari ini, kota kelahiran banyak sufi tersebut terus dibombardir tentara ''dajjal''. Puluhan, malah ratusan orang telah jadi korban. Banyak anak-anak yang kehilangan ibu,ibu yang kehilangan anak atau anak dan ibu yang kehilangan tulang punggung keluarga, sang ayah.
Tak bisa dipungkiri, perang telah menjadikan semuanya hancur. Tidak ada yang untung. Menang hanya akan jadi api, kalah pun jadi abu. Hawa nafsu yang dikobarkan oleh setan, selalu menggerogoti hati manusia untuk saling rusak dan bunuh. Setan kobarkan perang dan pertengkaran.
Bagi umat Islam, Kota Baghdad sangat sulit untuk dilupakan. Di sinilah banyak para ilmuwan Islam, tokoh-tokoh sufi, ulama besar muncul beberapa abad yang lalu. Malah, beberapa sahabat dan cucu Rasulullah SAW juga punya kenangan tersendiri di negara yang dipimpin Saddam Hessein tersebut.
Kita mengenal wali-wali --dan ini tak pernah dimengerti Bush dan sekutunya-- Syeikh Abdul Qadi Jailany; Makruf Karkhiy; Sarriy Saqathy; Juneid al-Bughdady; Abu Hanifah; Hasan Bashary; hingga Rabi'ah Adawiyah seorang sufi yang mengagungkan Allah dengan cintanya sampai-sampai dia tidak mau menikah karena kecintaannya kepada Allah SWT.
Itulah Baghdad, kota yang diapit dua sungai terkenal Tigris dan Eufrat. Sungai-sungai ini sebenarnya tak kalah bersejarahnya dalam sejarah penghancuran ilmu pengetahuan. Sungai Tigris yang membelah Kota Baghdad, pernah airnya hitam kemerah-merahan karena buku-buku berisi ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh umat Islam dibuang ke sana oleh tentara Ghulagul Khan dan dilanjutkan oleh Timur Leng.
Ribuan orang pun dibantai di sungai itu oleh tentara barbar, sehingga merahnya darah bercampur dengan hitamnya tinta-tinta. Air Sungai Tigris langsung berobah warna karena banyaknya buku-buku yang dibuang dan manusia yang dibantai.
Selain Baghdad, umat Islam juga sangat mengenal dengan Karbala. Dalam perang yang masih berlangsung sekarang ini, sebuah helikopter koalisi jatuh setelah ditembak oleh seorang petani dengan senapan usangnya di Karbala. Apakah benar, hanya gara-gara ditembak oleh senapan petani heli itu jatuh?
Tak hanya itu, kini tentara agresor juga sangat kewalahan berperang dengan tentara Irak di antara Karbala dan Najaf. Tentara koalisi yang menganggap enteng tentara Irak harus mengakui keunggulan pasukan Saddam Hussein tersebut.
Bush dan koalisinya mungkin tidak tahu dengan Karbala tersebut. Umat Islam tidak akan pernah melupakan sebuah peristiwa besar yang terjadi di Irak, empat belas abad yang silam. Tepatnya di sebuah tempat bernama Karbala. Seluruh umat Islam akan bersedih mengenang peristiwa itu. Di saat kepala cucu Rasulullah SAW, Husain bin Ali ra dipisahkan dari jasadnya dan dikirimkan kepada sang raja Yazid bin Mu'awiyah.
Peristiwa itu terjadi saat Sayidina Husain bin Ali bersama rombongannya sedang dalam perjalanan menuju Kota Kufah untuk memenuhi panggilan rakyat Irak yang berjanji akan membaiatnya sebagai khalifah menggantikan ayahandanya, Ali bin Abi Thalib.
Semula, banyak yang tidak menyetujui kepergiannya. Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Umar menyarankan agar tetap tinggal di kota Madinah. Mareka masih trauma, ketika penduduk Kufah mengkhianati kesetiannya kepada Ali bin Abi Thalib. Tapi, saran itu tidak bisa menggagalkan rencana bulat Husain bin Ali ra. Beliau tetap berangkat.
Keberangkatannya terdengar oleh khalifah Yazid bin Mu'awiyah. Ia segera memerintah pasukannya untuk menghadang rombongan Husain. Maka berangkatlah 4.000 tentara yang dipimpin Ibnu Ziyad menghadang rombongan Husain yang hanya berjumlah puluhan orang dari kerabat dekat Rasulullah di sebuah tempat bernama Karbala.
Pertempuran tidak sebanding ini pun tak terelakkan dan berakhir dengan dibantainya seluruh rombongan kecuali Siti Zainab dan si kecil, Ali Zainal Abidin bin Husain. Husain bin Ali ra gugur dengan tujuh puluh 70 luka di tubuhnya. Kepalanya dipotong dan kemudian dipersembahkan kehadapan Yazid sebagai bukti kesetiaannya.
Nasib Sayidina Husain bin Ali ra. sebenarnya telah tercium oleh sang kakek, Rasulullah saw. Dengan Mukjizat-nya, beliau mengetahui musibah yang akan menimpa cucunya tercinta. Suatu ketika, di saat Rasulullah sedang menggendong Sayidina Husain, tiba-tiba beliau meneteskan air mata. Asma', teman karib Fathimah ra, yang menyaksikan kejadian itu bertanya dan Rasulullah menjawab, ''Anakku ini akan dibunuh dengan kejam oleh orang-orang yang durhaka. Jangan kau sampaikan berita ini kepada ibunya. Kasihan, dia baru melahirkan''.
Dalam riwayat lain, Rasulullah memberikan segumpal tanah kepada istrinya, Ummu Salamah sambil berkata, ''Taruhlah tanah ini dalam botol. Jika warnanya berubah menjadi merah maka saat itulah anakku, Husain, dibunuh oleh orang-orang dzalim.
Jika nurani kita tidak mati, tentu hati kita akan menangis, mengutuk perbuatan keji ini. Dan, nurani Yazid tidak mati, mungkin. Dia menangis sambil berkata, ''Cukuplah sebagai bukti kesetiaan kalian padaku tanpa harus memotong kepala orang mulia ini.''
Tragedi tragis itu tak akan pernah terlupakan dan akan selalu dikenang oleh seluruh umat Islam dan dicatat sebagai 'dosa terbesar' perjalanan sejarah Khilafah Umawiyah, terutama bagi umat Syi'ah, sebagai kelompok yang men'dewa'kan keturunan Sayidina Ali bin Abi Thalib ra.
Inilah Kota Baghdad dan Kota Karbala yang punya sejarah besar dalam kehidupan namun sangat malang. Karena itu pulalah, banyak pihak ingin memiliki negara yang kaya minyak ini. Entah sudah berapa banyak darah-darah yang sudah membasahi tanah negara ini dan mungkin bisa jadi sebanyak minyak bumi yang diincar oleh Presiden Bush.(*)
SUNGGUH terenyuh hati ketika Kota Baghdad luluh lantak dihantam misil-misil tentara agresor pimpinan Amerika Serikat. Kota kenangan sarat sejarah Islam, kini kembali dibicarakan banyak orang di seantero dunia. Kota yang masih dalam pembangunan setelah beberapa kali peperangan melanda wilayah ini. Kita tahu, mulai dari perang Irak-Iran, Perang Teluk I hingga Perang Teluk II sebagai balas dendam sang anak atas kekalahan sang ayah.
Sudah beberapa hari ini, kota kelahiran banyak sufi tersebut terus dibombardir tentara ''dajjal''. Puluhan, malah ratusan orang telah jadi korban. Banyak anak-anak yang kehilangan ibu,ibu yang kehilangan anak atau anak dan ibu yang kehilangan tulang punggung keluarga, sang ayah.
Tak bisa dipungkiri, perang telah menjadikan semuanya hancur. Tidak ada yang untung. Menang hanya akan jadi api, kalah pun jadi abu. Hawa nafsu yang dikobarkan oleh setan, selalu menggerogoti hati manusia untuk saling rusak dan bunuh. Setan kobarkan perang dan pertengkaran.
Bagi umat Islam, Kota Baghdad sangat sulit untuk dilupakan. Di sinilah banyak para ilmuwan Islam, tokoh-tokoh sufi, ulama besar muncul beberapa abad yang lalu. Malah, beberapa sahabat dan cucu Rasulullah SAW juga punya kenangan tersendiri di negara yang dipimpin Saddam Hessein tersebut.
Kita mengenal wali-wali --dan ini tak pernah dimengerti Bush dan sekutunya-- Syeikh Abdul Qadi Jailany; Makruf Karkhiy; Sarriy Saqathy; Juneid al-Bughdady; Abu Hanifah; Hasan Bashary; hingga Rabi'ah Adawiyah seorang sufi yang mengagungkan Allah dengan cintanya sampai-sampai dia tidak mau menikah karena kecintaannya kepada Allah SWT.
Itulah Baghdad, kota yang diapit dua sungai terkenal Tigris dan Eufrat. Sungai-sungai ini sebenarnya tak kalah bersejarahnya dalam sejarah penghancuran ilmu pengetahuan. Sungai Tigris yang membelah Kota Baghdad, pernah airnya hitam kemerah-merahan karena buku-buku berisi ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh umat Islam dibuang ke sana oleh tentara Ghulagul Khan dan dilanjutkan oleh Timur Leng.
Ribuan orang pun dibantai di sungai itu oleh tentara barbar, sehingga merahnya darah bercampur dengan hitamnya tinta-tinta. Air Sungai Tigris langsung berobah warna karena banyaknya buku-buku yang dibuang dan manusia yang dibantai.
Selain Baghdad, umat Islam juga sangat mengenal dengan Karbala. Dalam perang yang masih berlangsung sekarang ini, sebuah helikopter koalisi jatuh setelah ditembak oleh seorang petani dengan senapan usangnya di Karbala. Apakah benar, hanya gara-gara ditembak oleh senapan petani heli itu jatuh?
Tak hanya itu, kini tentara agresor juga sangat kewalahan berperang dengan tentara Irak di antara Karbala dan Najaf. Tentara koalisi yang menganggap enteng tentara Irak harus mengakui keunggulan pasukan Saddam Hussein tersebut.
Bush dan koalisinya mungkin tidak tahu dengan Karbala tersebut. Umat Islam tidak akan pernah melupakan sebuah peristiwa besar yang terjadi di Irak, empat belas abad yang silam. Tepatnya di sebuah tempat bernama Karbala. Seluruh umat Islam akan bersedih mengenang peristiwa itu. Di saat kepala cucu Rasulullah SAW, Husain bin Ali ra dipisahkan dari jasadnya dan dikirimkan kepada sang raja Yazid bin Mu'awiyah.
Peristiwa itu terjadi saat Sayidina Husain bin Ali bersama rombongannya sedang dalam perjalanan menuju Kota Kufah untuk memenuhi panggilan rakyat Irak yang berjanji akan membaiatnya sebagai khalifah menggantikan ayahandanya, Ali bin Abi Thalib.
Semula, banyak yang tidak menyetujui kepergiannya. Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Umar menyarankan agar tetap tinggal di kota Madinah. Mareka masih trauma, ketika penduduk Kufah mengkhianati kesetiannya kepada Ali bin Abi Thalib. Tapi, saran itu tidak bisa menggagalkan rencana bulat Husain bin Ali ra. Beliau tetap berangkat.
Keberangkatannya terdengar oleh khalifah Yazid bin Mu'awiyah. Ia segera memerintah pasukannya untuk menghadang rombongan Husain. Maka berangkatlah 4.000 tentara yang dipimpin Ibnu Ziyad menghadang rombongan Husain yang hanya berjumlah puluhan orang dari kerabat dekat Rasulullah di sebuah tempat bernama Karbala.
Pertempuran tidak sebanding ini pun tak terelakkan dan berakhir dengan dibantainya seluruh rombongan kecuali Siti Zainab dan si kecil, Ali Zainal Abidin bin Husain. Husain bin Ali ra gugur dengan tujuh puluh 70 luka di tubuhnya. Kepalanya dipotong dan kemudian dipersembahkan kehadapan Yazid sebagai bukti kesetiaannya.
Nasib Sayidina Husain bin Ali ra. sebenarnya telah tercium oleh sang kakek, Rasulullah saw. Dengan Mukjizat-nya, beliau mengetahui musibah yang akan menimpa cucunya tercinta. Suatu ketika, di saat Rasulullah sedang menggendong Sayidina Husain, tiba-tiba beliau meneteskan air mata. Asma', teman karib Fathimah ra, yang menyaksikan kejadian itu bertanya dan Rasulullah menjawab, ''Anakku ini akan dibunuh dengan kejam oleh orang-orang yang durhaka. Jangan kau sampaikan berita ini kepada ibunya. Kasihan, dia baru melahirkan''.
Dalam riwayat lain, Rasulullah memberikan segumpal tanah kepada istrinya, Ummu Salamah sambil berkata, ''Taruhlah tanah ini dalam botol. Jika warnanya berubah menjadi merah maka saat itulah anakku, Husain, dibunuh oleh orang-orang dzalim.
Jika nurani kita tidak mati, tentu hati kita akan menangis, mengutuk perbuatan keji ini. Dan, nurani Yazid tidak mati, mungkin. Dia menangis sambil berkata, ''Cukuplah sebagai bukti kesetiaan kalian padaku tanpa harus memotong kepala orang mulia ini.''
Tragedi tragis itu tak akan pernah terlupakan dan akan selalu dikenang oleh seluruh umat Islam dan dicatat sebagai 'dosa terbesar' perjalanan sejarah Khilafah Umawiyah, terutama bagi umat Syi'ah, sebagai kelompok yang men'dewa'kan keturunan Sayidina Ali bin Abi Thalib ra.
Inilah Kota Baghdad dan Kota Karbala yang punya sejarah besar dalam kehidupan namun sangat malang. Karena itu pulalah, banyak pihak ingin memiliki negara yang kaya minyak ini. Entah sudah berapa banyak darah-darah yang sudah membasahi tanah negara ini dan mungkin bisa jadi sebanyak minyak bumi yang diincar oleh Presiden Bush.(*)
Hikayat 1001 Malam, hingga Cerita Taman Eden
Oleh Mhd Nazir Fahmi
Hidup punya dua hari; yang satu kedamaian, yang satu kelesuan,
Dan punya dua sisi; kekhawatiran dan kebahagiaan,
Tanyalah dia yang mengejek kita dengan kemalangan,
''Apakah takdir, kecuali yang patut dicatat, menindas?
Tidakkah engkau lihat bahwa badai yang mengamuk, menghembus
Hanya menyerang pohon-pohon yang paling tinggi,
Dan di antara banyak ladang yang hijau dan tandus,
Hanya yang berbuah lebat yang tertimpuk bebatuan,
Dan dari bintang-bintang yang tak terhitung di kolong langit,
Tiada yang gerhana kecuali bulan dan matahari?
Pikirkanlah baik-baik tentang hari-hari itu, ketika sedang indah,
Lupa akan keburukan-keburukan yang ditakdirkan untuknya.
Engkau teperdaya oleh malam-malam yang tenang,
Namun di tengah ketenangan malam kesedihan mencekam.
INI adalah sebuah syair yang diungkapkan seorang pedagang di tengah ancaman pedang sesosok jin tua yang ingin membunuhnya dalam Hikayat 1001 Malam. Hikayat ini telah mengangkat dan membuat tenar Kota Baghdad yang kini dalam kekhawatiran, kecemasan, penindasan serta kemalangan akibat ulah agresor AS dan koalisinya sebagaimana isi syair tersebut.
Keterkenalan Baghdad tidak hanya karena Hikayat 1001 Malam tersebut, lebih dari itu, sumber peradaban dunia sebenarnya berawal dari kota ini. Banyak orang-orangnya yang telah mengguncang dunia dengan penemuan di bidang ilmu pengetahuan sampai kepada penyair-penyair terkenal.
Ternyata, kebesaran Baghdad tidak hanya dikenal lewat tokoh-tokoh Islamnya semisal Syeikh Abdul Qadi Jailany; Makruf Karkhiy; Sarriy Saqathy; Juneid al-Bughdady; Abu Hanifah; Hasan Bashary; hingga Rabi'ah Adawiyah. Lebih dari itu, umat Kristiani juga punya kisah tersendiri dengan negara yang kini diluluhlantakkan pasukan agresor AS dan koalisinya.
Kalau umat Islam punya kisah-kisah heroik, ilmu pengetahuan dan budayawan di Irak, umat Kristen punya kisah pencarian Taman Eden yang dipercaya tempat pertama Adam dan Hawa sehingga mereka diusir Tuhan dari taman tersebut.
Diceritakan dalam kitab suci umat Kristen, Alkitab bahwa letak dari Taman Eden adalah dipercaya di sebuah kota di Irak. ''Ada suatu sungai yang mengalir Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang.'' (Kejadian 2:10).
Dipercaya, dua sungai tersebut adalah Hiddekel (Tigris) dan Perath (Efrata) yang kini mengapit Kota Baghdad di Irak. Inilah sebabnya mengapa banyak orang-orang Kristen beranggapan bahwa taman yang asli terdapat di suatu tempat di daerah Mesopotamia (daerah sekitar Irak sekarang) di mana sungai Tigris dan Efrata mengalir di zaman sekarang ini.
Alkitab mencatat --Alquran juga menjelaskan-- terjadinya air bah yang menghancurkan dunia, ribuan tahun setelah Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden. Lapisan dari endapan tanah yang bermil-mil tebalnya, menjadi saksi bisu dari terjadinya kerusakan yang terjadi secara besar-besaran yang diakibatkan perubahan air yangmana telah memporakporandakan dan mengubur dunia sebelum terjadinya air bah untuk selama-lamanya.
Setelah air bah, para orang-orang yang selamat (Keluarga Nuh) pindah ke dataran Shinar (Sumeria/Babilonia) dimana di sana dapat kita temukan sungai-sungai yang dinamakan Tigris dan Efrata. Ini jelas bukan merupakan sungai-sungai yang sama. Sungai baru ini mengalir di atas lapisan batuan yang terbentuk oleh air bah dimana batuan ini mengandung miliaran tubuh yang mati (mereka yang terbunuh oleh karena air bah).
Sungai-sungai ini mungkin dinamakan sama dengan nama sungai sebelumnya sebelum terjadinya air bah, yang mungkin sama seperti yang dilakukan para pendatang dari Inggris sewaktu datang ke Amerika dan Australia, dimana mereka mengambil nama yang sudah umum di negaranya untuk menamakan banyak daerah di tempat yang mereka sebut dunia baru.
Sebagai catatan, Alkitab berbicara mengenai salah satu sungai terpecah menjadi empat anak sungai, hanya dua dari antaranya yang disebut Tigris dan Efrata. Dan keduanya bukanlah yang ditemukan di Asia tengah zaman sekarang ini. Taman Eden telah dihancurkan oleh air bah. Letak Taman Eden di dunia ini tidak pernah dapat ditentukan secara pasti.
Terlepas benar atau tidaknya di sana letak Taman Eden yang dipercaya umat Kristiani, yang jelas dari kejadian air bah atau umat Islam menyebutnya Kiamat Nabi Nuh as, telah memberi bukti kepada dunia sekarang bahwa kandungan minyak di Irak dan sekitarnya sangat banyak.
Secara ilmu pengetahuan, minyak bumi tersebut berasal dari fosil hewan dan manusia yang terkubur beribu-ribu tahun dalam tanah. Kita tahu, Kiamat Nabi Nuh telah mengubur beberapa generasi manusia yang ingkar kepada Allah SWT. Lalu Allah mendatangkan banjir besar, sementara Nabi Nuh dan pengikut-pengikutnya --manusia yang beriman dan sepasang binatang dari berbagai jenis-- diselamatkan Allah dengan kapal yang dibuat Nabi Nuh sebelumnya atas perintah Allah.
Sementara manusia yang ingkar dan sisa binatang yang begitu banyak, dihantam air bah dan mereka terkubur. Inilah yang menjadikan Irak begitu punya banyak cadangan minyak bumi dan tak ketinggalan beberapa negara di sekitarnya seperti Arab Saudi, Kuwait, Iran dan lainnya.(*)
Hidup punya dua hari; yang satu kedamaian, yang satu kelesuan,
Dan punya dua sisi; kekhawatiran dan kebahagiaan,
Tanyalah dia yang mengejek kita dengan kemalangan,
''Apakah takdir, kecuali yang patut dicatat, menindas?
Tidakkah engkau lihat bahwa badai yang mengamuk, menghembus
Hanya menyerang pohon-pohon yang paling tinggi,
Dan di antara banyak ladang yang hijau dan tandus,
Hanya yang berbuah lebat yang tertimpuk bebatuan,
Dan dari bintang-bintang yang tak terhitung di kolong langit,
Tiada yang gerhana kecuali bulan dan matahari?
Pikirkanlah baik-baik tentang hari-hari itu, ketika sedang indah,
Lupa akan keburukan-keburukan yang ditakdirkan untuknya.
Engkau teperdaya oleh malam-malam yang tenang,
Namun di tengah ketenangan malam kesedihan mencekam.
INI adalah sebuah syair yang diungkapkan seorang pedagang di tengah ancaman pedang sesosok jin tua yang ingin membunuhnya dalam Hikayat 1001 Malam. Hikayat ini telah mengangkat dan membuat tenar Kota Baghdad yang kini dalam kekhawatiran, kecemasan, penindasan serta kemalangan akibat ulah agresor AS dan koalisinya sebagaimana isi syair tersebut.
Keterkenalan Baghdad tidak hanya karena Hikayat 1001 Malam tersebut, lebih dari itu, sumber peradaban dunia sebenarnya berawal dari kota ini. Banyak orang-orangnya yang telah mengguncang dunia dengan penemuan di bidang ilmu pengetahuan sampai kepada penyair-penyair terkenal.
Ternyata, kebesaran Baghdad tidak hanya dikenal lewat tokoh-tokoh Islamnya semisal Syeikh Abdul Qadi Jailany; Makruf Karkhiy; Sarriy Saqathy; Juneid al-Bughdady; Abu Hanifah; Hasan Bashary; hingga Rabi'ah Adawiyah. Lebih dari itu, umat Kristiani juga punya kisah tersendiri dengan negara yang kini diluluhlantakkan pasukan agresor AS dan koalisinya.
Kalau umat Islam punya kisah-kisah heroik, ilmu pengetahuan dan budayawan di Irak, umat Kristen punya kisah pencarian Taman Eden yang dipercaya tempat pertama Adam dan Hawa sehingga mereka diusir Tuhan dari taman tersebut.
Diceritakan dalam kitab suci umat Kristen, Alkitab bahwa letak dari Taman Eden adalah dipercaya di sebuah kota di Irak. ''Ada suatu sungai yang mengalir Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang.'' (Kejadian 2:10).
Dipercaya, dua sungai tersebut adalah Hiddekel (Tigris) dan Perath (Efrata) yang kini mengapit Kota Baghdad di Irak. Inilah sebabnya mengapa banyak orang-orang Kristen beranggapan bahwa taman yang asli terdapat di suatu tempat di daerah Mesopotamia (daerah sekitar Irak sekarang) di mana sungai Tigris dan Efrata mengalir di zaman sekarang ini.
Alkitab mencatat --Alquran juga menjelaskan-- terjadinya air bah yang menghancurkan dunia, ribuan tahun setelah Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden. Lapisan dari endapan tanah yang bermil-mil tebalnya, menjadi saksi bisu dari terjadinya kerusakan yang terjadi secara besar-besaran yang diakibatkan perubahan air yangmana telah memporakporandakan dan mengubur dunia sebelum terjadinya air bah untuk selama-lamanya.
Setelah air bah, para orang-orang yang selamat (Keluarga Nuh) pindah ke dataran Shinar (Sumeria/Babilonia) dimana di sana dapat kita temukan sungai-sungai yang dinamakan Tigris dan Efrata. Ini jelas bukan merupakan sungai-sungai yang sama. Sungai baru ini mengalir di atas lapisan batuan yang terbentuk oleh air bah dimana batuan ini mengandung miliaran tubuh yang mati (mereka yang terbunuh oleh karena air bah).
Sungai-sungai ini mungkin dinamakan sama dengan nama sungai sebelumnya sebelum terjadinya air bah, yang mungkin sama seperti yang dilakukan para pendatang dari Inggris sewaktu datang ke Amerika dan Australia, dimana mereka mengambil nama yang sudah umum di negaranya untuk menamakan banyak daerah di tempat yang mereka sebut dunia baru.
Sebagai catatan, Alkitab berbicara mengenai salah satu sungai terpecah menjadi empat anak sungai, hanya dua dari antaranya yang disebut Tigris dan Efrata. Dan keduanya bukanlah yang ditemukan di Asia tengah zaman sekarang ini. Taman Eden telah dihancurkan oleh air bah. Letak Taman Eden di dunia ini tidak pernah dapat ditentukan secara pasti.
Terlepas benar atau tidaknya di sana letak Taman Eden yang dipercaya umat Kristiani, yang jelas dari kejadian air bah atau umat Islam menyebutnya Kiamat Nabi Nuh as, telah memberi bukti kepada dunia sekarang bahwa kandungan minyak di Irak dan sekitarnya sangat banyak.
Secara ilmu pengetahuan, minyak bumi tersebut berasal dari fosil hewan dan manusia yang terkubur beribu-ribu tahun dalam tanah. Kita tahu, Kiamat Nabi Nuh telah mengubur beberapa generasi manusia yang ingkar kepada Allah SWT. Lalu Allah mendatangkan banjir besar, sementara Nabi Nuh dan pengikut-pengikutnya --manusia yang beriman dan sepasang binatang dari berbagai jenis-- diselamatkan Allah dengan kapal yang dibuat Nabi Nuh sebelumnya atas perintah Allah.
Sementara manusia yang ingkar dan sisa binatang yang begitu banyak, dihantam air bah dan mereka terkubur. Inilah yang menjadikan Irak begitu punya banyak cadangan minyak bumi dan tak ketinggalan beberapa negara di sekitarnya seperti Arab Saudi, Kuwait, Iran dan lainnya.(*)
Baghdad; Dari Ilmu Kedokteran hingga Aljabar
Catatan: Mhd Nazir Fahmi
SEBENARNYA, dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas menjadi jauh dari pengaruh Arab. Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi kepada Arab. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas ada jabatan wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam pemerintahan Bani Ummayah.
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:
Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.
Para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar dari Baghdad menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan bisa berlangsung di istana atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli ke sana.
Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yaitu:
Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat di bidang pemerintahan. Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma'tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al-ra'yi, yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran daripada hadits dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al-ra'yi, (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika di kalangan umat Islam sangat mempengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut.
Imam-imam mazhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Imam Abu Hanifah atau Imam Hanafi (700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Karena itu, mazhab ini lebih banyak menggunakan pemikiran rasional daripada hadits. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Abu Yusuf, menjadi Qadhi al-Qudhat di zaman Harun al-Rasyid. Di Kota Baghdad pun didirikan Masjid Imam Hanafi.
Disamping empat pendiri mazhab besar tersebut, pada masa pemerintahan Bani Abbas banyak mujtahid mutlak lain yang mengeluarkan pendapatnya secara bebas dan mendirikan mazhab-nya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak berkembang, pemikiran dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.
Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Fargani, yang dikenal di Eropa dengan nama Al- Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis.
Dalam lapangan kedokteran dikenal nama al-Razi dan Ibn Sina. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibn Sina. Ibn Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Diantara karyanya adalah al-Qoonuun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah.
Dalam bidang optikal Abu Ali al-Hasan ibn al-Haythami, yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kemudian terbukti kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di bidang kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu.
Di bidang matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata ''aljabar'' berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah. Dalam bidang sejarah terkenal nama al-Mas'udi. Dia juga ahli dalam ilmu geografi. Diantara karyanya adalah Muuruj al-Zahab wa Ma'aadzin al-Jawahir.
Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat, antara lain al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat. Yang terkenal diantaranya ialah al-Syifa'. Ibn Rusyd yang di Barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam bidang filsafat, sehingga di sana terdapat aliran yang disebut dengan Averroisme.
Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa ini, kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama. Namun sayang, setelah periode ini berakhir, Islam mengalami masa kemunduran.
Kondisi ini dimanfaatkan bangsa Mongol yang justru tengah giat memperluas daerah taklukan ke arah barat. Di bawah pimpinan Ggulagu Khan, pasukan Mongol mengepung Baghdad dan memerangi penduduknya. Jutaan kitab dibakar dan dibuang ke sungai. Sejak saat itu, berkali-kali Kota Baghdad menjadi sasaran kekejaman sejumlah pemimpin yang bernafsu memperluas wilayah kekuasaannya. Fase modern Baghdad dimulai 1975. Pada tahun inilah industrialisasi dimulai. Kini, Universitas Al Mustansiriya mulai dilirik para pengais ilmu di dunia untuk memperdalam pengetahuan.(*)
SEBENARNYA, dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas menjadi jauh dari pengaruh Arab. Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi kepada Arab. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas ada jabatan wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam pemerintahan Bani Ummayah.
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:
Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.
Para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar dari Baghdad menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan bisa berlangsung di istana atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli ke sana.
Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yaitu:
Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat di bidang pemerintahan. Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma'tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al-ra'yi, yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran daripada hadits dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al-ra'yi, (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika di kalangan umat Islam sangat mempengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut.
Imam-imam mazhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Imam Abu Hanifah atau Imam Hanafi (700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Karena itu, mazhab ini lebih banyak menggunakan pemikiran rasional daripada hadits. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Abu Yusuf, menjadi Qadhi al-Qudhat di zaman Harun al-Rasyid. Di Kota Baghdad pun didirikan Masjid Imam Hanafi.
Disamping empat pendiri mazhab besar tersebut, pada masa pemerintahan Bani Abbas banyak mujtahid mutlak lain yang mengeluarkan pendapatnya secara bebas dan mendirikan mazhab-nya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak berkembang, pemikiran dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.
Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Fargani, yang dikenal di Eropa dengan nama Al- Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis.
Dalam lapangan kedokteran dikenal nama al-Razi dan Ibn Sina. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibn Sina. Ibn Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Diantara karyanya adalah al-Qoonuun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah.
Dalam bidang optikal Abu Ali al-Hasan ibn al-Haythami, yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kemudian terbukti kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di bidang kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu.
Di bidang matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata ''aljabar'' berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah. Dalam bidang sejarah terkenal nama al-Mas'udi. Dia juga ahli dalam ilmu geografi. Diantara karyanya adalah Muuruj al-Zahab wa Ma'aadzin al-Jawahir.
Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat, antara lain al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat. Yang terkenal diantaranya ialah al-Syifa'. Ibn Rusyd yang di Barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam bidang filsafat, sehingga di sana terdapat aliran yang disebut dengan Averroisme.
Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa ini, kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama. Namun sayang, setelah periode ini berakhir, Islam mengalami masa kemunduran.
Kondisi ini dimanfaatkan bangsa Mongol yang justru tengah giat memperluas daerah taklukan ke arah barat. Di bawah pimpinan Ggulagu Khan, pasukan Mongol mengepung Baghdad dan memerangi penduduknya. Jutaan kitab dibakar dan dibuang ke sungai. Sejak saat itu, berkali-kali Kota Baghdad menjadi sasaran kekejaman sejumlah pemimpin yang bernafsu memperluas wilayah kekuasaannya. Fase modern Baghdad dimulai 1975. Pada tahun inilah industrialisasi dimulai. Kini, Universitas Al Mustansiriya mulai dilirik para pengais ilmu di dunia untuk memperdalam pengetahuan.(*)
Harun al Rasyid Jadikan Baghdad Terhebat
Catatan Mhd Nazir Fahmi
Walaupun sempat dijuluki oleh penduduk jazirah Arab sebagai kota perdamaian, namun Kota Baghdad justru sering menjadi lahan ''pembantaian'' umat manusia. Kalau dulu pasukan Mongol di bawah pimpinan Ghulagul Khan telah membuat Sungai Tigris dan Eufrat merah kehitam-hitaman karena darah manusia dan tinta, kini giliran George W Bush yang menumpahkan darah hamba-hamba tak berdosa di sana.Kini Kota Baghdad kembali menjadi pusat perhatian dunia. Perhatian bukan lagi pada kedigjayaan kota yang banyak melahirkan tokoh-tokoh ilmu pengetahuan, tapi lebih pada tragedi kemanusiaan dan sejarah yang dialami kota 1001 malam ini.
Sudah hampir tiga minggu invasi yang dilakukan pasukan Amerika Serikat dan sekutunya ke negara ini, Kota Baghdad merupakan gerbang terakhir agresi pasukan George W Bush yang berupaya mengenyahkan Presiden Irak Saddam Hussein dari pucuk pimpinan yang syah.
Jika perang kota terjadi, bukan tak mungkin Baghdad akan luluh lantak. Bakal rata dengan tanah. Kalau sudah begini, warga dunia, terutama umat Islam akan kehilangan tempat yang paling bersejarah di dunia. Tempat peradaban Islam dimulai.
Sejarah Irak bisa dilacak hingga 4000 Sebelum Masehi, saat peradaban Mesopotamia masih berdiri. Kata Mesopotamia sendiri berarti tanah di antara sungai-sungai, Tigris dan Eufrat. Sementara Baghdad didirikan oleh khalifah kedua Bani Abbasiah, Abu Jafar Al-Manshur, sekitar 762 M. Di bawah kendali Manshur, Baghdad maju pesat dan menjadi pusat perkembangan umat Islam pada saat itu. Kota ini pun menyandang berbagai gelar seperti pusat perdagangan, budaya, dan kota pelajar.
Sebenarnya, Khalifah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari Khalifah Umayyah, dimana pendiri dari khalifah ini adalah keturunan Al-Abbas, paman Nabi Muhammad SAW, yaitu Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Kekuasaan dinasti Bani Abbas, atau Khalifah Abbasiyah, sebagaimana disebutkan melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Khalifah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abass. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) sampai 656 H (1258 M).
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. Karena itu, pembina sebenarnya dari daulat Abbasiyah adalah Abu Ja'far al-Manshur (754-775 M). Dia dengan keras menghadapi lawan-lawannya dari Bani Umayyah, Khawarij, dan juga Syiah yang merasa dikucilkan dari kekuasaan.
Untuk mengamankan kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya satu per satu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah pamannya sendiri yang ditunjuk sebagai gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir, karena tidak bersedia membaiatnya, dibunuh oleh Abu Muslim al-Khurasani atas perintah Abu Ja'far. Abu Muslim sendiri karena dikhawatirkan akan menjadi pesaing baginya, dihukum mati pada tahun 755 M.
Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad, dekat bekas ibu Kota Persia, Clesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya.
Dia mengangkat sejumlah personil untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator departemen, Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara disamping membenahi angkatan bersenjata.
Dia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah ditingkatkan perananya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.
Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Diantara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosporus. Di pihak lain, dia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama genjatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di bagian lain Oksus dan India.
Kalau dasar-dasar pemerintahan daulat Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu al-Abbas dan Abu Ja'far al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun al-Rasyid (786-809 M), al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Wasiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M). Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Bashrah menjadi pelabuhan yang penting.
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman Khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dan putranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial di Baghdad. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan di Kota Baghdad. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya.
Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi. Al-Ma'mun, pengganti al-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait al-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Al-Mu'tashim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Tidak seperti pada masa daulat Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, kekuatan militer dinasti Bani Abbas menjadi sangat kuat.
Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindik di Persia, gerakan Syiah, dan konflik antar bangsa dan aliran pemikiran keagamaan. Semuanya dapat dipadamkan.
Dari gambaran di atas Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan pokok antara Bani Abbas dan Bani Umayyah. Disamping itu, ada pula ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbas yang tak terdapat di zaman Bani Umayyah.(*)
Walaupun sempat dijuluki oleh penduduk jazirah Arab sebagai kota perdamaian, namun Kota Baghdad justru sering menjadi lahan ''pembantaian'' umat manusia. Kalau dulu pasukan Mongol di bawah pimpinan Ghulagul Khan telah membuat Sungai Tigris dan Eufrat merah kehitam-hitaman karena darah manusia dan tinta, kini giliran George W Bush yang menumpahkan darah hamba-hamba tak berdosa di sana.Kini Kota Baghdad kembali menjadi pusat perhatian dunia. Perhatian bukan lagi pada kedigjayaan kota yang banyak melahirkan tokoh-tokoh ilmu pengetahuan, tapi lebih pada tragedi kemanusiaan dan sejarah yang dialami kota 1001 malam ini.
Sudah hampir tiga minggu invasi yang dilakukan pasukan Amerika Serikat dan sekutunya ke negara ini, Kota Baghdad merupakan gerbang terakhir agresi pasukan George W Bush yang berupaya mengenyahkan Presiden Irak Saddam Hussein dari pucuk pimpinan yang syah.
Jika perang kota terjadi, bukan tak mungkin Baghdad akan luluh lantak. Bakal rata dengan tanah. Kalau sudah begini, warga dunia, terutama umat Islam akan kehilangan tempat yang paling bersejarah di dunia. Tempat peradaban Islam dimulai.
Sejarah Irak bisa dilacak hingga 4000 Sebelum Masehi, saat peradaban Mesopotamia masih berdiri. Kata Mesopotamia sendiri berarti tanah di antara sungai-sungai, Tigris dan Eufrat. Sementara Baghdad didirikan oleh khalifah kedua Bani Abbasiah, Abu Jafar Al-Manshur, sekitar 762 M. Di bawah kendali Manshur, Baghdad maju pesat dan menjadi pusat perkembangan umat Islam pada saat itu. Kota ini pun menyandang berbagai gelar seperti pusat perdagangan, budaya, dan kota pelajar.
Sebenarnya, Khalifah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari Khalifah Umayyah, dimana pendiri dari khalifah ini adalah keturunan Al-Abbas, paman Nabi Muhammad SAW, yaitu Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Kekuasaan dinasti Bani Abbas, atau Khalifah Abbasiyah, sebagaimana disebutkan melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Khalifah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abass. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) sampai 656 H (1258 M).
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. Karena itu, pembina sebenarnya dari daulat Abbasiyah adalah Abu Ja'far al-Manshur (754-775 M). Dia dengan keras menghadapi lawan-lawannya dari Bani Umayyah, Khawarij, dan juga Syiah yang merasa dikucilkan dari kekuasaan.
Untuk mengamankan kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya satu per satu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah pamannya sendiri yang ditunjuk sebagai gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir, karena tidak bersedia membaiatnya, dibunuh oleh Abu Muslim al-Khurasani atas perintah Abu Ja'far. Abu Muslim sendiri karena dikhawatirkan akan menjadi pesaing baginya, dihukum mati pada tahun 755 M.
Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad, dekat bekas ibu Kota Persia, Clesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya.
Dia mengangkat sejumlah personil untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator departemen, Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara disamping membenahi angkatan bersenjata.
Dia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah ditingkatkan perananya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.
Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Diantara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosporus. Di pihak lain, dia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama genjatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di bagian lain Oksus dan India.
Kalau dasar-dasar pemerintahan daulat Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu al-Abbas dan Abu Ja'far al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun al-Rasyid (786-809 M), al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Wasiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M). Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Bashrah menjadi pelabuhan yang penting.
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman Khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dan putranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial di Baghdad. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan di Kota Baghdad. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya.
Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi. Al-Ma'mun, pengganti al-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait al-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Al-Mu'tashim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Tidak seperti pada masa daulat Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, kekuatan militer dinasti Bani Abbas menjadi sangat kuat.
Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindik di Persia, gerakan Syiah, dan konflik antar bangsa dan aliran pemikiran keagamaan. Semuanya dapat dipadamkan.
Dari gambaran di atas Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan pokok antara Bani Abbas dan Bani Umayyah. Disamping itu, ada pula ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbas yang tak terdapat di zaman Bani Umayyah.(*)
Senin, 12 Mei 2008
Isu Santet via Ponsel Mewabah
PUKUL 02.23.36, Minggu dini hari, tiba-tiba ponsel saya kemasukan sebuah SMS. Tiga kali ringtone pertanda SMS masuk terdengar nyaring pagi-pagi buta tersebut. Saya terbangun, namun ponsel tidak saya sentuh. Saya yakin paling-paling SMS pemberitahuan sesuatu program dari Telkomsel.
Menjelang pergi ke musala untuk salat Subuh, saya coba buka SMS di ponsel. Saya kaget, ternyata SMS yang masuk dari nomor 0811282xxx milik Roy Suryo, pengamat telematika yang terkenal itu. ''Insya Allah nanti terlaksana, jam 7 di Trans7 saya akan kembali memastikan bahwa issue 'Santet-via-SMS-InfraMerah no 0866/6666 dsb' itu tidak benar/Unlogic,'' kata Roy dalam SMS-nya.
Kontan saja, saya langsung balas SMS tersebut. ''Bagus itu mas, di Sumbar dan di Riau, masyarakat banyak yang mematikan ponsel gara-gara SMS tersebut. Malah di Sumbar berkembang isu, gara-gara SMS itu di Riau sudah menewaskan 70 orang. Padahal di Riau tidak ada yang meninggal. Sukses terus. Wassalam Mhd Nazir Fahmi, Riau.'' Begitulah SMS balasan yang saya buat untuk Roy Suryo pagi itu.
Usai mengirim SMS itu saya pun buru-buru ke musala. Kembali dari musala, sudah ada pula SMS balasan dari Roy Suryo. ''He-3x, ada ''korban''? Ya itu tidak akan ada, itu semua hanya issue alias khabar bohong. Yang benar-benar jadi 'korban' adalah masyarakat yang tertipu mengirimkan SMS tersebut,'' katanya lagi.
Saya pun kembali balas SMS itu. ''Kalau jadi mas tampil, jelaskan betul bahwa korban-korban yang seperti kesetrum saat terima SMS atau telepon berwarna merah itu lebih kepada sugesti karena ketakutan saja. Di Rengat, Riau, seorang pemuda merasa kesetrum dan menggigil habis terima SMS tersebut. Karena sebelum terima SMS itu, mereka terlibat perbincangan tentang SMS merah dan tiba-tiba ponsel pemuda itu berdering dan warnanya merah. Maka masuk rumah sakitlah pemuda itu. Begitu juga beberapa daerah di Sumbar seperti Lubukbasung, ibukota Kabupaten Agam, ada juga yang seperti itu. Yang jelas di dua daerah tersebut, masyarakat awam enggan hidupkan ponsel. Mereka benar-benar takut mas.
Beberapa saat SMS balasan dari Roy Suryo pun masuk. ''Kemungkinan besar nanti saya hanya 'live-by-phone' di Trans7, karena semalam reporternya tidak jadi ketemu dan posisi nanti pas landing di Jakarta. Tapi Insya Allah Ok,'' kata Roy lagi. Saya pun kembali balas,''Mudah-mudahan jadi mas. Biar masyarakat bisa teredukasi dengan baik soal teknologi.''
Isu tentang santet lewat ponsel ini benar-benar mewabah ke mana-mana. Beberapa kali sang orang tua dari Sumbar menelepon agar hati-hati menerima panggilan dari nomor yang ada 66-nya tersebut.(mhd nazir fahmi)
Menjelang pergi ke musala untuk salat Subuh, saya coba buka SMS di ponsel. Saya kaget, ternyata SMS yang masuk dari nomor 0811282xxx milik Roy Suryo, pengamat telematika yang terkenal itu. ''Insya Allah nanti terlaksana, jam 7 di Trans7 saya akan kembali memastikan bahwa issue 'Santet-via-SMS-InfraMerah no 0866/6666 dsb' itu tidak benar/Unlogic,'' kata Roy dalam SMS-nya.
Kontan saja, saya langsung balas SMS tersebut. ''Bagus itu mas, di Sumbar dan di Riau, masyarakat banyak yang mematikan ponsel gara-gara SMS tersebut. Malah di Sumbar berkembang isu, gara-gara SMS itu di Riau sudah menewaskan 70 orang. Padahal di Riau tidak ada yang meninggal. Sukses terus. Wassalam Mhd Nazir Fahmi, Riau.'' Begitulah SMS balasan yang saya buat untuk Roy Suryo pagi itu.
Usai mengirim SMS itu saya pun buru-buru ke musala. Kembali dari musala, sudah ada pula SMS balasan dari Roy Suryo. ''He-3x, ada ''korban''? Ya itu tidak akan ada, itu semua hanya issue alias khabar bohong. Yang benar-benar jadi 'korban' adalah masyarakat yang tertipu mengirimkan SMS tersebut,'' katanya lagi.
Saya pun kembali balas SMS itu. ''Kalau jadi mas tampil, jelaskan betul bahwa korban-korban yang seperti kesetrum saat terima SMS atau telepon berwarna merah itu lebih kepada sugesti karena ketakutan saja. Di Rengat, Riau, seorang pemuda merasa kesetrum dan menggigil habis terima SMS tersebut. Karena sebelum terima SMS itu, mereka terlibat perbincangan tentang SMS merah dan tiba-tiba ponsel pemuda itu berdering dan warnanya merah. Maka masuk rumah sakitlah pemuda itu. Begitu juga beberapa daerah di Sumbar seperti Lubukbasung, ibukota Kabupaten Agam, ada juga yang seperti itu. Yang jelas di dua daerah tersebut, masyarakat awam enggan hidupkan ponsel. Mereka benar-benar takut mas.
Beberapa saat SMS balasan dari Roy Suryo pun masuk. ''Kemungkinan besar nanti saya hanya 'live-by-phone' di Trans7, karena semalam reporternya tidak jadi ketemu dan posisi nanti pas landing di Jakarta. Tapi Insya Allah Ok,'' kata Roy lagi. Saya pun kembali balas,''Mudah-mudahan jadi mas. Biar masyarakat bisa teredukasi dengan baik soal teknologi.''
Isu tentang santet lewat ponsel ini benar-benar mewabah ke mana-mana. Beberapa kali sang orang tua dari Sumbar menelepon agar hati-hati menerima panggilan dari nomor yang ada 66-nya tersebut.(mhd nazir fahmi)
Selasa, 06 Mei 2008
Di Hutan Lebat Sekalipun, Signal Ponsel Tetap Kuat
DARI Rumput Jadi Savana. Motto ini selalu terngiang-ngiang di telinga. Ide brilian dari Telkomsel ini kini sudah menapaki tahun yang ke-12. Dua belas tahun kiprahnya di tanah air dalam dunia selular, rumput yang ditanam tidak hanya sebatas padang savana. Lebih dari itu, kini savana tersebut telah menjalar ke tengah-tengah hutan lebat. Makin hari, kian melebar dan bertebaran ke mana-mana.
Empat tahun lalu, ketika duduk-duduk di tepi Batang Antokan, sungai berarus deras penuh bebatuan yang memberi kehidupan bagi puluhan desa di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, signal ponsel sebatas satu dua. Kadang-kadang hilang sama sekali. Namun sebuah upaya dari Telkomsel untuk menembus desa-desa yang tak jauh dari Danau Maninjau itu dengan signalnya memang baru dimulai saat itu.
Kala itu, sangat langka orang-orang punya ponsel. Yang memiliki baru sebatas orang kota yang pulang kampung. Mereka membawa ponsel. Anak-anak desa banyak bertanya-tanya apa gerangan yang dibawa orang kota. Ponsel berdering, lalu didengarkan ke telinga dan ngomong. Ini pun makin membingungkan mereka.
Seiring waktu, kini semua itu sudah berubah total. Masyarakat desa yang dulu hening dan tak mengenal teknologi selular, sekarang benar-benar terbius dengan beragam ponsel. Sarana komunikasi yang satu ini ternyata sudah menjadi kebutuhan.
''Bagaimana pun ponsel sangat penting saat ini. Apalagi daya jangkau signal Telkomsel sudah sangat luas di daerah kami. Kalau dulu hanya sebatas kampung, kini sudah sampai ke bukit-bukit,'' kata Ria salah seorang anak Desa Paritrantang, Kenagarian Geragahan Timur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Apa yang dikatakannya benar adanya. Saat mengunjungi daerah ini beberapa bulan lalu, saya menyempatkan masuk hutan dan naik ke perbukitan. Jarak dari desa hingga ke puncak bukit lebih kurang 3 kilometer.
Ketika sampai di rerimbunan pepohonan di puncak bukit, tiba-tiba ponsel saya berdering. Seorang teman dari Lipatkain, Kabupaten Kampar menghubungi dan menanyakan keberadaan saya. Ketika itu, saya benar-benar terkesima dan serasa bermimpi kalau teknologi selular sudah menembus hutan lebat yang dulu tempat saya bermain setiap akhir pekan.
Saya tak pernah bayangkan komunikasi akan sebegitu lancar di tengah hutan belantara. Ponsel dengan kartuHALO yang sudah saya pakai 10 tahun lebih signalnya full dan sangat kuat. Dulu, jangankan di tengah hutan dan lembah basah ini, di kampung yang agak dekat dengan Kantor Bupati saja susah untuk menikmati sarana komunikasi tersebut.
Bertahun-tahun saya menunggu kehadiran telepon rumah. Apalagi sebagian besar saudara ada di rantau sangat memerlukan sarana komunikasi ini. Dengan teknologi komunikasi, saudara dan kedua orang tua yang ada di kampung mudah mengetahuinya.
Di tengah keputusasaan mendapatkan telepon kabel, tiba-tiba Telkomsel datang dengan teknologi selularnya. Bagaikan gayung bersambut, serta merta masyarakat desa banting stir beli ponsel lalu beli kartu simPATI. Ternyata mereka lebih mengenal Telkomseldengan simPATI-nya.
Kini jangan heran, ketika tiba waktu berburu hama babi di perbukitan yang jauh dari desa, para pemburu alias pamuncak istilah Minang-nya, selain membawa anjing, pisau, di pinggangnya atau dalam saku celana juga ikut serta ponsel.
Malah, kebiasaan teriak-teriak agar bisa mengepung babi dalam suatu perburuan, kini mulai kurang karena adanya teknologi selular. Antara para pemburu bisa saling komunikasi di mana posisi masing-masing dan saling memberi tahu di mana keberadaan binatang buruan.
Sepenggal cerita ini, tak seberapa dibanding upaya yang dilakukan Telkomsel dalam memajukan dunia selular di tanah air. Asalkan pelanggan bisa berkomunikasi, Telkomsel akan terus berupaya menghadirkan signal terbaik walau harus merugi sekalipun.
Untuk mendirikan sebuah pemancar atau Base Transceiver Station (BTS) bukan sedikit biaya yang harus dikeluarkan. Belum lagi kalau BTS itu jauh dari BTS-BTS lainnya. Kalau medannya datar dan tidak bergunung-gunung, mudahlah untuk koneksinya. Tapi kalau daerahnya bergunung-gunung seperti di Sumatera Barat, alamat banyak BTS yang harus didirikan.
Lihat saja sebuah BTS di Desa Ulu Air, lintas Pekanbaru-Padang. Letaknya menjulang di atas puncak bukit di tengah hutan belantara. Konon, awal berdiri BTS ini, Telkomsel harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi. Karena posisinya jauh dari BTS lain --BTS terdekat dari Riau adalah di Kuok dan dari Sumbar di Harau dengan jarak tempuh dua jam perjalanan-- maka Telkomsel memanfaatkan jasa satelit.
Tahu sajalah kalau menggunakan satelit, sudah pasti sewa perbulannya di atas angka Rp50 juta. Tapi demi pelanggan, Telkomsel melakukan semua itu. Walau mahal, asal pelanggan bisa terlayani, Telkomsel pasti akan investasi. Inilah salah satu nilai tambah dari perusahaan market leader di dunia selular tanah air tersebut. ''Tapi kini BTS tersebut tidak memanfaatkan jasa satelit lagi. Kita sudah bangun dua BTS lagi di Pangkalan Koto Baru,'' kata Kasno Tamba, Manager BSS Ridar-Sumbar.
Akhir Mei 2007 lalu, saya juga menyempatkan tes signal Telkomsel dari Pekanbaru-Bukittinggi-Maninjau-Lubukbasung-Tiku-Padang Pariaman-Sicincin-Kayutanam-Lembah Anai-Padangpanjang dan balik lagi ke Pekanbaru. Masyaallah, ponsel yang saya bawa bisa on terus dengan signal Telkomsel.
Diakui, ada beberapa lokasi yang tak ada signal Telkomsel. Tapi itu hanya hitungan menit. Lalu ponsel bisa digunakan lagi untuk berkomunikasi. Gebrakan IKC yang dikebut oleh Telkomsel benar-benar berhasil nyata. Hampir seluruh kecamatan di Indonesia saat itu sudah bisa menikmati jasa Telkomsel.
''Kami berharap kehadiran layanan Telkomsel yang menjangkau hingga pelosok Indonesia melalui program IKC, dapat menjadi manfaat seperti meningkatkan kelancaran komunikasi antar penduduk, daya tarik investasi daerah, peluang usaha, membuka lapangan kerja baru, serta meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi dan kemasyarakatan,'' kata Bambang Riadhy Oemar, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Telkomsel dalam suatu kesempatan.
Menurut Bambang, tahun 1997 Telkomsel telah menghadirkan jaringan di seluruh ibukota provinsi (IKP Indonesia) dan dilanjutkan melayani seluruh ibukota kabupaten (IKK Indonesia) ditahun 2005. Selanjutnya tahun 2007 Telkomsel berhasil melayani seluruh kecamatan Pulau Sumatera-Jawa-Bali dan Nusa Tenggara (IKC Sumatera, Jawa, Bali-Nusa) dan segera menyusul seluruh kecamatan di Pulau Kalimantan tahun ini.
Percepatan melayani hingga pelosok Indonesia, kata Bambang, terlihat dari tingginya peningkatan jumlah BTS yang telah mencapai 121 kali lipat. Di awal beroperasinya tahun 1995 hanya memiliki 149 BTS, kini telah menggelar sekitar 18.000 BTS yang meng-cover lebih dari 95 persen populasi Indonesia yang merupakan jumlah ke-4 terbesar di dunia. Bahkan di tahun 2007 mengalokasikan investasi 1,5 miliar dolar AS (sekitar Rp14 triliun).
Tak dipungkiri, program interkoneksi kecamatan (IKC) yang digelorakan Telkomsel awal tahun 2006 sangat membantu masyarakat Indonesia dalam komunikasi selular. ''Di Riau Daratan dan Sumatera Barat saja, kita telah on air 1.068 BTS lebih. Seterusnya akan ada penambahan-penambahan BTS lagi di desa-desa pada kedua provinsi ini,'' jelas Kasno Tamba, beberapa waktu lalu.
Untuk di Riau Daratan, jelasnya, sudah berdiri 687 BTS yang tersebar di seluruh kecamatan. Sedangkan untuk Sumatera Barat, sudah pula berfungsi 381 BTS dan akan terus ada penambahan. Dengan begitu banyak BTS, tidak heranlah jika di tengah hutan ternyata signal Telkomsel bisa ditangkap. Suaranya pun sangat jernih.
Begitu banyak godaan datang dari rival-rival Telkomsel yang dikemas dalam bentuk pulsa hemat, SMS gratis dan lain sebagainya, ternyata tidak membuat jutaan pelanggan Telkomsel beralih ke lain hati alias ke operator lain. Pemikiran cerdas dari pelanggan untuk dunia selular, lebih utama itu jaringan yang bagus dan luas. Tidak terfokus kepada murahnya pulsa dan janji-janji manis lainnya.
Kini, siapa yang tidak mengenal Telkomsel. Anak kecil sekalipun, sudah tahu dengan perusahaan selular yang bermula terlahir di Batam-Bintan ini. Jadi jangan heran, murid Taman Kanak-kanak pun sudah dibekali orang tuanya dengan ponsel. Alasan mereka, biar mudah menghubungi ketika akan menjemputnya dari sekolah.
Kalaulah murid TK sudah gunakan ponsel dalam kehidupannya, apatah lagi murid SD, pelajar SMP atau siswa SMA. Betapa banyak saat ini anak-anak usia sekolah tersebut sudah menenteng ponsel ketika jam pelajaran. Malah, kalau dulu ketika akan ada ulangan atau ujian semesteran para guru menyuruh anak didiknya mengumpulkan buku ke depan kelas, maka kini tidak hanya buku, tapi ponsel harus diletakkan ke meja guru.
Kartu simPATI dan As yang dikenalkan oleh Telkomsel, telah membuat anak-anak usia sekolah dengan mudah memanfaatkan jasa selular ini. Selain bisa hidup di mana-mana, pulsanya pun sangat murah dan enteng bagi saku mereka.
Ini bukti, dan bukan mimpi. Motto Begitu Dekat, Begitu Nyata benar-benar menjadi cemeti bagi Telkomsel untuk terus bergerak dan berinovasi. Semua ini bisa kita lihat kenyataannya sekarang. Di Riau Daratan saja, berapa banyak tempat --yang secara jangka pendek tidak ekonomis buat Telkomsel-- semuanya sudah dimasuki operator selular di bawah payung Telkomsel. Petani karet, coklat, sawit, kelapa sampai kepada nelayan di tengah-tengah Sungai Siak yang keruh, kini sudah menikmati fasilitas ponsel tersebut. Mereka tidak bisa dimainkan lagi oleh pedagang perantara terkaitharga. Karena dengan ponsel di tangan, mereka kapan pun bisa mengetahui harga di pasaran.
Belum lagi di Sumatera Barat. Provinsi yang hanya mengandalkan keindahan alamnya tentu saja sangat membutuhkan ketersediaan jaringan telekomunikasi. Kalau dipatok hanya dengan telekomunikasi telepon biasa, kondisinya saat ini sangat memprihatinkan dan sangat susah untuk mendapatkannya. Sementara, sebuah industri pariwisata harus menyediakan banyak fasilitas agar pengunjung betah di tempat tersebut.
Tentunya, dengan kehadiran Telkomsel di banyak tempat di Sumatera Barat sangat mendukung dunia pariwisata di daerah tersebut. Pengunjung pun bisa betah. Karena kapan dan di manapun mereka berada, informasi dengan orang-orang tersayang, teman, kawan kantor atau teman bisnis tidak terputus.
Apalagi dengan berbagai fasilitas yang disediakan Telkomsel, pelanggan tidak perlu repot-repot. Mau mengetahui dunia saat memancing di tengah Danau Singkarak, cukup lewat ponsel yang ada kartu Navigatornya. Atau mau transfer uang dan mencek saldo rekening di bank saat berada di tepi Ngarai Sianok Bukittinggi semuanya bisa lewat ponsel. Sabas buat Telkomsel. Semoga terus jaya dan tetap yang terbaik. 45 juta pelanggan tahun ini, semoga bisa ditembus.(mhd nazir fahmi)
Polemik Angka 23 Berakhir Sudah
Proses Panjang Pembangunan Jembatan Siak Sriindrapura
DUA menara setinggi 80 meter sudah tertancapkan ke dasar Sungai Siak tak jauh dari Istana Siak Sriindrapura. Badan jembatan dengan konstruksi cable stay sudah pula menyatukan menara tersebut dengan tanah dari dua sisi berbeda jembatan itu. Dua menara itu masih belum terhubung antara satu sama lainnya. Angka 23 terlihat dengan jelas dari kejauhan.
Walau belum selesai, tapi sejak Februari 2005 lalu, tidak ada lagi aktivitas pembangunan di jembatan tersebut. Alat-alat berat yang sebelumnya bersiliweran ke sana ke mari dengan deru mesinnya yang memekakkan telinga juga tidak nampak lagi. Barak-barak pekerja pun sudah tidak ada penghuninya. Mereka untuk sementara istirahat menjelang polemik ketinggian jembatan berakhir.
Angka 23 yang terpampang dengan jelas di antara dua tiang menara yang menandakan ketinggian jembatan itu dari permukaan air inilah yang menjadi polemik berkepanjangan sejak dua tahun silam. Pemerintah Kabupaten Siak sengaja membuat setinggi itu dengan maksud untuk menyelamatkan Sungai Siak yang tercemar berat. Namun Pemko Pekanbaru menentangnya, karena alasan akan mematikan perekonomian pelabuhan di Kota Bertuah.
Sebelas hari menjelang 2006, keputusan yang ditunggu-tunggu masyarakat Siak Sriindrapura datang jua. Jembatan megah sepanjang 800 meter yang diminta dihentikan pembangunannya sejak tanggal 15 Februari 2005, mulai 20 Desember lalu sudah diperbolehkan kembali dilanjutkan dengan ketinggian 23 meter.
Awalnya, rencana pembangunan jembatan di Kota Siak Sriindrapura yang melintasi alur Sungai Siak betul-betul membuat berbagai pihak terutama yang berkepentingan kasak-kusuk. Seperti Pekanbaru, menantang sangat kuat rencana pembangunan jembatan yang berketinggian 20 meter dari permukaan air Sungai Siak.
Alasan mereka, kapal-kapal yang mengangkut berbagai keperluan untuk kota ini dan bersandar di dermaga Pelindo I tidak bisa masuk lagi karena ketinggian jembatan yang tidak maksimal. Pekanbaru mau jembatan tersebut dibangun, tapi harus lebih tinggi dari rencana Pemkab Siak.
Tahap demi tahap dilalui petinggi-petinggi Siak untuk meyakinkan banyak pihak atas pentingnya pembangunan jembatan tersebut. Pada 10 Juli 2002, dimulaikan sosialisasi dengan mengadakan presentasi rencana pembangunan jembatan itu di Hotel Pangeran, Pekanbaru.
Pada presentasi yang dihadiri pejabat dari Gubernur Riau dan jajarannya, bupati dan wali kota, akademisi, Adpel, Pelindo, Kadin, DPC INSA Riau, tokoh masyarakat dan pemakai jasa perhubungan di Sungai Siak, dikemukakan ketinggian jembatan 20 meter dari air pasang tertinggi.
Kontan saja, presentasi ini menuai protes. Pemko Pekanbaru, termasuk Adpel minta ketinggian dinaikkan menjadi 30 meter. Adpel Bengkalis minta 27 meter. Gubernur Riau, waktu itu H Saleh Djasit lalu menetapkan ketinggian ditambah 1 atau 2 meter lagi, bukan 20 meter. Design-nya pun diubah menjadi 23 meter.
Dua bulan setelah itu, tepatnya tanggal 5 September 2002, Pemkab Siak melakukan ekspos di Departemen Perhubungan Jakarta. Semula ekspose tersebut hanya ditujukan untuk mempresentasikan Kawasan Industri Buton (KIB), namun Direktorat Perhubungan Laut mengalihkan pada pembangunan jembatan Siak. Yang hadir, Sekditjen Hubla, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Perangkat Departemen Perhubungan dan Ditjenla lainnya, Kadishub Riau, Adpel Pekanbaru, Adpel Sungai Pakning, Direksi PT Pelabuhan I Medan.
Hasil persentasi, Tim Ditjenla akan melakukan peninjauan lapangan. Namun setelah melewati batas waktu 90 hari sejak persentasi, Tim Ditjenla tidak turun. Karena tidak adanya keputusan yuridis Menteri Perhubungan, maka diputuskanlah untuk memulai pembangunan pada 31 Desember 2002 dengan melakukan pemancangan tiang pertama.
Delapan belas bulan sejak dipancangkan tiang pertama, tidak ada protes dari pengguna jasa Sungai Siak maupun pihak-pihak lainnya. Pembangunan jembatan terus dilanjutkan hingga mencapai kemajuan fisik 55 persen. Merasa sukses di Siak Sriindrapura, petinggi di pemerintahan Siak membuat rencana pula untuk membuat jembatan di Perawang.
Pada 27 Januari 2004, Bupati Siak berkirim surat ke Dinas Perhubungan Provinsi Riau tentang izin clearence Jembatan Perawang yang terletak di alur Sungai Siak sekitar 35 mil dari Siak Sriindrapura dan dilanjutkan pada 3 Februari 2004, Pemkab berkirim surat ke Menteri Perhubungan Cq Direktur Jenderal Perhubungan Laut soal izin clearence Jembatan Perawang dengan tinggi 23 meter.
Pada 18 Oktober 2004, keluar SK Menteri Perhubungan RI yang menetapkan tinggi clearence Jembatan Siak 30 meter dan Jembatan Perawang 23 meter. Hal ini dinilai aneh karena kedua jembatan terletak pada satu alur sungai, namun kenapa ketinggiannya mesti berbeda.
Di tengah menderunya mesin-mesin di Jembatan Siak, polemik pun semakin melaju pula. Bulan April 2004, Direktur Pelabuhan dan Pengerukan Departemen Perhubungan RI meninjau ke lokasi Jembatan Siak dan meminta hasil notulen rapat yang diadakan di Hotel Pangeran Pekanbaru pada tanggal 10 Juli 2002 dan pernyataan Gubernur Riau waktu itu H Saleh Djasit SH tentang ketinggian Jembatan Siak 23 meter. Juga meminta lagi rekomendasi Gubernur Riau HM Rusli Zainal SE.
Setelah proses berjalan dua tahun, tepatnya 29 Juli 2004, muncul pengaduan PT Manunggal Sejati (MS) di PTUN Pekanbaru. Setelah melalui 12 kali persidangan, dinyatakan gugatan PT MS tidak diterima oleh PTUN -- 6 Desember 2004.
