KISRUH di ruang dewan kembali terjadi di tanah Melayu ini. Kalau sebelumnya terjadi perkelahian terbuka sesama anggota dewan di Dumai, Rabu (2/12) giliran DPRD Inhu yang 'ramai'. Gara-gara salah sebut, papan nama dan gelas beterbangan ke hadapan Kasat Lantas Polres Inhu. Anggota DPRD pun mengamuk. Mengapa begitu mudah anak bangsa saat ini tersulut marah dan mengumbar amukan?
Kejadian salah sebut antara Anggota Dewan dengan Anggota Hewan oleh Kasat Lantas Polres Inhu dalam sosialisasi di depan anggota DPRD Inhu, seharusnya disikapi tanpa mengumbar nafsu. Memang, kesabaran itu ada batasnya. Tapi kalau kita sanggup bersabar, adalah salah satu derajat tertinggi dalam keimanan. Beberapa kali Rasulullah SAW diludahi seorang kafir, namun dia tetap bersabar. Malah saat sang kafir itu sakit, Rasul menjenguknya. Akhirnya si kafir masuk Islam gara-gara terpesona dengan kesabaran Rasulullah.
Secara psikologi, memang cukup dalam ketersinggungan tatkala seseorang menyebut kita dengan hewan, apalagi sampai berkali-kali. Namun, sebagai manusia yang mampu mengendalikan hawa nafsu haruslah bersikap lebih bijaksana. Bukankah mengendalikan hawa nafsu itu sebagai bentuk pembedaan antara manusia dengan hewan. Walaupun Aristoteles sendiri menyebut manusia adalah hewan yang berakal atau animale humaniora.
Apatah lagi kita baru saja melaksanakan hari raya kurban. Sisa-sisa daging kurban pun kemungkinan masih tersimpan di rumah-rumah. Hikmah berkurban pun masih terngiang di telinga ketika khatib salat Idul Adha kembali membuka lembaran sejarah tentang ibadah tersebut.
Dari banyak hikmah yang ada dalam ritual kurban adalah makna penyembelihan. Pemotongan hewan kurban merupakan simbol tentang pentingnya kita menghilangkan hawa nafsu kehewanan yang kadang-kadang muncul dalam diri manusia, agar kita lebih termotivasi dan lebih mengedepankan rasa kemanusiaan dan hati nurani kemanusiaan dari pada rasa kehewanan dan sifat-sifat hewan yang lainnya yang cenderung mengedepankan hawa nafsu.
Satu kesalahan cakap terhitung kedalam kekhilafan. Tapi kalau cakap yang salah dilakukan berulang-ulang, inilah yang membuat kita celaka. Seperti kata pepatah: Hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama dua kali. Nabi Muhammad SAW juga melarang kita berperilaku seperti keledai dari hadis riwayat Abu Hurairah ra: Dari Nabi SAW, beliau bersabda: Seorang mukmin tidak boleh dua kali jatuh dalam lubang yang sama.(Shahih Muslim).***
Total Tayangan Halaman
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang
DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...
-
MUHAMMAD SAW bukan hanya seorang nabi dan rasul, tapi juga manusia agung. Teladan yang menjadi uswatun hasanah buat semua manusia. Disegani ...
-
KETIKA Allah SWT menakdirkan awak muncul ke dunia ini pada 28 November 1972 lalu, sang Amak dan Buya memberi nama Nazirman Suwirda. Namun ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar