Total Tayangan Halaman

Rabu, 16 Januari 2008

Sewindu Telkomsel; Sebuah Upaya Membangun Masyarakat Seluler

Dering Ponsel pun Memecah Keheningan Desa

GEMERCIK air yang menghempas dari satu batu ke batu lain di Batang Antokan yang membelah Jorong (Desa, red) Parit Rantang Kenagarian Geragahan Kabupaten Agam Sumatera Barat benar-benar mendayu hati. Air yang bening nan sejuk tumpahan dari Danau Maninjau ini membuat diri semakin hanyut dengan keindahan alam ciptaan-Nya.
Tatkala diri kian terpesona, sambil melihat ikan-ikan hilir mudik di air yang deras dan jernih, tiba-tiba handphone Nokia 8310 yang ada di saku berdering. Ketika tombol ok di ponsel ditekan, di seberang sana terdengar suara menyapa. ''Lagi di mana, kok bunyi air kuat sekali,'' tanyanya. ''Ini, lagi di tepi Batang Antokan di sebuah desa di Sumbar,'' jawabku kala itu.
Ini hanyalah sekelumit cerita saat berada di desa. Sebenarnya, kalau diingat dua tahun sebelumnya, baik itu di bebatuan Batang Antokan di Sumbar maupun di tepian Sungai Indragiri di Riau, kita tidak akan menemukan orang yang menggantungkan ponsel di pinggang atau disimpan di sakunya. Paling-paling, kita hanya akan bertemu dengan anak-anak desa dengan pancing atau jala di tangan. Sementara di pinggangnya terselip pisau atau golok siap menebas semak-semak yang mengganggu jalan mereka.
Tapi kini semuanya sudah berubah drastis. Seiring dengan era otonomi daerah, teknologi maju pun merambah ke pedesaan dan kampung-kampung. Kalau dulu kita mengenal adanya ABRI Masuk Desa (AMD) atau Koran Masuk Desa (KMD), kini kita disuguhkan dengan Telkomsel Masuk Desa (TMD).
    Telkomsel, salah satu operator selular tertua di Indonesia benar-benar membawa angin segar bagi semua lapisan masyarakat di Nusantara ini. Berkat sentuhan yang ditawarkan Telkomsel, kini masyarakat kota tidak bisa ''menyombongkan'' diri lagi dari masyarakat desa. Kalau dulu semua teknologi maju ada di kota, kini masyarakat desa tidak kalah hebatnya menggunakan teknologi maju tersebut dan tidak lagi tercengang sampai di kota.
   Di beberapa desa yang sudah terlayani jasa telepon seluler, tidak lagi mengherankan kalau seorang petani menenteng ponsel sambil ke sawah, atau seorang pekerja pemanjat kelapa di Indragiri Hilir sebelah tangannya memegang ponsel dan dia terus naik ke puncak pohon.
Semua ini sekarang sudah nyata dan tidak mimpi lagi. Hamparan kebun karet dan sawit di Riau Daratan, di bawahnya kita akan temukan petaninya menggunakan ponsel sambil menyadap getah karet atau mendodos buah sawit. Mereka setiap saat bisa mengetahui perkembangan harga-harga karet atau sawit di pasaran dan mereka tidak bisa dibohongi lagi oleh orang lain terkait harga. Semuanya berkat Telkomsel.
   Kita tak bisa pungkiri, Telkomsel memang memiliki jangkauan layanan terluas di Indonesia. Delapan tahun keberadaannya di Indonesia, banyak sudah perubahan yang telah dilakukannya. Perluasan jaringan terus mereka lakukan, demi memanjakan pelanggannya yang kini sudah mencapai angka tujuh juta di nusantara.
Kini di Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) saja, pelanggan Telkomsel sudah mencatatkan angka satu juta pelanggan. Pelanggan sebanyak ini tersebar di kota dan desa pada empat provinsi seperti Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau Daratan.