Namun, Surat Mendagri Nomor 630/1043/OTDA, ditujukan ke Gubri pada 23 Agustus 2004, semakin memperuncing polemik. Surat itu intinya menyarankan Pemprov Riau untuk mengambil langkah-langkah/meninjau ulang pembangunan jembatan Siak agar mencapai ketinggian 30 meter.
Hal ini pun ditindaklanjuti Gubri melalui rapat di Kantor Gubernur Riau yang dihadiri oleh Sekwilda Tingkat I Riau, Wakil Wali Kota Pekanbaru, Bupati Siak diwakili Assisten II serta Dinas Perhubungan dan Dinas Kimpraswil. Hasilnya, ketinggian jembatan Siak tidak bisa dinaikkan atau ditinggikan lagi, karena fisik pekerjaan saat itu telah mencapai 55 persen.
Permohonan untuk tidak melanjutkan pembangunan jembatan terus bergulir. Pada 30 Agustus 2004, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) membuat surat kepada Inspektur Jenderal Departemen Dalam Negeri, perihal permohonan tidak melanjutkan pembangunan Jembatan Siak yang tembusannya disampaikan ke Gubernur Riau. Hal ini telah ditindaklanjuti dengan rapat di Kantor Gubernur Riau, bahwa hasil rapat juga tetap tidak dapat menambah ketinggian Jembatan Siak dari 23 meter menjadi 30 meter dari permukaan air tertinggi (HWL), hal ini didasarkan pada kemajuan fisik Jembatan Siak saat itu telah mencapai 55 persen.
18 Oktober 2004, digelar rapat di Departemen Dalam Negeri yang dihadiri unsur berbagai departemen, disepakati; mengingat Pembangunan Jembatan Siak kemajuan fisiknya sudah mencapai 70 persen dan hal ini tidak memungkinkan lagi untuk menambah ketinggian Jembatan Siak lebih dari 23 meter. Sesuai penjelasan Tim LAPI-ITB dan Departemen Kimpraswil, maka telah ditawarkan solusi dengan prinsip saling menguntungkan dan disepakati bersama oleh pihak terkait adalah pertama, mempercepat pembangunan Pelabuhan Buton dengan biaya APBD Provinsi dan APBD kabupaten/kota.
Kedua, jadwal pembangunan Jembatan Siak disesuaikan dengan pembangunan Pelabuhan Buton. Ketiga, pemerintah pusat akan membentuk tim koordinasi terpadu lintas departemen/LPND untuk melakukan supervisi pelaksanaan kegiatan tersebut. Keempat, kesepakatan tersebut dalam huruf a s/d c di atas akan disampaikan kepada Gubernur Riau selaku wakil pemerintah pusat di daerah dengan surat Meteri Dalam Negeri.
Di hari yang sama, juga dilaksanakan rapat di Depdagri yang mengeluarkan surat Menteri Perhubungan RI Ad-interim yang menyatakan clearence Jembatan Siak 30 meter dari muka air tertinggi dan untuk Jembatan Perawang 23 meter.
Di tengah polemik, pembangunan jembatan tetap dilanjutkan. Pada 11 Januari 2005, rapat di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) yang dihadiri lintas departemen yang waktu itu tidak dapat mengambil keputusan dengan adanya surat Menteri Perhubungan RI tanggal 6 Januari 2005 yang menetapkan clearence Jembatan Siak final 30 meter dan Jembatan Perawang clearence 23 meter, Bupati Siak saat itu tidak bisa menerima himbauan surat Menteri Perhubungan RI tersebut, maka sepakatlah oleh pimpinan rapat akan membentuk tim terpadu untuk meninjau langsung ke lapangan.
15 Februari 2005 dengan nomor surat 621.22/367/ST yang ditujukan kepada Bupati Siak perihal Pembangunan Jembatan Siak dengan Rekomendasi surat Menteri Perhubungan RI Nomor AJ.00/I/I.PHB.2005 tanggal 6 Januari 2005 dan surat PT Manunggal Sejati tanggal 20 Desember 2004 serta surat tanggal 10 Januari 2005 yang ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri yang tembusannya kepada Presiden RI, maka Menteri Dalam Negeri menginstruksikan pada Bupati Siak yang intinya, pertama, pembangunan jembatan di Sungai Siak dengan ketinggian hanya 23 meter di atas permukaan air tertinggi telah bertentangan dengan pasal 13 ayat (1) huruf a dan pasal 100 ayat (1) huruf a, b dan c. UU nomor 21 tahun 1997 tentang pelayaran serta menimbulkan permasalahan bagi pengguna alur Sungai Siak.
Kedua, berkenaan hal tersebut di atas pada butir 1 diminta kepada Bupati Siak agar menghentikan pembangunan jembatan di Siak dan melaporkan hasilnya kepada Menteri Dalam Negeri dan tembusannya juga disampaikan ke Presiden RI.
Kini polemik tuntas sudah. Besi-besi yang sempat berkarat, kayu-kayu yang sempat lapuk, kembali disentuh tangan-tangan kasar ratusan buruh. Angka 23 meter, final sudah. Mesin-mesin akan kembali menderu untuk menyatukan dua tower yang sampai detik ini masih terpisah.(mhd nazir fahmi)
Kronologis Pembangunan Jembatan Siak
* 10 Juli 2002: Sosialisasi melalui persentasi rencana pembangunan jembatan Siak di Hotel Pangeran Pekanbaru, dengan tinggi 20 meter dari pasang tertinggi.
* 5 September 2002: Pemkab Siak melakukan ekspos di Departemen Perhubungan Jakarta.
* 31 Desember 2002: Pemancangan tiang pertama jembatan dimulai.
* Januari 2003 s/d Juni 2004: Tidak ada protes dari pengguna jasa Sungai Siak maupun pihak-pihak lainnya. Pembangunan terus berjalan hingga mencapai kemajuan fisik, 55 persen.
* 27 Januari 2004: Surat Bupati Siak ke Dinas Perhubungan Riau tentang izin clearence Jembatan Perawang.
* 3 Februari 2004: Surat Bupati Siak ke Menteri Perhubungan Cq Direktur Jenderal Perhubungan Laut soal izin clearence Jembatan Perawang, dengan tinggi 23 meter.
* April 2004: Direktur Pelabuhan dan Pengerukan Departemen Perhubungan RI meninjau ke lokasi Jembatan Siak.
* 29 Juli 2004: Setelah proses berjalan sekitar dua tahun, muncul pengaduan PT Manunggal Sejati (MS) di PTUN Pekanbaru.
* 23 Agustus 2004: Surat Mendagri Nomor 630/1043/OTDA, ditujukan ke Gubri yang intinya menyarankan Pemprov Riau untuk mengambil langkah-langkah/meninjau ulang pembangunan Jembatan Siak agar mencapai ketinggian 30 meter.
* 30 Agustus 2004: Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) membuat surat kepada Inspektur Jenderal Departemen Dalam Negeri, perihal Permohonan tidak melanjutkan pembangunan Jembatan Siak.
* 18 Oktober 2004: Digelar rapat di Departemen Dalam Negeri Jakarta.
* 11 Januari 2005: Rapat di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) yang dihadiri lintas departemen.
* 15 Februari 2005: Dengan nomor surat 621.22/367/ST yang ditujukan kepada Bupati Siak perihal penghentian pembangunan Jembatan Siak.
* 20 Desember 2005: Pembangunan Jembatan Siak sudah boleh dilanjutkan karena sudah keluar persetujuan dari Menteri Perhubungan Hatta Radjasa.
DUA menara setinggi 80 meter sudah tertancapkan ke dasar Sungai Siak tak jauh dari Istana Siak Sriindrapura. Badan jembatan dengan konstruksi cable stay sudah pula menyatukan menara tersebut dengan tanah dari dua sisi berbeda jembatan itu. Dua menara itu masih belum terhubung antara satu sama lainnya. Angka 23 terlihat dengan jelas dari kejauhan.
Walau belum selesai, tapi sejak Februari 2005 lalu, tidak ada lagi aktivitas pembangunan di jembatan tersebut. Alat-alat berat yang sebelumnya bersiliweran ke sana ke mari dengan deru mesinnya yang memekakkan telinga juga tidak nampak lagi. Barak-barak pekerja pun sudah tidak ada penghuninya. Mereka untuk sementara istirahat menjelang polemik ketinggian jembatan berakhir.
Angka 23 yang terpampang dengan jelas di antara dua tiang menara yang menandakan ketinggian jembatan itu dari permukaan air inilah yang menjadi polemik berkepanjangan sejak dua tahun silam. Pemerintah Kabupaten Siak sengaja membuat setinggi itu dengan maksud untuk menyelamatkan Sungai Siak yang tercemar berat. Namun Pemko Pekanbaru menentangnya, karena alasan akan mematikan perekonomian pelabuhan di Kota Bertuah.
Sebelas hari menjelang 2006, keputusan yang ditunggu-tunggu masyarakat Siak Sriindrapura datang jua. Jembatan megah sepanjang 800 meter yang diminta dihentikan pembangunannya sejak tanggal 15 Februari 2005, mulai 20 Desember lalu sudah diperbolehkan kembali dilanjutkan dengan ketinggian 23 meter.
Awalnya, rencana pembangunan jembatan di Kota Siak Sriindrapura yang melintasi alur Sungai Siak betul-betul membuat berbagai pihak terutama yang berkepentingan kasak-kusuk. Seperti Pekanbaru, menantang sangat kuat rencana pembangunan jembatan yang berketinggian 20 meter dari permukaan air Sungai Siak.
Alasan mereka, kapal-kapal yang mengangkut berbagai keperluan untuk kota ini dan bersandar di dermaga Pelindo I tidak bisa masuk lagi karena ketinggian jembatan yang tidak maksimal. Pekanbaru mau jembatan tersebut dibangun, tapi harus lebih tinggi dari rencana Pemkab Siak.
Tahap demi tahap dilalui petinggi-petinggi Siak untuk meyakinkan banyak pihak atas pentingnya pembangunan jembatan tersebut. Pada 10 Juli 2002, dimulaikan sosialisasi dengan mengadakan presentasi rencana pembangunan jembatan itu di Hotel Pangeran, Pekanbaru.
Pada presentasi yang dihadiri pejabat dari Gubernur Riau dan jajarannya, bupati dan wali kota, akademisi, Adpel, Pelindo, Kadin, DPC INSA Riau, tokoh masyarakat dan pemakai jasa perhubungan di Sungai Siak, dikemukakan ketinggian jembatan 20 meter dari air pasang tertinggi.
Kontan saja, presentasi ini menuai protes. Pemko Pekanbaru, termasuk Adpel minta ketinggian dinaikkan menjadi 30 meter. Adpel Bengkalis minta 27 meter. Gubernur Riau, waktu itu H Saleh Djasit lalu menetapkan ketinggian ditambah 1 atau 2 meter lagi, bukan 20 meter. Design-nya pun diubah menjadi 23 meter.
