Total Tayangan Halaman

Minggu, 27 November 2011

Allah yang Beri, Allah pula yang Cabut Kekuasaan

KATAKANLAH,"Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Begitu indah pernyataan Allah dalam Alquran Surat Ali Imran ayat 26 ini. Sepatutnyalah sebagai seorang muslim menjadikan ayat ini sebagai patokan dalam berpijak tatkala ingin mendapatkan sebuah 'kerajaan'. Kerajaan bisa berarti kekuasaan. Kekuasaan juga bisa berkonotasi menjadi jabatan, pangkat atau kedudukan. Dalam Islam sebuah jabatan merupakan amanah dan itu harus dijalankan. Makanya, banyak dari sahabat Rasulullah SAW selalu berusaha menghindar dari jabatan. Begitu pula para tabiin, mereka sangat menjaga jarak dengan kekuasaan. Ma'qal bin Yasar berkata, ''Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,''Tidak ada dari seorang hamba yang Allah SWT memintanya memimpin sekelompok orang lalu meninggal dalam keadaan berbuat curang kepada mereka, kecuali Allah SWT akan mengharamkan baginya surga. (Riwayat Bukhori dan Muslim). Beda dengan dunia demokrasi. Jabatan harus dikejar dan itu menjadi rebutan. Sebutlah Pemilukada bupati, gubernur hingga presiden. Semuanya harus dikejar dan dimodali agar bisa meraih jabatan tersebut. Uang benar-benar menentukan untuk bisa menjadi seorang pejabat. Anda mau jadi wali kota? Rasa dulu kocek anda, apa cukup untuk beli 'perahu'. Kalau tidak, jangan coba-coba untuk mengejarnya. Bisa-bisa anda akan gila kalau tidak stres. Jika kita sudah terlanjur mengejar semua jabatan tersebut, peganglah amanah itu dengan baik. Jalankan dan laksanakan apa yang telah anda letakkan di pundak anda sendiri. Semua yang telah didapatkan merupakan sudah keputusan dari Allah SWT. Allahlah yang telah meletakkannya di pundak Anda dan Allah pulalah yang akan mencabutnya sesuai tenggat waktu yang telah ditentukan-Nya. Dengan jabatan itu, Allah pulalah yang memuliakan seseorang dan Allah pulalah yang akan menghinakan seseorang. Mulia jika bisa menjalankan berbagai amanah dengan baik. Bisa berbuat baik kepada sesama manusia yang telah memberikan amanah dan bisa pula menjaga hubungan dengan Allah. Akan dihinakan tatkala tidak bisa menjalankan amanah dengan baik. Berlaku curang selama memimpin, menyuburkan korupsi dan kolusi. Memanfaatkan jabatan untuk kesenangan sendiri. Rakyat ditindas di atas senyum para penyedia 'perahu'. Akhir dari semuanya akan finis di dalam penjara gara-gara dijerat KPK. Naudzubillah minzalik.***

Tidak ada komentar:

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...