''Dan tentu saja pelanggan sebanyak itu harus didukung oleh ketersediaan jaringan yang luas dan kuat. Kita ingin di manapun pelanggan Telkomsel nantinya berada di Sumbagut bisa menikmati pelayanan kita,'' ungkap General Manager Sales and Customer Service Telkomsel Regional Sumbagut Agoes Soekarno dalam suatu kesempatan kepada Riau Pos.
    Ini bukti, dan bukan mimpi. Motto Begitu Dekat, Begitu Nyata benar-benar menjadi cemeti bagi Telkomsel untuk terus bergerak dan berinovasi. Di Provinsi Riau saja, sudah semua kabupaten dan kota terlayani Telkomsel. Mulai dari Pekanbaru, Dumai, Bengkalis, Siak, Rokan Hilir, Rokan Hulu, Kampar, Pelalawan, Kuansing, Rengat, Tembilahan, Tanjungpinang, Karimun, Batam hingga ke tujuh pulau kecil di tengah-tengah Lautan Cina Selatan, Natuna.
   Itu baru kabupaten/kota. Kota-kota kecil yang berstatus kecamatan dan desa sudah banyak terlayani jasa Telkomsel. Lihat saja Minas, Kandis, Duri, Airtiris, Kuok, Sorek hingga ke Kuala Enok Tembilahan. ''Tidak hanya daerah-daerah itu, beberapa pemancar kita juga akan segera berfungsi di beberapa kecamatan dan desa lainnya di Riau Daratan ini,'' kata Manager Grapari Telkomsel Pekanbaru Lukas Pora kepada Riau Pos.
    Kalau jalur dari Pekanbaru, Minas, Kandis, Duri sampai Dumai sudah lama terlayani Telkomsel, bisa jadi dalam waktu tak lama lagi jalur Pekanbaru, Bangkinang hingga ke Sumatera Barat pelanggan Telkomsel tak perlu mematikan ponselnya lagi. ''Memang kita sedang mengupayakan jalur tersebut bisa dinikmati pelanggan Telkomsel,'' jelas Agoes.
   Menurut General Manager Network Operation Telkomsel Regional Sumbagut Gideon Edie Purnomo kepada Riau Pos, untuk memanjakan satu juta pelanggan Telkomsel, di Sumbagut ini sudah dibangun ratusan Base Transceiver Station (BTS) --sekitar 700 ratusan. ''Di Sumbagut kita sudah hadir di 54 kabupaten/kota dari 61 kabupaten/kota yang ada. Jadi tinggal enam kabupaten/kota lagi yang belum terlayani,'' jelasnya.
   Di Riau Daratan, katanya, sudah semua kabupaten/kota terlayani. Di Sumatera Utara, 19 dari 20 kabupaten/kota sudah aktif BTS atau pemacar Telkomsel, di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) 10 dari 15 kabupaten/kota sudah terlayani. ''Dan di Sumatera Barat, 14 dari 15 kabupaten/kota sudah bisa menikmati pelayanan Telkomsel,'' ujarnya.
Delapan tahun Telkomsel benar-benar telah menjadi savana sebagaimana motto ''Dari Rumput Menjadi Savana''. Berawal dari Batam-Bintan sebagai pilot proyek GSM di Indonesia yang merupakan cikal bakal keberadaan Telkomsel, kini perusahaan selular ini telah menjadi market leader.
   Pergeseran segmen pasar niche market di kota-kota besar ke pedesaan semakin membuat Telkomsel susah untuk dikalahkan. Apalagi niatnya untuk mewujudkan pembangunan paradigma baru yakni pemberdayaan berbasiskan sumber daya lokal dengan terlebih dahulu membangun prasarana telekomunikasi di kawasan-kawasan yang sepintas lalu dan dalam jangka pendek mungkin tidak layak secara ekonomi.
    Semua ini bisa kita lihat kenyataannya sekarang. Di Riau Daratan saja, berapa banyak tempat --yang secara jangka pendek tidak ekonomis buat Telkomsel-- semuanya sudah dimasuki operator selular di bawah payung Telkomsel. Petani karet, coklat, sawit, kelapa sampai kepada nelayan di tengah-tengah Sungai Siak yang keruh, kini sudah menikmati fasilitas ponsel tersebut. Mereka tidak bisa dimainkan lagi oleh pedagang perantara terkait harga. Karena dengan ponsel di tangan, mereka kapan pun bisa mengetahui harga di pasaran.
