Total Tayangan Halaman

Senin, 14 November 2011

Aku Cinta Kamu Pekanbaru...

I Love You Pekanbaru. Kau adalah kampung kedua buat ku. Bertahun-tahun aku bernafas di atas tanahmu. Walau aku tidaklah lahir di sini, tapi aku sudah merasa anak mu. Tahun 1976, saat usiaku empat tahun, aku pun sudah menjejakkan kaki di jalan-jalan aspal, rindang dan masih sangat hijau. Walau saat itu hanya Jalan Sudirman yang dua lajur, tak mengurangi keindahan Pekanbaru. Di Jalan Pandan, kuhabiskan hari-hari ku bermain di antara lautan pasir...tak ada aspal. Jika hujan turun, tidak bisa lewat di anak Sungai Sail yang berwarna hitam. Tak ada jembatan. Ke Jalan Lumba-lumba yang juga ada karib kerabat ku, harus jalan kaki di tengah padang ilalang. Tak jarang berpacu dengan gerombolan babi yang banyak berkeliaran. Jalan Harapanraya tentu saja belumlah ada. Panam hanyalah sebatas tempat lewat dari Sumatera Barat. Masih hutan belantara dan padang ilalang. Jalannya juga masih kecil, namun sejuk. Tak juga ada Jalan Soekarno-Hatta. Untuk ke pusat kota harus melewati komplek AURI tembus ke Jalan Sudirman. Hanya itu jalan satu-satunya yang bisa dilewati bus Gagak Hitam atau Cahaya Kampar. 1976 hingga 1979, aku sering bolak-balek Sumatera Barat Pekanbaru. Orangtuaku yang membuat semua itu terjadi. Yah...sejak era 70, bapakku mencari peruntungan di kota ini sebagai kuli bangunan. Bangun rumah sana, bangun sini. Kalau dipikir-pikir bapakku ternyata ikut juga membangun di kota ini...heee..heee. Tamat SMA tahun 1990, kembali ku langkahkan kaki ke kota ini. Tak ada biaya untuk kuliah, aku pun ikut jejak bapak untuk jadi kuli bangunan di Kota Pekanbaru. Ku jelajahi tiap hari jalan-jalan di kota ini. Ku dayung sepeda dari Jalan Sudirman karena harus kerja di Jalan Rajawali Sakti Panam. Belum lagi harus berkubang lumpur putih habis menurunkan sumur warga yang mengering karena musik kemarau. Aku juga ikut membangun ternyata. Sekelumit kisah ini tentu saja tidaklah membuat aku, bapakku merasa berjasa ikut membangun kota ini. Tentu saja sebelum bapak dan aku, masih banyak deretan nama-nama yang sungguh sangat berjasa dan sangat peduli untuk membangun kota ini menjadi lebih baik. Ya, tentu saja sesuai zamannyalah. Kini, Pekanbaru sudah sangat maju. Apalagi kalau dibandingkan sepuluh atau dua puluh tahun lalu. Jalan-jalan utamanya rata-rata sudah dua lajur. Gedung-gedung bertingkat sudah banyak menjulang ke langit. Banyak mal tempat bermain atau sekedar cuci mata. Banyak rumah-rumah toko menawarkan berbagai kebutuhan warga kota. Mulai sandang, papan hingga jasa. Pekanbaru memang luar biasa. Walau pun sering berasap, sering banjir dan panasnya terkadang minta ampun...tapi aku tetap cinta dengan kota ini. Kota yang ramah dari berbagai sisi adalah harapanku. Tak ada percekauan, tak ada pertelingkahan, tak ada perpecahan. Ramah adalah kebersamaan. Walaupun berbeda sisi pandang...walau berbeda partai...walau berbeda pilihan...tak perlulah kita bersungut-sungut saat jumpa satu dengan lainnya. Tak guna muka masam, tak guna buang muka dan sangat tak berguna kita saling dendam. Mari kita sama-sama membangun kota ini. Sebut tiga kali...I Love You Pekanbaru.(*)

Tidak ada komentar:

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...