Dua bulan setelah itu, tepatnya tanggal 5 September 2002, Pemkab Siak melakukan ekspos di Departemen Perhubungan Jakarta. Semula ekspose tersebut hanya ditujukan untuk mempresentasikan Kawasan Industri Buton (KIB), namun Direktorat Perhubungan Laut mengalihkan pada pembangunan jembatan Siak. Yang hadir, Sekditjen Hubla, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Perangkat Departemen Perhubungan dan Ditjenla lainnya, Kadishub Riau, Adpel Pekanbaru, Adpel Sungai Pakning, Direksi PT Pelabuhan I Medan.
Hasil persentasi, Tim Ditjenla akan melakukan peninjauan lapangan. Namun setelah melewati batas waktu 90 hari sejak persentasi, Tim Ditjenla tidak turun. Karena tidak adanya keputusan yuridis Menteri Perhubungan, maka diputuskanlah untuk memulai pembangunan pada 31 Desember 2002 dengan melakukan pemancangan tiang pertama.
Delapan belas bulan sejak dipancangkan tiang pertama, tidak ada protes dari pengguna jasa Sungai Siak maupun pihak-pihak lainnya. Pembangunan jembatan terus dilanjutkan hingga mencapai kemajuan fisik 55 persen. Merasa sukses di Siak Sriindrapura, petinggi di pemerintahan Siak membuat rencana pula untuk membuat jembatan di Perawang.
Pada 27 Januari 2004, Bupati Siak berkirim surat ke Dinas Perhubungan Provinsi Riau tentang izin clearence Jembatan Perawang yang terletak di alur Sungai Siak sekitar 35 mil dari Siak Sriindrapura dan dilanjutkan pada 3 Februari 2004, Pemkab berkirim surat ke Menteri Perhubungan Cq Direktur Jenderal Perhubungan Laut soal izin clearence Jembatan Perawang dengan tinggi 23 meter.
Pada 18 Oktober 2004, keluar SK Menteri Perhubungan RI yang menetapkan tinggi clearence Jembatan Siak 30 meter dan Jembatan Perawang 23 meter. Hal ini dinilai aneh karena kedua jembatan terletak pada satu alur sungai, namun kenapa ketinggiannya mesti berbeda.
Di tengah menderunya mesin-mesin di Jembatan Siak, polemik pun semakin melaju pula. Bulan April 2004, Direktur Pelabuhan dan Pengerukan Departemen Perhubungan RI meninjau ke lokasi Jembatan Siak dan meminta hasil notulen rapat yang diadakan di Hotel Pangeran Pekanbaru pada tanggal 10 Juli 2002 dan pernyataan Gubernur Riau waktu itu H Saleh Djasit SH tentang ketinggian Jembatan Siak 23 meter. Juga meminta lagi rekomendasi Gubernur Riau HM Rusli Zainal SE.
Setelah proses berjalan dua tahun, tepatnya 29 Juli 2004, muncul pengaduan PT Manunggal Sejati (MS) di PTUN Pekanbaru. Setelah melalui 12 kali persidangan, dinyatakan gugatan PT MS tidak diterima oleh PTUN -- 6 Desember 2004.
Namun, Surat Mendagri Nomor 630/1043/OTDA, ditujukan ke Gubri pada 23 Agustus 2004, semakin memperuncing polemik. Surat itu intinya menyarankan Pemprov Riau untuk mengambil langkah-langkah/meninjau ulang pembangunan jembatan Siak agar mencapai ketinggian 30 meter.
Hal ini pun ditindaklanjuti Gubri melalui rapat di Kantor Gubernur Riau yang dihadiri oleh Sekwilda Tingkat I Riau, Wakil Wali Kota Pekanbaru, Bupati Siak diwakili Assisten II serta Dinas Perhubungan dan Dinas Kimpraswil. Hasilnya, ketinggian jembatan Siak tidak bisa dinaikkan atau ditinggikan lagi, karena fisik pekerjaan saat itu telah mencapai 55 persen.
Permohonan untuk tidak melanjutkan pembangunan jembatan terus bergulir. Pada 30 Agustus 2004, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) membuat surat kepada Inspektur Jenderal Departemen Dalam Negeri, perihal permohonan tidak melanjutkan pembangunan Jembatan Siak yang tembusannya disampaikan ke Gubernur Riau. Hal ini telah ditindaklanjuti dengan rapat di Kantor Gubernur Riau, bahwa hasil rapat juga tetap tidak dapat menambah ketinggian Jembatan Siak dari 23 meter menjadi 30 meter dari permukaan air tertinggi (HWL), hal ini didasarkan pada kemajuan fisik Jembatan Siak saat itu telah mencapai 55 persen.
18 Oktober 2004, digelar rapat di Departemen Dalam Negeri yang dihadiri unsur berbagai departemen, disepakati; mengingat Pembangunan Jembatan Siak kemajuan fisiknya sudah mencapai 70 persen dan hal ini tidak memungkinkan lagi untuk menambah ketinggian Jembatan Siak lebih dari 23 meter. Sesuai penjelasan Tim LAPI-ITB dan Departemen Kimpraswil, maka telah ditawarkan solusi dengan prinsip saling menguntungkan dan disepakati bersama oleh pihak terkait adalah pertama, mempercepat pembangunan Pelabuhan Buton dengan biaya APBD Provinsi dan APBD kabupaten/kota.
Kedua, jadwal pembangunan Jembatan Siak disesuaikan dengan pembangunan Pelabuhan Buton. Ketiga, pemerintah pusat akan membentuk tim koordinasi terpadu lintas departemen/LPND untuk melakukan supervisi pelaksanaan kegiatan tersebut. Keempat, kesepakatan tersebut dalam huruf a s/d c di atas akan disampaikan kepada Gubernur Riau selaku wakil pemerintah pusat di daerah dengan surat Meteri Dalam Negeri.
Di hari yang sama, juga dilaksanakan rapat di Depdagri yang mengeluarkan surat Menteri Perhubungan RI Ad-interim yang menyatakan clearence Jembatan Siak 30 meter dari muka air tertinggi dan untuk Jembatan Perawang 23 meter.
Di tengah polemik, pembangunan jembatan tetap dilanjutkan. Pada 11 Januari 2005, rapat di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) yang dihadiri lintas departemen yang waktu itu tidak dapat mengambil keputusan dengan adanya surat Menteri Perhubungan RI tanggal 6 Januari 2005 yang menetapkan clearence Jembatan Siak final 30 meter dan Jembatan Perawang clearence 23 meter, Bupati Siak saat itu tidak bisa menerima himbauan surat Menteri Perhubungan RI tersebut, maka sepakatlah oleh pimpinan rapat akan membentuk tim terpadu untuk meninjau langsung ke lapangan.
15 Februari 2005 dengan nomor surat 621.22/367/ST yang ditujukan kepada Bupati Siak perihal Pembangunan Jembatan Siak dengan Rekomendasi surat Menteri Perhubungan RI Nomor AJ.00/I/I.PHB.2005 tanggal 6 Januari 2005 dan surat PT Manunggal Sejati tanggal 20 Desember 2004 serta surat tanggal 10 Januari 2005 yang ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri yang tembusannya kepada Presiden RI, maka Menteri Dalam Negeri menginstruksikan pada Bupati Siak yang intinya, pertama, pembangunan jembatan di Sungai Siak dengan ketinggian hanya 23 meter di atas permukaan air tertinggi telah bertentangan dengan pasal 13 ayat (1) huruf a dan pasal 100 ayat (1) huruf a, b dan c. UU nomor 21 tahun 1997 tentang pelayaran serta menimbulkan permasalahan bagi pengguna alur Sungai Siak.
Kedua, berkenaan hal tersebut di atas pada butir 1 diminta kepada Bupati Siak agar menghentikan pembangunan jembatan di Siak dan melaporkan hasilnya kepada Menteri Dalam Negeri dan tembusannya juga disampaikan ke Presiden RI.
Kini polemik tuntas sudah. Besi-besi yang sempat berkarat, kayu-kayu yang sempat lapuk, kembali disentuh tangan-tangan kasar ratusan buruh. Angka 23 meter, final sudah. Mesin-mesin akan kembali menderu untuk menyatukan dua tower yang sampai detik ini masih terpisah.(mhd nazir fahmi)
Kronologis Pembangunan Jembatan Siak
* 10 Juli 2002: Sosialisasi melalui persentasi rencana pembangunan jembatan Siak di Hotel Pangeran Pekanbaru, dengan tinggi 20 meter dari pasang tertinggi.
* 5 September 2002: Pemkab Siak melakukan ekspos di Departemen Perhubungan Jakarta.
* 31 Desember 2002: Pemancangan tiang pertama jembatan dimulai.
* Januari 2003 s/d Juni 2004: Tidak ada protes dari pengguna jasa Sungai Siak maupun pihak-pihak lainnya. Pembangunan terus berjalan hingga mencapai kemajuan fisik, 55 persen.
* 27 Januari 2004: Surat Bupati Siak ke Dinas Perhubungan Riau tentang izin clearence Jembatan Perawang.
* 3 Februari 2004: Surat Bupati Siak ke Menteri Perhubungan Cq Direktur Jenderal Perhubungan Laut soal izin clearence Jembatan Perawang, dengan tinggi 23 meter.
* April 2004: Direktur Pelabuhan dan Pengerukan Departemen Perhubungan RI meninjau ke lokasi Jembatan Siak.
* 29 Juli 2004: Setelah proses berjalan sekitar dua tahun, muncul pengaduan PT Manunggal Sejati (MS) di PTUN Pekanbaru.
* 23 Agustus 2004: Surat Mendagri Nomor 630/1043/OTDA, ditujukan ke Gubri yang intinya menyarankan Pemprov Riau untuk mengambil langkah-langkah/meninjau ulang pembangunan Jembatan Siak agar mencapai ketinggian 30 meter.
* 30 Agustus 2004: Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) membuat surat kepada Inspektur Jenderal Departemen Dalam Negeri, perihal Permohonan tidak melanjutkan pembangunan Jembatan Siak.
* 18 Oktober 2004: Digelar rapat di Departemen Dalam Negeri Jakarta.
* 11 Januari 2005: Rapat di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) yang dihadiri lintas departemen.
* 15 Februari 2005: Dengan nomor surat 621.22/367/ST yang ditujukan kepada Bupati Siak perihal penghentian pembangunan Jembatan Siak.
* 20 Desember 2005: Pembangunan Jembatan Siak sudah boleh dilanjutkan karena sudah keluar persetujuan dari Menteri Perhubungan Hatta Radjasa.
Langganan:
Postingan (Atom)
Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang
DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...
-
MUHAMMAD SAW bukan hanya seorang nabi dan rasul, tapi juga manusia agung. Teladan yang menjadi uswatun hasanah buat semua manusia. Disegani ...
-
KETIKA Allah SWT menakdirkan awak muncul ke dunia ini pada 28 November 1972 lalu, sang Amak dan Buya memberi nama Nazirman Suwirda. Namun ...