   Belum lagi di Sumatera Barat. Provinsi yang hanya mengandalkan keindahan alamnya tentu saja sangat membutuhkan ketersediaan jaringan telekomunikasi. Kalau dipatok hanya dengan telekomunikasi telepon biasa, kondisinya saat ini sangat memprihatinkan dan sangat susah untuk mendapatkannya. Sementara, sebuah industri pariwisata harus menyediakan banyak fasilitas agar pengunjung betah di tempat tersebut.
 Tentunya, dengan kehadiran Telkomsel di banyak tempat di Sumatera Barat sangat mendukung dunia pariwisata di daerah tersebut. Pengunjung pun bisa betah. Karena kapan dan di manapun mereka berada, informasi dengan orang-orang tersayang, teman, kawan kantor atau teman bisnis tidak terputus.
   Apalagi dengan berbagai fasilitas yang disediakan Telkomsel, pelanggan tidak perlu repot-repot. Mau mengetahui dunia saat memancing di tengah Danau Singkarak, cukup lewat ponsel yang ada kartu Navigatornya. Atau mau transfer uang dan mencek saldo rekening di bank saat berada di tepi Ngarai Sianok Bukittinggi semuanya bisa lewat ponsel.
   Begitu pula halnya di Sumatera Utara yang begitu luas dengan kebun karet, coklat, sawit serta Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang kini sedang dilanda konflik, sudah barang tentu keberadaan Telkomsel menjadi utama dan sangat dibutuhkan. Kalau komunikasi dengan telepon biasa kabelnya bisa diputus orang, lain halnya dengan Telkomsel. Kalau BTS-nya tidak rusak, maka komunikasi akan jalan terus dan tidak akan bisa diputus orang lain --kecuali menunggak pembayaran.
    Dengan kenyataan tersebut, wajar saja operator yang berulang tahun ke-8 tanggal 26 Mei 2003 hari ini sering mendapatkan penghargaan dari hasil cucuran keringat karyawan-karyawannya. Empat kali sejak tahun 1999 hingga 2002, Telkomsel mendapatkan penghargaan Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA) melalui survey yang dilakukan lembaga independen Forontier.
    Penghargaan ICSA tersebut diberikan untuk dua produk terkenal Telkomsel yakni kartuHALO dan simPATI yang terpilih sebagai produk terbaik kategori kartu paskabayar dan prabayar dalam memuaskan pelanggan. Tahun 2001, Telkomsel juga dinobatkan sebagai The Big 10 Leading Company in Indonesia di urutan ke-7.
   Sedangkan di awal tahun 2003 lalu, melalui inovasi penerapan eMobile Technology-Based Multi-bank Mobile Banking, Telkomsel kembali mendapatkan penghargaan berupa honoris CIO 100 Awards dari CIO Magazine, majalah IT yang dikeluarkan oleh International Data Group Singapore.(mhd nazir fahmi)

Pelanggan, BTS dan Jangkauan Layanan Telkomsel

Pelanggan:
Š-- Indonesia : 7 juta
-- Sumbagut : 1 juta
-- Riau Daratan : 300 ribu (lebih kurang)

BTS:
-- Indonesia : 4.050 buah
-- Sumbagut : 700 buah (lebih kurang)
-- Riau Daratan : 180 buah (lebih kurang)
-- Riau Kepulauan : 220 buah (lebih kurang)

Jangkauan Layanan:
-- Sumbagut : 54 kabupaten/kota dari 61 kabupaten/kota
-- Riau Daratan : 11 kabupaten/kota dari 11 kabupaten/kota
-- Sumut : 19 kabupaten/kota dari 20 kabupaten/kota
-- NAD : 10 kabupaten/kota dari 15 kabupaten/kota
-- Sumbar : 14 kabupaten/kota dari 15 kabupaten/kota

Sumber: Telkomsel Jakarta, Sumbagut, Pekanbaru dan Batam

Tidak ada komentar:

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...