Melawat ke Kota 'Daulat Tuanku' Negeri Sembilan, Malaysia (1)
Port Dickson adalah pintu gerbang masuk ke Negeri Sembilan, Malaysia melalui jalur laut. Dari Dumai ke Port Dickson memakan waktu empat jam menggunakan feri. Pelabuhannya bersih dan sangat familiar dengan orang Indonesia. Kata-kata Selamat Datang terpampang sangat besar menghadap ke laut.
Laporan Mhd Nazir Fahmi,
Negeri Sembilan
TIDAK hanya itu yang familiar, bangunan pelabuhannya sangat dikenal banyak orang di Indonesia. Atap gedung Jeti Penumpang Port Dickson tersebut berarsitek 'Bagonjong', ciri khas rumah adat Minangkabau. Walau tidak begitu runcing gonjongnya, tapi orang akan cepat membaca bahwa itu mirip rumah adat di Sumatera Barat.
Berdasar ciri khas bangunan ini, Negeri Sembilan memang mirip dengan beberapa negeri di Sumatera Barat. Makanya sejak dulu orang menyebutnya kota kembar dengan Bukittinggi atau Batusangkar yang masih banyak rumah bagonjongnya.
Dari Port Dickson menuju beberapa negeri nan sembilan lainnya, Seremban misalnya, bangunan bagonjong makin banyak dijumpai. Jembatan-jembatan penyeberangan, gapura hendak masuk tol hingga kantor-kantor tol dibangun dengan gaya tanduk kerbau.
Lebih dalam menyelami tentang Negeri Sembilan, kita bisa mendatangi Musium Diraja Seri Menanti Kuala Pilah Seremban. Menurut Asrul Effendi Bin Kamaruzzaman, Penolong Kurator Unit Manumen dan Tapak Sejarah Lembaga Muzium Negeri Sembilan saat rombongan DPD Association of the Indonesia Tours and Travel (ASITA) Riau berkunjung, Musium Diraja Seri Meranti merupakan salah satu istana lama Malaysia yang indah dari segi bentuk seni bina tradisional. Dibuat dalam tahun 1905 dan siap pada tahun 1908 oleh tukang kayu yang mahir dan terkenal bernama Kahar dan Taib. Salah satu yang menarik mengenai istana ini adalah dalam pembuatannya tidak menggunakan sebuah pakupun.
Istana ini dibangun dengan empat lantai dan ditopang dengan 99 batang kayu. Beberapa kayunya diambil dari Bukittinggi malah. Di tengah-tengah bangunan istana ini didirikan menara yang dinamakan Tingkat Gunung. Struktur atas bangunan menggunakan kayu cengal yang berbentuk Lipatan Gunting. Pada lantai pertama istana ini digunakan sebagai Balai Rong Seri untuk upacara menghadap raja. Lantai ke dua tempat tidur atau ruang istirahat keluarga kerabat raja dan lantai tiga dikhaskan untuk Yang Dipertuan Besar dan tingkat empat sebagai tempat raja memantau rakyatnya.
Atap istana terbuat dari potongan kayu, tapi tidak bergonjong sebagaimana bangunan lamanya yang dulu pernah dibakar oleh tentara Inggris. Di luar istana ada batu kasur dan replika batu bertikam. Dua batu ini yang aslinya ada di Batusangkar, Sumatera Barat. Di halaman istana ada dua bangunan dengan ciri khas Minangkabau yang saling berhadap-hadapan. Di depannya ada halaman untuk bermain yang dijadikan sebagai Medan nan Bapaneh.
Di dalam istana, terdapat beberapa catatan-catatan sejarah tentang asal muasal raja-raja di Negeri Sembilan. Dari catatan yang ada dan ditempel di dinding istana, sangat banyak menyebut kata-kata dari Minangkabau dan Pagaruyung. Dari silsilah yang ada membuktikan raja-raja Negeri Sembilan berasal dari keturunan Kerajaan Pagaruyung.
