Total Tayangan Halaman

Minggu, 20 Januari 2008

Arafah-Muzdalifah-Mina Macet 17 Jam

Sabar, kenyataannya lebih bernilai dari pada segudang uang tatkala menjalankan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah. Banyak uang atau mewahnya fasilitas, tidak menjamin seseorang bisa bertahan saat melaksanakan puncak haji. Arafah-Muzdalifah dan Mina adalah ujian kesabaran terberat.

Catatan Mhd Nazir Fahmi
mnazirfahmi@riaupos.com

BAIK ke Tanah Haram dengan fasilitas plus ataupun reguler, di tiga tempat ini akan merasakan kehidupan berbeda ketika saat berada di tanah air. Bagi seorang pejabat, benar-benar menanggalkan jabatannya. Bagi seorang bos, juga harus membuang jauh-jauh rasa bosnya. Pokoknya, asal dia jamaah haji (kecuali Presiden dan sekelasnya) tidak ada yang diistimewakan di tiga tempat ini.
Seperti di tenda Mina, untuk jamaah haji plus, satu Maktab itu ada 2.500 jamaah haji. Dalam satu maktab, ada 20 buah toilet. Bayangkan saja, kalau ke 2.500 jamaah haji ingin sama-sama buang air, maka satu toilet akan diantre 150 orang. Begitu juga dengan tenda di Arafah, dalam urusan ke belakangan ini jumlah toiletnya sama dengan di Mina.
Kesabaran benar-benar diuji di sini. Itu dalam soal toilet. Belum lagi kalau berbicara masalah kemacetan. Kesabaran benar-benar lebih diuji lagi dan takabur harus dibuang jauh-jauh. Allah benar-benar mengikut prasangkaan hamba-Nya.
Suatu ketika, saat bus-bus jamaah haji lainnya sudah bertolak ke Arafah untuk wukuf dari Mina, empat bus yang mengangkut jamaah Muhibbah Mulia Wisata yang dijanjikan datang pagi, ternyata terjebak macet di terowongan. Tidak bisa keluar. Sebagian jamaah mulai gelisah dan ada yang mengusulkan jalan kaki saja ke Arafah atau arah terowongan di mana bus tertahan.
Sebagian jamaah sabar bertahan. Benar saja, menjelang pukul 10.00 pagi, bus sudah bisa lepas dari kemacetan dengan berjalan mundur sepanjang tiga kilometer. Ternyata Allah berkehendak lain. Satu kilometer menjelang sampai ke tenda, bus tidak diizinkan lagi mundur. Maka, dengan terpaksa seluruh jamaah harus jalan kaki hampir satu kilometer ke tempat bus.
Allah benar-benar mengabulkan keinginan sebagian jamaah. Keinginan jalan kaki, dikabulkan satu kilometer dengan membawa ransel dan berbagai perlengkapan untuk di Arafah dan Muzdalifah. Walaupun sudah agak siang, Alhamdulillah perjalanan ke Arafah sangat lancar. Tidak ada macet. 25 menit sudah sampai di Arafah. Padahal, jamaah lain yang berangkat pagi hampir sama-sama sampai dengan jamaah Muhibbah. Inilah buah kesabaran bagi sebagian jamaah yang mau menunggu.Lain halnya perjalanan dari Arafah-Muzdalifah-Makkah. Inilah ujian terberat bagi jamaah haji. Jumat (9 Zulhijah) usai wukuf, 5 juta lebih jamaah haji sama-sama bertolak untuk mabit (bermalam) di Muzdalifah. Bus-bus dan kendaraan pribadi mulai bergerak dari Arafah saat salat Maghrib.
Jalanan benar-benar macet total. Bergerak sedikit, berhenti berpuluh-puluh menit. Bayangkan, Arafah-Muzdalifah yang kalau hari biasa ditempuh dalam waktu 10 menit, saat haji paling cepat tujuh atau delapan jam.
Tiga bus rombongan jamaah haji plus Muhibbah, pukul 03.00 Alhamdulillah sudah bisa berada di Muzdalifah untuk mabit. Mabitnya di mobil dan tidak bisa turun. Yang paling beruntung, satu bus yang berisi jamaah yang agak sakit-sakit dan tua-tua, pukul 02.00 sudah meninggalkan Muzdalifah dan langsung ke Masjidil Haram untuk melaksanakan Tawaf Ifadah. Mereka tidak boleh parkir lama-lama di Muzdalifah. Pagi harinya mereka sudah berada kembali di tenda Mina.
Sementara tiga bus, baru lepas dari kemacetan di Muzdalifah pukul 11.00 pagi dan langsung ke Makkah untuk Tawaf Ifadah di Masjidil Haram. Selama 17 jam, jamaah harus berada di dalam bus. Untungnya, bus tidak ada kendala. AC bisa hidup terus dan bus tidak kehabisan minyak.
Bagi jamaah yang busnya terjebak macet sudah di Muzdalifah cukup beruntung karena bisa sekalian mabit. Banyak juga jamaah haji lainnya yang berangkat agak malam dari Arafah, busnya tidak bisa mencapai Muzdalifah sebelum Subuh. Makanya, mereka tidak bisa mabit.
Tak puas dengan 17 jam macet dari Arafah-Muzdalifah-Makkah, ribuan bus kembali terjebak macet di ruas jalan dari Makkah-Mina setelah salat Maghrib, 10 Zulhijah. Jutaan jamaah haji yang sudah tahalul awal dengan melaksanakan Tawaf Ifadah, mengejar melontar jumrah Aqabah di Mina.
Satu bus jamaah plus Muhibbah yang berangkat awal dari Makkah turut terjebak di tengah ribuan bus-bus jamaah haji lainnya di mulut terowongan Muhasyim. Bayangkan, setelah 17 jam merasakan macet sebelumnya, berselang beberapa jam dihantam macet lagi. Beberapa jamaah ada yang gelisah dan kurang sabar dengan kondisi tersebut.
Perjalanan Makkah-Mina yang hari biasa ditempuh dalam waktu 15 menit dengan bus, kenyataannya di musim haji dengan kemacetan yang ada baru sampai di tenda Mina pukul 03.00 pagi. Sembilan jam lagi dicoba kesabaran dengan macet. Buah kesabaran apa? Sampai di Mina saat melontar jumrah Aqabah sangat lancar dan sepi orang. Dengan mudah jamaah bisa melakukan pelontaran di jamarat.(*)

Tidak ada komentar:

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...