Total Tayangan Halaman

Selasa, 08 Desember 2009

Skenario Besar sang Kancil

KETIKA hiruk pikuk rekaman percakapan Anggodo diputar di depan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait kriminalisasi pimpinan KPK, hati rakyat benar-benar tersayat. Beberapa hari rekaman itu menjadi perbincangan hangat di pelosok negeri. Di tengah riuh rendahnya rekaman yang menyeret nama-nama terkenal di republik ini, tiba-tiba Wiliardi Wizar membuat kejutan. Ia mengaku ditekan petinggi Polri dalam membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Targetnya, Antasari Azhar masuk perangkap.
  Walaupun masih sama-sama kasus KPK, namun pengakuan Wizar kembali menyentak relung hati orang banyak. Hiruk-pikuk rekaman Anggodo, mulai pudar. Kini, sibuk pengakuan Wiliardi Wizar. Kasus bencana alam seperti gempa, saat ini kalah ngetren dibanding masalah cicak dan buaya.
  Walaupun cukup memerahkan muka pimpinan di Polri, lembaga ini pun membuat serangan balik. Polisi juga membuat pengakuan yang mementahkan kesaksian Wiliardi Wizar. Sampai-sampai video klip Wiliardi saat pembuatan BAP pun diputar di muka umum.
  Intisari persoalannya adalah pengakuan. Dalam pengakuan, ada yang benar-benar jujur dan ada yang benar-benar bohong. Namun saat ini antara yang jujur dan bohong sangat susah untuk membedakan. Kini, kejujuran sering dibungkus dengan kebohongan dan dijadikan satu paket. Lalu, diselingi dengan sumpah.
  Cicak dan buaya memang lagi berseteru. Tapi kancil berperan besar dalam perseteruan ini. Kancil, terkenal dengan binatang yang cerdik dan juga licik. Dalam berbagai cerita untuk penina bobok jelang tidur, kancil selalu jadi pemenang. Siapapun lawannya, tetap kancillah yang menang.
  Ya itulah kancil. Semua cara dipakainya untuk menyelamatkan dirinya. Berbohong, adalah senjatanya. Tak peduli lawannya celaka akibat pengakuannya. Yang penting dirinya selamat. Saat terperangkap sekalipun, kancil masih bisa menipu yang lain. Teman dekatnya sanggup dia korbankan dengan berbagai skenario besar.
  Dari ketiga binatang ini, tak ada yang baik sifatnya. Cicak, termasuk binatang yang dibenci Rasulullah SAW. Dalam suatu riwayat, cicak satu-satunya binatang yang tak mau mendinginkan api saat Nabi Ibrahim AS dibakar. Malah cicak selalu menyemburkan api dari mulutnya. Apalagi buaya, sudah pahamlah orang dengan sifatnya. Ada air mata buaya, buaya darat, dan buaya-buaya lainnya.
  Namun, berbagai persoalan di negeri ini, seakan-akan sudah diskenario dengan apik sehingga satu episode dengan episode lainnya saling sambung menyambung. Ibarat sinetron, satu episode selalu ratingnya tinggi agak beberapa hari. Lalu, muncul lagi sinetron berikut yang mengubur sinetron sebelumnya. Entah kapan ending-nya.(*)

Tidak ada komentar:

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...