Di istana ini semuanya memang ala tradisional. Apa adanya dan belum tersentuh dengan perkembangan multimedia ala musium-musium lainnya. Ingin yang lebih maju dan serba multimedia, kita bisa pergi ke Musium Adat di Jelebu.
Di Jelebu ini, rasa Minangkabaunya sangat kental. Di musium maupun bangunan di sekitarnya, rata-rata menggunakan atap bagonjong. Persis gonjongnya seperti di Sumatera Barat. Orang-orang di pasar sering menggunakan bahasa Minang dalam kesehariannya.
Saat rombongan ASITA Riau yang dipimpin Ibnu Masud memasuki musium yang diresmikan tahun 2008 ini, seorang ibu langsung menyambut dengan bahasa Minang yang sangat pas. ''Awak dari Payokumbuah, nenek jo inyiak ambo dari sinan. Tapi awak indak pernah pulang. Indak ado pitih,'' kata Asmerino (43).
Azmerino yang bersuku Caniago ini mengaku selalu berbahasa Minang di rumah maupun di pasar. Apalagi di pasar banyak orang Minang dan rata-rata menjadi saudagar di Negeri Sembilan. ''Kalau bajumpo, kami alah babahaso Minang sajo,'' jelasnya.
Di Musium Adat terhimpun cerita berbagai aspek kehidupan masyarakat Malaysia yang dianggap adat. Selain itu juga memamerkan aspek-aspek kehidupan adat melalui artifak dan naratif. Semuanya menjadi produk wisata.
Musium ini berdiri dengan empat lantai dengan kekhasan berbeda-beda. Ada satu lantai yang khusus menceritakan tentang adat merantau orang Minang yakni di Galeri Aras 3 yakni Adat Perpatih. Di sini akan lebih jelas diceritakan tentang kedatangan orang-orang Minang ke Negeri Sembilan.
Menurut Rosman Bin Ayub, Pembantu Museum Kanan, Adat Perpatih Negeri Sembilan adalah variasi adat alam Minangkabau. Adat Perpatih melestarikan kehidupan masyarakat tempatan melalui prinsip kerukunan hidup termasuk konsep dan amalan budi, undang-undang, perlembagaan, kuasa adat, kepentingan harta, kekeluargaan, asal muasal alam, dan aspek-aspek kehidupan yang lain.
Walaupun Adat Perpatih yang diamalkan oleh masyarakat pedalaman Negeri Sembilan telah melalui proses pengubahsuaian, namun dasar adat ini masih kekal yakni menasabkan keturunan berdasarkan garis ibu atau matrilineal dan ini sama dengan di Sumatera Barat.
Di dalam musium juga dipajang peta-peta perjalanan orang-orang tempo dulu dari Sumatera Barat, lalu ke Siak dan terus ke Malaysia. Juga ada ranji-ranji keturunan raja-raja yang bermula dari Iskandar Zulkarnain. Talempong, kuda lumping, wayang kulit dan gamelan juga dipajangkan sebagai sebuah kebudayaan warga Malaysia.
Orang-orang di Negeri Sembilan memang susah untuk dibedakan dengan orang Minang. Tidak hanya masalah adat istiadat, dalam hal makanan pun tak jauh-jauh bedanya. Yang namanya masakan bersantan atau gulai, selalu ada dalam menu kalau kita makan di rumah-rumah makan di daerah ini. Semuanya serba kental dan pedas. Wajarlah saat Shanghai World Expo 2010, Malaysia tampil dengan stan ala rumah bagonjong.
Alamnya juga banyak bukit, gunung, sungai, lembah hingga pantai seperti di Sumatera Barat. Semuanya sudah digarap oleh pihak Kerajaan dan pihak swasta dalam hal ini Malaysian Association of Tour and Travel Agents (MATTA) Negeri Sembilan dengan baik. Semua infrastruktur jalan sudah terbangun ke pusat-pusat pariwisata di negeri ini. Walaupun kendaraannya sepi, tapi tol tetap dibangun demi menunjang pelancongan.(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar