Total Tayangan Halaman
Jumat, 21 Mei 2010
Dari RS Gratis hingga Naik Burung Onta
Selain kaya dengan beragam adat istiadat, Negeri Sembilan, Malaysia juga menyimpan banyak potensi wisata lainnya yang patut dikunjungi. Tidak hanya menjual wisata alam, rumah sakit dan perguruan tinggi selalu dimasukkan ke agenda pelancongan.
Laporan Mhd Nazir Fahmi,
Negeri Sembilan
DALAM kunjungan rombongan DPD Association of the Indonesia Tours and Travel (ASITA) Riau ke Negeri Sembilan 14-17 Mei lalu, ada dua rumah sakit swasta yang dikunjungi. Ada Mawar Renal Medical Centre dan KPJ Seremban Specialist Hospital. Dua rumah sakit ini memiliki kelebihan masing-masing. Tapi, secara teknologi rata-rata menggunakan alat-alat modern dengan dokter siaga 24 jam.
Mawar Renal Medical Centre yang berada di Jalan Rasah Seremban, merupakan rumah sakit khusus untuk penyakit homodialisis atau penyakit ginjal. Inilah satu-satunya rumah sakit di Malaysia yang mengkhususkan merawat orang-orang berpenyakit ginjal.
Menariknya, rumah sakit ini menggratiskan biaya perawatan bagi warga Malaysia yang dikategorikan miskin. ''Rumah sakit ini bukan untuk komersial, tapi dikhususkan untuk membantu warga miskin,'' kata Dato' DR Yeow Chai Thiam, The Founder and Chairman of Pusat Hemodialisis Mawar and Mawar Renal Medical Centre.
Bagi warga miskin yang dirawat di Mawar, menurut Yeow, tidak bayar. Yang membayar ke rumah sakit adalah pihak donatur yang bersimpati dengan Mawar. Bagi yang tidak miskin, biaya perawatan juga bisa dinego. Bagi warga asing pun hanya dikenakan cas 200 ringgit. ''Kita tak lihat dari mana orangnya. Asal dia bertempat tinggal di Malaysia dan berstatus warga miskin, biaya perawatan hingga sembuh tidak dikenai sepersen pun,'' katanya lagi.
Walau pun tidak dibayar dan yang lainnya juga murah, jelas Yeow, peralatan kedokteran di Mawar bukan murahan. Semuanya serba canggih. Saat ini di Mawar ada 200 buah alat canggih untuk mencuci darah. Ada juga alat untuk operasi jantung yang canggih. Untuk biaya, kata Yeow semuanya bisa dibincangkan.
Kalau KPJ Seremban Specialist Hospital lebih mengkhususkan kepada perawatan penyakit jantung. Dokter spesialis di sini bekerja 24 jam untuk KPJ. Mereka tidak boleh praktek ke rumah sakit lainnya. KPJ punya banyak cabang di Malaysia. Juga ada di Sumatera Barat. Namanya RS Selasih. Tapi kini RS tersebut tinggal puing-puing karena hancur digoyang gempa beberapa waktu lalu. Dari kedua rumah sakit tersebut, selalu menawarkan harga yang terbilang murah di banding beberapa rumah sakit di tempat lainnya.
Selain berkunjung ke dua rumah sakit, rombongan juga dikenalkan dengan Nilai University College (NUC). Perguruan tinggi yang memfokuskan kepada perbisnisan ini terletak di atas tanah seluas 105 hektare. Kampusnya apik, indah dan asri. Peralatannya serba canggih.
Kata Eileen Tan, Marketing Management NUC, untuk mahasiswa yang kuliah di Nilai hanya dipungut uang kuliah saja dan biaya hidup selama menuntut ilmu. Uniknya, kuliah di Nilai, ijazahnya dikeluarkan oleh Oxford University dan bisa langsung menuntut S2 di Oxford.
Perguruan tinggi ini benar-benar serius menggarap dunia perbisnisan. Ada satu jurusan yakni Teknik Perawatan Pesawat Terbang dibuka di universitas ini. Ada juga program Bioteknologi menjadi hal yang diseriusi perguruan tinggi ini.
Ingin tahu dengan burung onta, bisa datang ke Jelita Impian Jelebu di Seremban yang khusus beternak burung onta. Produk-produk turunan dari burung ini pun diolah menjadi kosmetik. Ini pun menjadi tempat menarik untuk berwisata. Di sini pun bisa mendapatkan Surat Izin Mengendarai (SIM) burung onta. Pengunjung bisa naik punggung onta atau bisa pula menyaksikan pacu burung onta. Pokoknya, asyiklah.
Mau tahu tentang perjuangan rakyat Malaysia zaman tempo dulu, bisa mengunjungi Muzium Tentara Darat di Port Dickson. Semuanya mengoleksi senjata zaman perjuangan dulu mulai dari yang semi tradisionil hingga modern. Ada juga terowongan partai Komunis yang pernah memberontak di Malaysia. Semuanya dipajang dan dirancang dengan sistem multimedia.
Empat hari melawat di Negeri Sembilan, belum semua tempat wisata terjalani. Banyak tempat-tempat lain yang patut dikunjungi. Pantainya yang indah, makanannya yang murah, mungkin menjadi salah satu tempat pilihan buat Anda dalam mengisi hari libur.(*)
Di Kampung Pachitan, Tidur di Rumah Bapak Angkat
Bagusnya infrastruktur jalan di Malaysia benar-benar berefek positif kepada rakyatnya. Perekonomian maju, semuanya mudah untuk dijual karena akses sudah terbuka. Kampung-kampung pun berlomba untuk menjual jasa pariwisata kepada pelancong.
Laporan Mhd Nazir Fahmi,
Negeri Sembilan
KAMPUNG Pachitan, Negeri Sembilan adalah salah satunya. Letaknya tak begitu jauh dari Jeti Penumpang Port Dickson. Jalannya besar, sangat mulus serta tertata dengan apik. Kampung ini dikelilingi oleh kebun sawit milik warga di sana.
Dari namanya, kampung ini mengingatkan dengan sebuah kota di Jawa Timur, Pacitan. Apakah ada hubungannya? Ternyata benar ada. Di Kampung Pachitan, rata-rata penduduknya keturunan Jawa Timur. Makanya, bahasa sehari-hari mereka juga menggunakan Bahasa Jawa. Ngumpul-ngumpul di tepi jalan, bahasa Jawa mereka kedengaran dan sangat kental.
Di kampung ini tidak ada tempat wisata yang indah, tidak ada pula hotel berbintang. Tapi kampung ini masuk menjadi salah satu tempat tujuan wisata yang dijual oleh Malaysian Association of Tour and Travel Agents (MATTA) Negeri Sembilan. Sudah ribuan orang turis lokal maupun mancanegara menikmati 'keindahan' Kampung Pachitan.
Di saat kedatangan rombongan DPD Association of the Indonesia Tours and Travel (ASITA) Riau yang dipimpin Ibnu Masud ke kampung ini, turun dari mobil langsung disambut dengan pukulan rebana dan siraman beras kunyit. Di bawah tenda yang sudah disediakan di kampung itu, rombongan pun dipersilakan mencicipi makanan khas di sana. Ada ubi ketuk dan tempe bacem. Benar-benar terasa Jawanya.
Di saat senja menjelang, pengurus MATTA Negeri Sembilan yang dikomandani Dato Hj Yaacob B Hj Hussin pun mengumumkan nama-nama bapak angkat dan orang-orang yang akan dijadikan anak angkat. Jadi, rombongan ASITA akan dijadikan anak angkat dan akan tidur di rumah bapak angkat.
Di sinilah letak keunikannya. Bapak angkat pun membawa anak angkat ke rumahnya untuk tidur malam itu. Saya, Ibnu Masud dan Milson Joni, salah seorang anggota ASITA mendapat bapak angkat bernama H Ismail Bin H Harun yang berumur 64 tahun. Dengan mobil kecilnya, kami pun dibawa ke rumahnya di 648 Kg Sawah Pachitan 71960 Lukut, Negeri Sembilan.
Di rumahnya nan asri, sudah tersedia dua kamar dari enam kamar yang ada di rumah itu untuk kami bertiga menginap malam itu. Fasilitasnya, seperti hotel bintang 3. Ismail pun melayani bak pelayan hotel. Disediakan handuk, air mineral dan berbagai kebutuhan lainnya.
Ya, rumah Ismail salah satu dari 38 rumah yang dijadikan homestay di Kampung Pachitan. Menurut Ismail, program homestay dimulai sejak tahun 2006. Di Negeri Sembilan ada delapan kampung yang membuka program homestay atas rekomendasi Kementerian Pelancongan Malaysia. Sejak saat itu, sudah ratusan tamu yang menginap di rumahnya dari berbagai negara.
Menginap di rumah bapak angkat bukannya gratis. Menurut Ismail, kalau orang per orang, biaya satu malamnya 40-50 ringgit Malaysia. Kalau rombongan agak mahal, bisa jadi kena perorangnya 100 ringgit. Ini disebabkan karena adanya penyambutan, penampilan kebudayaan dan lain-lainnya.
Memang, malam itu diadakan penyambutan dan malam kesenian. Ada gamelan serta penampilan musik rebana dikombinasikan dengan organ. Sebelum acara dimulai, rombongan makan bersama dengan sistem ambang, satu talam untuk lima orang dan makan bersama bapak angkat.
Keramahtamahan dan pencampuran kebudayaan itulah yang ditawarkan Kampung Pachitan. Ada juga program mendodos sawit, menderes getah, menangkap ikan di sungai. Semuanya dikerjakan oleh orang kampung.
Ekonomi kerakyatan, itulah istilahnya. Selain menjual nama daerah, mereka juga bermata pencaharian sebagai pemilik homestay. Program ini menjadi pilihan lain oleh pelancong yang tidak dapat hotel di Kuala Lumpur. Pachitan sangat dekat dengan bandara, harganya pun sangat murah dan meriah.(bersambung)
Rabu, 19 Mei 2010
Beradat Perpatih, Rumah 'Bagonjong' di Mana-mana
Melawat ke Kota 'Daulat Tuanku' Negeri Sembilan, Malaysia (1)
Port Dickson adalah pintu gerbang masuk ke Negeri Sembilan, Malaysia melalui jalur laut. Dari Dumai ke Port Dickson memakan waktu empat jam menggunakan feri. Pelabuhannya bersih dan sangat familiar dengan orang Indonesia. Kata-kata Selamat Datang terpampang sangat besar menghadap ke laut.
Laporan Mhd Nazir Fahmi,
Negeri Sembilan
TIDAK hanya itu yang familiar, bangunan pelabuhannya sangat dikenal banyak orang di Indonesia. Atap gedung Jeti Penumpang Port Dickson tersebut berarsitek 'Bagonjong', ciri khas rumah adat Minangkabau. Walau tidak begitu runcing gonjongnya, tapi orang akan cepat membaca bahwa itu mirip rumah adat di Sumatera Barat.
Berdasar ciri khas bangunan ini, Negeri Sembilan memang mirip dengan beberapa negeri di Sumatera Barat. Makanya sejak dulu orang menyebutnya kota kembar dengan Bukittinggi atau Batusangkar yang masih banyak rumah bagonjongnya.
Dari Port Dickson menuju beberapa negeri nan sembilan lainnya, Seremban misalnya, bangunan bagonjong makin banyak dijumpai. Jembatan-jembatan penyeberangan, gapura hendak masuk tol hingga kantor-kantor tol dibangun dengan gaya tanduk kerbau.
Lebih dalam menyelami tentang Negeri Sembilan, kita bisa mendatangi Musium Diraja Seri Menanti Kuala Pilah Seremban. Menurut Asrul Effendi Bin Kamaruzzaman, Penolong Kurator Unit Manumen dan Tapak Sejarah Lembaga Muzium Negeri Sembilan saat rombongan DPD Association of the Indonesia Tours and Travel (ASITA) Riau berkunjung, Musium Diraja Seri Meranti merupakan salah satu istana lama Malaysia yang indah dari segi bentuk seni bina tradisional. Dibuat dalam tahun 1905 dan siap pada tahun 1908 oleh tukang kayu yang mahir dan terkenal bernama Kahar dan Taib. Salah satu yang menarik mengenai istana ini adalah dalam pembuatannya tidak menggunakan sebuah pakupun.
Istana ini dibangun dengan empat lantai dan ditopang dengan 99 batang kayu. Beberapa kayunya diambil dari Bukittinggi malah. Di tengah-tengah bangunan istana ini didirikan menara yang dinamakan Tingkat Gunung. Struktur atas bangunan menggunakan kayu cengal yang berbentuk Lipatan Gunting. Pada lantai pertama istana ini digunakan sebagai Balai Rong Seri untuk upacara menghadap raja. Lantai ke dua tempat tidur atau ruang istirahat keluarga kerabat raja dan lantai tiga dikhaskan untuk Yang Dipertuan Besar dan tingkat empat sebagai tempat raja memantau rakyatnya.
Atap istana terbuat dari potongan kayu, tapi tidak bergonjong sebagaimana bangunan lamanya yang dulu pernah dibakar oleh tentara Inggris. Di luar istana ada batu kasur dan replika batu bertikam. Dua batu ini yang aslinya ada di Batusangkar, Sumatera Barat. Di halaman istana ada dua bangunan dengan ciri khas Minangkabau yang saling berhadap-hadapan. Di depannya ada halaman untuk bermain yang dijadikan sebagai Medan nan Bapaneh.
Di dalam istana, terdapat beberapa catatan-catatan sejarah tentang asal muasal raja-raja di Negeri Sembilan. Dari catatan yang ada dan ditempel di dinding istana, sangat banyak menyebut kata-kata dari Minangkabau dan Pagaruyung. Dari silsilah yang ada membuktikan raja-raja Negeri Sembilan berasal dari keturunan Kerajaan Pagaruyung.
Di istana ini semuanya memang ala tradisional. Apa adanya dan belum tersentuh dengan perkembangan multimedia ala musium-musium lainnya. Ingin yang lebih maju dan serba multimedia, kita bisa pergi ke Musium Adat di Jelebu.
Di Jelebu ini, rasa Minangkabaunya sangat kental. Di musium maupun bangunan di sekitarnya, rata-rata menggunakan atap bagonjong. Persis gonjongnya seperti di Sumatera Barat. Orang-orang di pasar sering menggunakan bahasa Minang dalam kesehariannya.
Saat rombongan ASITA Riau yang dipimpin Ibnu Masud memasuki musium yang diresmikan tahun 2008 ini, seorang ibu langsung menyambut dengan bahasa Minang yang sangat pas. ''Awak dari Payokumbuah, nenek jo inyiak ambo dari sinan. Tapi awak indak pernah pulang. Indak ado pitih,'' kata Asmerino (43).
Azmerino yang bersuku Caniago ini mengaku selalu berbahasa Minang di rumah maupun di pasar. Apalagi di pasar banyak orang Minang dan rata-rata menjadi saudagar di Negeri Sembilan. ''Kalau bajumpo, kami alah babahaso Minang sajo,'' jelasnya.
Di Musium Adat terhimpun cerita berbagai aspek kehidupan masyarakat Malaysia yang dianggap adat. Selain itu juga memamerkan aspek-aspek kehidupan adat melalui artifak dan naratif. Semuanya menjadi produk wisata.
Musium ini berdiri dengan empat lantai dengan kekhasan berbeda-beda. Ada satu lantai yang khusus menceritakan tentang adat merantau orang Minang yakni di Galeri Aras 3 yakni Adat Perpatih. Di sini akan lebih jelas diceritakan tentang kedatangan orang-orang Minang ke Negeri Sembilan.
Menurut Rosman Bin Ayub, Pembantu Museum Kanan, Adat Perpatih Negeri Sembilan adalah variasi adat alam Minangkabau. Adat Perpatih melestarikan kehidupan masyarakat tempatan melalui prinsip kerukunan hidup termasuk konsep dan amalan budi, undang-undang, perlembagaan, kuasa adat, kepentingan harta, kekeluargaan, asal muasal alam, dan aspek-aspek kehidupan yang lain.
Walaupun Adat Perpatih yang diamalkan oleh masyarakat pedalaman Negeri Sembilan telah melalui proses pengubahsuaian, namun dasar adat ini masih kekal yakni menasabkan keturunan berdasarkan garis ibu atau matrilineal dan ini sama dengan di Sumatera Barat.
Di dalam musium juga dipajang peta-peta perjalanan orang-orang tempo dulu dari Sumatera Barat, lalu ke Siak dan terus ke Malaysia. Juga ada ranji-ranji keturunan raja-raja yang bermula dari Iskandar Zulkarnain. Talempong, kuda lumping, wayang kulit dan gamelan juga dipajangkan sebagai sebuah kebudayaan warga Malaysia.
Orang-orang di Negeri Sembilan memang susah untuk dibedakan dengan orang Minang. Tidak hanya masalah adat istiadat, dalam hal makanan pun tak jauh-jauh bedanya. Yang namanya masakan bersantan atau gulai, selalu ada dalam menu kalau kita makan di rumah-rumah makan di daerah ini. Semuanya serba kental dan pedas. Wajarlah saat Shanghai World Expo 2010, Malaysia tampil dengan stan ala rumah bagonjong.
Alamnya juga banyak bukit, gunung, sungai, lembah hingga pantai seperti di Sumatera Barat. Semuanya sudah digarap oleh pihak Kerajaan dan pihak swasta dalam hal ini Malaysian Association of Tour and Travel Agents (MATTA) Negeri Sembilan dengan baik. Semua infrastruktur jalan sudah terbangun ke pusat-pusat pariwisata di negeri ini. Walaupun kendaraannya sepi, tapi tol tetap dibangun demi menunjang pelancongan.(bersambung)
Belajarlah ke Cina...
Saya tidaklah akan mengungkapkan kemarahan atas kepindahan kantor BOB tersebut ke Jakarta. Saya berprasangka baik saja. Mungkin Pertamina lagi efisiensi dan menggabungkan semua kantornya ke Jakarta. Berhemat, mungkin itu ceritanya.
Hanya saja, Jakarta ini yang kini jadi persoalan. Sebagai pusat pemerintahan, kita sudah tahu Jakarta sudah sangat padat. Arus urbanisasi seakan tidak terkendali, migrasi dari berbagai tempat di nusantara ini. Tujuannya Jakarta lagi.
Nah, Pertamina pun menambah parah Jakarta dengan memindahkan kantor BOB. Otomatis karyawan yang ada di Riau boyongan ke Jakarta. Wah, bertambah padat tuh Jakarta. Terlihat di sini Pertamina kurang peduli dengan dampak negatif urbanisasi. Padahal, dengan kantor BOB di Pekanbaru, cukup membantu mengurangi dampak urbanisasi ke Jakarta.
Kita di Indonesia ini kurang belajar dengan cara Cina mengurangi dampak negatif urbanisasi di kota-kota besar utamanya. Padahal, rata-rata orang Indonesia bergaul dengan orang Cina, walaupun itu sebatas keturunan. Malah, Rasulullah SAW pun memerintahkan kita untuk belajar walau ke negeri Cina. Cina adalah negara yang paling berhasil menekan arus urbanisasi.
Untuk menghidupkan seluruh kota dan desa, Cina membuat kebijakan yang ketat soal tanah. Kalau di kota, semua tanah adalah milik negara. Mau berusaha atau bangun rumah, harus menyewa kepada pemerintah. Lain hal di desa, tanah dijual murah dan bisa jadi hak milik. Makanya, banyak investor dari kota berlomba-lomba ke desa. Alhasil, kota dan desa sama-sama maju.
Untuk mendukung semua ini, pemerintah Cina menyelesaikan semua infrastruktur jalan. Hingga ke desa-desa jalannya mulus dan dibuat dengan sistem higway. Jadi jangan heran, di Cina, tol-tolnya sampai ke desa-desa. Perekonomian desa pun bergairah. Industri tumbuh dimana-mana. 2/3 perusahaan harus bangun usaha dan kantornya di kota kecil. Jadi wajar saja kalau saat ini pasar dunia dikuasai oleh Cina.
Kalau kita kan terbalik. Semuanya harus diselesaikan di Jakarta. Semuanya dibangun tak jauh dari tugu Monas. Kantor-kantor perusahaan yang mengeruk minyak di tepi Sungai Mandau pun menjulang tinggi di jalan utama Kota Jakarta. Tambah pusinglah Fauzi Bowo, Gubernur DKI menyikapi semua ini. Jakarta tambah sembrawut. Daerah-daerah hanya bisa gigit jari dan kian sulit.***
Sampaikan Kebenaran Itu Walaupun Pahit
Mantan Kabareskrim Mabes Polri ini benar-benar berani menelanjangi institusinya dan beberapa institusi hukum lainnya. Beberapa nama yang disebutkan Susno sudah dijadikan tersangka. Susno memang sudah kepalang basah semenjak dirinya dicopot dari Kabareskrim. Katanya sih tanpa ada salah dari dirinya. Tiba-tiba dia yang dicopot. Kini pun dia jadi tersangka dalam kasus mafia juga.
'Balas dendam' dengan membongkar berbagai kebobrokan polisi itulah yang dilakukan pelantun Cicak lawan Buaya ini. Besar harapan rakyat di negeri ini Susno benar-benar jujur dalam membongkar kemungkaran walaupun hasilnya pahit. Jangan sampai ada kebohongan. Ingat, kejujuran dan kebohongan bukan sesuatu yang berdiri sendiri tetapi berkaitan dengan keadaan sebelumnya dan membawa implikasi pada sesudahnya.
Secara sunatullah, jiwa manusia itu didesain untuk berbuat jujur. Dalam Surat Al Baqarah ayat 286 Allah katakan bahwa manusia akan memperoleh pahala atas perbuatan baik yang dikerjakan, dan memperoleh hukuman dari perbuatan buruk yang dilakukan.
Manusia jika bertindak jujur, mengerjakan perbuatan kebaikan, maka secara psikologis ia akan melakukannya dengan nyaman, karena tidak disertai oleh konflik batin. Tetapi untuk tidak jujur, untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan bisikan hati nuraninya, maka manusia harus bersusah payah berjuang melawan nuraninya sendiri yang tidak mau diajak kompromi.
Semoga Susno betul-betul nyaman setelah mengatakan sesuatu yang benar. Kenyamanan bathin adalah segala-galanya. Walau badan terkurung, tapi kalau bathin nyaman itu merupakan sesuatu yang indah. Masa lalu, tidak sedikit tokoh-tokoh atau ulama terkenal dijebloskan ke bui karena mengungkap suatu kebenaran. Semoga engkau selalu dalam perlindungan Allah, jenderal!!!
Rabu, 12 Mei 2010
Tebang Pilih Penegakkan Hukum
Pernyataan yang disampaikan Rasulullah SAW dalam hadistnya ini, kini semakin dilupakan banyak orang. Rasulullah SAW sangat tegas dalam penegakkan hukum terhadap siapa saja. Sampai-sampai dia menyatakan, jika yang mencuri itu anaknya Fatimah, maka Rasul sendiri yang akan memotong tangannya.
Kesan positif di sini, hukum harus ditegakkan tanpa tebang pilih atau pilih kasih. Biar dia terhormat, kalau dia salah, jatuhkan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika yang berbuat salah orang lemah alias kurang terhormat, perlakukan juga dia sesuai dengan hukum yang berlaku.
Istilah tebang pilih, sebenarnya ada nilai positif kalau diletakkan pada tempatnya. Tebang pilih diterapkan di hutan sebelum maraknya illegal logging sangat cocok agar tidak terjadi kerusakan hutan. Pohon yang ditebang harus dipilih-pilih sehingga tidak terjadi pembabatan. Tapi kalau tebang pilih dalam hukum, meranalah bangsa ini.
Kalau pilih kasih, kesannya negatif. Di sini ada perlakuan khusus pada orang-orang tertentu dan mengenyampingkan orang lain yang seharusnya juga diperlakukan sama. Hasilnya, akan timbul kecemburuan sosial. Kalau cemburu sosial dibiarkan berlarut, akan mengarah kepada konflik.
Kondisi penegakkan hukum kita saat ini, tak terlepas dari tebang pilih dan pilih kasih. Semua ini sudah menjadi rahasia umum. Banyak orang sudah tahu bagaimana perangai hukum di negeri tercinta ini.
Karena budaya tebang pilih dan pilih kasih sudah terpatri, makanya banyak kasus-kasus yang hilang begitu saja. Dipeti-eskan orang menyebutnya kalau tidak di SP3-kan. Banyak sudah kasus yang timbul tenggelam, tak tahu juntrungnya. Ada pula yang hangat-hangat tahi ayam. Ujung-ujungnya, nonsense belaka.
Sebuah kerja keras menegakkan hukum tanpa tebang pilih dan pilih kasih. Apalagi dengan maraknya makelar-makelar kasus yang kesemuanya berujung kepada atas nama uang. Maka makin jauhlah rakyat kita dari perlakuan hukum yang adil tanpa tebang pilih dan pilih kasih.***
Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang
DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...
-
MUHAMMAD SAW bukan hanya seorang nabi dan rasul, tapi juga manusia agung. Teladan yang menjadi uswatun hasanah buat semua manusia. Disegani ...
-
KETIKA Allah SWT menakdirkan awak muncul ke dunia ini pada 28 November 1972 lalu, sang Amak dan Buya memberi nama Nazirman Suwirda. Namun ...