Total Tayangan Halaman

Sabtu, 24 April 2010

Laknat buat Penyuap, Penerima Suap dan Makelar

ALLAH SWT melaknat penyuap, penerima suap, dan perantaranya. Ini adalah hadits yang diriwayatkan dari Ahmad, salah satu perawi hadits yang shahih di antara banyak perawi lainnya. Artinya, sudah jauh-jauh hari sebelumnya, Nabi Muhammad SAW sebagai rasul akhir zaman sudah membuat pernyataan keras agar tidak melaksanakan praktik suap dalam kehidupan sehari-hari. Kalau kita melakukan, maka laknat Allah akan berlaku. Celakalah hidup dunia dan akhirat.
  Tinjauan soal suap dari sisi agama Islam sangat penting didedahkan kembali. Walaupun sebagian umat Islam sudah memahami betapa berdosanya melakukan praktek suap, namun banyak kasus terus terjadi dan terbongkar ke permukaan di negeri tercinta ini.
  Banyak kasus yang telah mencuat ke permukaan. Mulai kasus Gayus Tambunan di Dirjen Pajak, ada nama Bahasyim Assifie, Sjahril Johan, Susno Duadji hingga petugas kebersihan yang membobol pajak di Surabaya. 
  Nama yang muncul tidaklah suap, tapi diperkeren lagi dengan nama makelar kasuslah, mafia pencuri dan berbagai nama-nama samaran lainnya. Tapi kesimpulan akhirnya tetaplah suap. Di sana ada penyuap, lalu penerima suap dan ada perantaranya.
  Kalau penyuap, tentulah subjek utamanya. Misal dalam kasus pajak. Agar tidak banyak kena pajak, diupayakan mempengaruhi petugas pajak. Dalam proses mempengaruhi atau mencari jalan keluar ini, ada yang namanya makelar. Si makelar menjadi perantara antara wajib pajak dengan petugas pajak. Deal, petugas pajak pun mencari cara agar wajib pajak tak kena pajak seperti yang terbongkar di Surabaya.
  Tidak hanya di pajak, dalam berbagai kasus, praktik suap sudah membudaya. Sungguh, saat ini banyak orang tidak takut lagi berbuat dosa. Tidak takut dengan akhirat. Dia hanya memikirkan apa kata dunia kalau rumahnya tidak mewah, hartanya tak berlimpah. Celakanya, uang hasil suap digunakan untuk sedekah atau membantu rumah ibadah dan fakir miskin. Bukannya dapat pahala, tapi bertambahlah dosanya.
  Ayolah, marilah kita kembali ke jalan Allah. Tinggalkan suap dalam kehidupan. Dalam Surat Al Baqarah ayat 188 Allah berfirman; Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui''.***

Sabtu, 17 April 2010

Keberingasan di Makam Mbah Priok

EMOSIONAL dan irasional berbuah keberingasan. Hasilnya, menang jadi bara, kalah jadi abu. Selalu saja dalam setiap persengketaan, yang menang dan yang kalah tidak dapat apa-apa. Yang ada hanyalah korban nyawa, harta dan benda. 
  Keberingasan akibat agresif dan destruktif orang-orang dalam kerumunan di komplek makam Habib Hasan bin Muhammad al-Haddad alias Mbah Priok sudah kita lihat dan saksikan bersama melalui layar kaca maupun foto-foto di media ini. Berdarah-darah, asap hitam pun membubung tinggi akibat pembakaran puluhan mobil milik pemerintah.
  Priok kembali berdarah, setelah puluhan tahun lalu juga pernah terjadi tragedi berdarah di wilayah ini. Tiga orang tewas, 144 terluka. Pemicunya, penertiban bangunan liar dan pemugaran makam yang dianggap keramat oleh warga di sana. Warga pun tak terima, bentrokan bersenjata antara warga dengan Satpol PP plus polisi pun tak bisa dihindari. Karena sama-sama emosional, akal sehat pun hilang. Yang muncul adalah sama-sama beringas.
  Agresif dan destruktif merupakan perilaku yang identik dengan eksistensi kerumunan. Tragisnya, dalam kerumunan sangat mudah terpancing isu yang akan melahirkan tindakan yang irasional. Dalam situasi ini, komunikasi tidak lagi efektif karena sudah didahului dengan miskomunikasi.
  Di tengah-tengah kerumunan, yang berkembang adalah isu Satpol PP akan hancurkan makam Mbah Priok. Sebagai makam yang dianggap keramat, warga pun mempertahankan mati-matian agar tak bisa dijamah oleh alat berat yang dikerahkan Pemprov DKI. Padahal makam hanyalah kuburan. Tak ada yang keramat di sana. Memang Islam memerintahkan kita untuk ziarah kubur lalu berdoa kepada Allah, tapi jangan sampai pula berdoa kepada kuburan. Menaruh sesajian atau membawa tanah kuburan untuk dijadikan jimat. Jatuhnya sirik. 
  Kalaulah mengikut rencana Pemprov DKI yang akan memugar kawasan makam agar lebih cantik, sebenarnya ini sebuah upaya yang baik. Tetaplah kawasan ini dijadikan situs budaya untuk mengenang jasa-jasa Habib Hasan bin Muhammad Al-Haddad sang ulama kelahiran 1727 yang menyebarkan agama Islam di Jakarta.

Selasa, 13 April 2010

Duit Pajak Dijarah, Apa Kata Dunia?

  DALAM pekan ini makin gemas --kata lain untuk sakit hati-- atas tindak tanduk beberapa karyawan dan pejabat Ditjen Pajak. Prilaku Gayus Tambunan, pegawai pajak golongan III.A yang terbongkar dengan uang bermiliar-miliar membuat orang banyak mulai sedikit mencibir. 
  Ehhh...muncul lagi nama Bahasyim Assifie, mantan pejabat Ditjen Pajak yang kekayaannya allahurabi banyaknya. Total jumlah kekayaannya kalau diuangkan semua berjumlah Rp600 miliardan ini meninggalkan jauh harta milik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang hanya sekitar Rp7 miliar.
  Kini orang tidak mencibir lagi, tapi sudah memaki hamun atas prilaku buruk oknum orang-orang pajak ini. Melesatnya kasus dugaan makelar pajak Gayus Tambunan membuat Direktorat Jenderal Pajak terus menerus menjadi sorotan. Apalagi, ada sinyalemen Gayus-Gayus lainnya bertaburan di kantor pajak. Tak pelak, kasus Gayus menjadi gunjingan hangat di kalangan masyarakat menyusul santernya pemberitaan media, baik di elektronik, cetak dan internet. 
  Tak heran, jika slogan yang kerap digunakan oleh Ditjen Pajak untuk mengkampanyekan kesadaran membayar pajak semakin populer. Slogan Apa Kata Dunia diiklankan oleh Ditjen Pajak melalui berbagai jenis media, baik media luar ruang hingga media massa. 
  Iklan itu menampilkan sejumlah orang, seperti pria tua botak yang menengadahkan tangan dengan mimik muka bergaya meledek. Pernyataan yang muncul, punya penghasilan tak punya NPWP, Apa Kata Dunia. Iklan lainnya juga muncul dalam berbagai versi dan bintang iklan mulai dari ibu berkacamata dengan gaya melotot, juga gadis dan pria muda yang tersenyum sembari menengadahkan tangan.  
  Slogan Apa Kata Dunia kini pun diplesetkan jadi Apa Kata Akherat. Hidup serba mewah, harta berlimpah adalah teman keseharian Gayus-gayus dkk. Apalagi bos-bosnya Gayus, tentulah sudah punya 'surga dunia' semuanya.
  Sebagai pembayar pajak, wajarnya banyak orang memaki hamun ketika uang yang disetor dijarah untuk kepentingan pribadi oknum petugas maupun pejabatnya. Walaupun mereka banyak bermain pada tataran fee para pembayar pajak kelas wahid, namun para penaat-penaat pajak tetap tergores hatinya.
  Kasus makelar pajak kini menjadi persoalan yang sistemik. Berdampak sangat luas. Banyak wajib pajak kini mulai enggan untuk menyetorkan kewajibannya. Alasannya sangat masuk akal sebagai imbas dari kekecewaan mendalam terhadap bocornya uang pajak yang pelakunya juga oknum orang-orang pajak. Entah berapa triliun uang yang hilang ke saku-saku pegawai atau pejabat yang tidak takut dengan hari akherat.
  Sebuah rekaanpun muncul. Bila pegawai pajak jumlahnya 32.000, seandainya yang bermental seperti Gayus Tambunan 10 persen saja, maka 3.200 dikalikan Rp25 miliar, hasilnya sudah Rp80 triliun. Seandainya yang bermental seperti Gayus Tambunan itu, misalnya 90 persen, maka 28.000 dikalikan Rp25 miliar, maka hasilnya mencapai Rp720 triliun. Sungguh luar biasa. Apa kata akherat, coi...(*)

Suku-suku Asli di Indonesia

1 NAD: Suku Aceh, Suku Alas, Suku Aneuk Jamee
2 SUMUT: Suku Batak, Suku Karo, Suku Mandailing, Suku Angkola, Suku Toba, Suku Pakpak, Suku Simalungun.
3 SUMBAR: Suku Minang
4 RIAU: Suku Bonai, Suku Sakai, Suku Talang Mamak
5 KEPRI: Suku Melayu, Suku Anak Laut
6 JAMBI: Suku Anak Dalam (Anak Rimbo), Suku Batin, Suku Kubu.
7 SUMSEL: Suku Palembang, Suku Komering, Suku Pasenah.
8 BANGKA BELITUNG: Suku Bangka, Suku Belitung
9 BENGKULU: Suku Mukomuko, Suku Rejang, Suku Pekal, Suku Lembak, Suku Serawai, Suku Pasemah, Suku Kaur, Suku Enggano, Suku Melayu.
10 LAMPUNG: Suku Abung, Suku Ranau, Suku Lampung.
11 DKI JAKARTA: Suku Betawi
12 JAWA BARAT: Suku Sunda, Suku Jawa
13 BANTEN: Suku Baduy
14 JAWA TENGAH: Suku Jawa
15 JOGJAKARTA: Suku Jawa
16 JAWA TIMUR: Suku Jawa, Suku Bawean
17 BALI: Suku Bali Majapahit, Suku Bali Aga
18 NTB: Suku Bima, Suku Boti, Suku Dompu, Suku Donggo, Suku Bima, , Sumbawa, Suku Indo-Arya
19 NTT: Suku Alordi, Suku Atoni, Suku Dawan, Suku Manggarai, Suku Sumba, Suku Lamaholot, Suku Belu, Suku Rote, Suku Lio,
20 KALBAR: Suku Kanayatn, Suku Ibandi, Suku Mualang, Suku Bidayuh, Suku Mali, Suku Seberuang, Suku Sekujam, Suku Sekubang, Suku Ketungau, Suku Desa, Suku Kantuk, Suku Ot Danum atau Dohoi, Suku Limbai, Suku Kebahan, Suku Pawan, Suku Tebidah.
21 KALSEL: Suku Banjar, Suku Bakumpai, Orang Barangas, Suku Bukit, Orang Dayak Pitap, Suku Dayak Hulu Banyu, Suku Dayak Balangan, Suku Dusun Deyah, Orang Dayak Warukin, Suku Samihim, Orang Bugis Pagatan.
22 KALTENG: Suku Dayak, Suku Punan, Suku Ngaju, Suku Siang Murung, Suku Bara Dia, Suku Ot Danum, Suku Lawangan, Suku Dayak Bawo, Suku Tunjung, Suku Benuaq, Suku Bentian, Suku Bukat, Suku Busang, Suku Ohong, Suku Kayan, Suku Bahau, Suku Penihing, Suku Punan, Suku Modang, Suku Basap, Suku Ahe, Suku Tagol, Suku Brusu, Suku Kenyah, Suku Lundayeh, Suku Dusun, Suku Maanyan, Orang Maanyan Paju Sapuluh, Orang Maanyan Paju Epat, Orang Maanyan Dayu, Orang Maanyan Paku, Orang Maanyan Benua Lima Maanyan Paju Lima.
23 KALTIM: Suku Bajau, Suku Berau, Suku Pasir
24 SULSEL: Suku Bentong, Suku Bugis, Suku Duri
25 SULTENG: Suku Ampana, Suku Balantak, Suku Banggai, Suku Bungku, Suku Buol, Suku Dampeles.
26 SULUT: Suku Bolang Mongondow, Suku Minahasa, Suku Sangir, Suku Gorontalo
27 SULBAR: Suku Mandar, Suku Toraja, Suku Bugis
28 SULTENGGA: Suku Buton, Suku Bugis, Suku Tolaki,Suku Muna
29 GORONTALO: Suku Gorontalo, Suku Bajo, Suku Sangir
30 MALUKU: Suku Ambon, Suku Aru, Suku Buru, Suku Kei, Suku Banda.
31 MALUKU UTARA: Suku Togutil, Suku Module, Suku Pagu, Suku Ternate, Suku Makian Barat, Suku Kao, Suku Tidore, Suku Buli, Suku Patani, Suku Maba, Suku Sawai, Suku Weda, Suku Gne, Suku Makian Timur, Suku Kayoa, Suku Bacan, Suku Sula, Suku Ange, Suku Siboyo, Suku Kadai, Suku Galela, Suku Tobelo, Suku Loloda, Suku Tobaru, Suku Sahu.
32 PAPUA: Suku Aitinyo, Suku Aefak, Suku Asmat, Suku Agast, Suku Dani, Suku Ayamaru, Suku Mandacan, Suku Biak, Suku Serui, Suku Damal
33 PAPUA BARAT: Suku Aitinyo, Suku Aefak, Suku Asmat, Suku Agast, Suku Dani, Suku Ayamaru, Suku Mandacan, Suku Biak, Suku Serui, Suku Damal.

Sabtu, 03 April 2010

Menikmati Hawa Sejuk Tahura Sultan Syarif Hasyim


Susuri Logging Track, Terinjak Jejak Harimau


    Sayup-sayup, suara cainsaw terdengar raungannya. Kalau diukur dari tempat mendengar suara itu dengan lokasi mesin pembabat kayu tersebut, sudah bisa dipastikan mereka lagi menumbangkan kayu-kayu di kawasan Grand Forest Park atau Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Riau. 
     ITULAH ancaman terbesar Tahura yang terletak di Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak dan Kampar. Tahura luasnya sesuai dengan Keputusan Menhutbun No 348/Kpts-II/1999 tanggal 26 Mei 1999 yakni 6.172 hektare. Dari Pekanbaru untuk mencapai lokasi ini bisa ditempuh setengah jam perjalanan dengan roda empat.
  Dari luar, hanya terlihat rimbunan pepohonan dan sedikit semak belukar serta pintu gerbang. Tapi kalau masuk lebih dalam lagi, akan ditemukan nuansa alam yang luar biasa. Udaranya segar dan sejuk. Rapatnya pepohonan telah mengubah hawa panas menjadi teduh. 
  Bagi yang tidak pernah ke Tahura, kesan pertama saat masuk ke dalam adalah kedamaian. Suara serangga, burung dan binatang lainnya membuat fress. Belum lagi dengan telah diaspal dan adanya semenisasi jalan utama, membuat pengunjung tidak akan terkendala saat menunggangi kendaraan roda empatnya.
  ''Luar biasa Tahura ini,'' kata Septina Primawati Rusli. Kehadiran istri Gubernur Riau di Tahura dalam rangka meninjau bumi perkemahan. Hal ini berkaitan dengan jabatan Septina sebagai Ketua Kwartir Daerah (Kwarda) 04 Gerakan Pramuka Riau.
  Pepohonan kiri dan kanan jalan sangat rapat dan besar-besar. Selain jalan utama yang bisa dilewati kendaraan roda empat, ada fasilitas logging track. Fasilitas untuk pejalan kaki yang ter buat dari cetakan semen berbentuk empat persegi panjang ini bisa dinikmati sejauh 5 kilometer.
  Jalurnya berliku-liku, menurun dan mendaki di sela-sela pepo honan yang sebagian sudah dipasangi plang nama. Dari Guest House yang tak jauh dari pintu masuk, track ini sudah bisa dinikmati dan menjadi jalan pintas menuju arena permainan hingga bumi perkemahan. ''Berjalan di logging track lebih cepat sampai ke bumi perkemahan dari pada melalui jalan utama. Suasananya teduh dan segar,'' kata Kepala Dinas Kehutanan Riau, Zulkifli Yusuf.
  Di areal permainan, tersedia berbagai fasilitas untuk anak-anak. Ada juga bangunan pusat informasi Tahura, tempat parkir, pos P3K dan musala. Di antara pepohonan juga berdiri pondok wisata atau bungalow. Tak jauh dari areal bermain, ada pendopo. Untuk menuju ke pendopo pengunjung harus menaiki tangga sebanyak 80 buah. Letaknya agak di puncak bukit. Sejuk dan segar udaranya walau matahari sepenggalan.
  Di bumi perkemahan yang saat ini sudah dibangun seluas 30 hektare, juga tersedia banyak fasilitas. Ada balai utamanya yang bisa menampung ratusan orang. Bangunannya berlantai dua. Berada di atasnya bisa memandangi rimbunnya pepohonan di Tahura. Lapangan tempat berkemah juga sudah datar dan sekelilingnya sudah dibangun jalan dengan paving blok. Ini dibangun melalui proyek Dispora.
  Menuju bangunan dua toilet di sekitar bumi perkemahan, dihubungkan dengan jembatan kayu. Sayangnya jembatan kayu tersebut kini sudah lapuk. Sebagian besar lantainya roboh. Bisa dilewati, tapi harus hati-hati. 
  Toilet dan tempat berwuduk sebenarnya sangat bagus. Ada delapan bangunan toilet yang letaknya agak berjarak. Satu bangunan, ada sekitar 16 kamar mandi. Di luarnya disediakan kran untuk berwuduk. Karena tidak dipakai, kini toilet tersebut mulai rusak. Semak tumbuh di sana-sini. Pohon palem yang ditanam di sana pun merangas, daunnya menguning.
  Tak jauh dari bangunan toilet, ada plang. Hati-hati!!! Ada Binatang Buas. Begitu bunyi pengumuman di plang tersebut. Ada gambar harimau di plang itu. Memang, di depan toilet tersebut hutannya masih sangat alami. Lebat.
  Ternyata benar-benar bukan sekedar pengumuman. Di saat rombongan istri Gubernur Riau dan pengurus Kwarda 04 Gerakan Pramuka Riau menyusuri logging track hendak ke bumi perkemahan, di tengah jalan terinjak jejak harimau Sumatera. Cukup besar jejak yang ditinggalkan dan masih basah. ''Masih baru dia lewat di sini. Biarlah saya jalan di depan,'' kata Zulkifli Yusuf.
  Sebenarnya, Tahura kalau dikelola dengan serius akan mendatangkan PAD cukup besar. Selain sudah tersedianya plaza bermain anak-anak, bumi perkemahan, juga ada Pusat Pelatihan Gajah, danau Tahura, Sungai Takuana, taman safari burung serta areal pendidikan dan penelitian.(*)

Kamis, 01 April 2010

Jangan Biarkan Maulid Nabi Kehilangan Ruh

26 Februari 2010, bertepatan dengan 12 Rabiulawal 1431. Dalam kalender 2010, hari ini adalah hari libur nasional, yakni Maulid Nabi Muhammad SAW. Peringatan Maulid Nabi SAW diselenggarakan umat Islam di berbagai negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, maulid sudah menjadi tradisi di masyarakat.
  Di beberapa daerah, peringatan maulid nabi diselenggarakan dengan cara-cara unik. Ada yang namanya Grebeg Maulid, arak-arakan tumpeng, keliling kota dengan obor. Lalu ada pula acara makan-makan sambil menggelar kesenian rebana, memasak lemang di surau-surau atau masjid.
  Sebenarnya, acara-acara peringatan Maulid Nabi seperti ini tentulah baik dalam kacamata mempererat silaturahmi di antara warga. Apalagi peringatan Maulid juga menampilkan para ustad, kia, juru dakwah, akademisi, tokoh masyarakat, dan bahkan pejabat negara untuk mengupas berbagai sisi kehidupan Rasulullah SAW yang penuh dengan ketauladanan.
  Hanya saja, ada hal-hal yang mesti kita renungkan bersama ketika hari-hari ini kita menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi. Semestinya, jangan sampai acara peringatan Maulid Nabi hanya sebatas tradisi, hanya sebagai kebiasaan tahunan yang kering makna, tidak ber-ruh dan tak berjiwa.
  Seharusnya, kecintaan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW tidak hanya cukup dengan menggelar peringatan hari lahir beliau. Bahkan juga tidak cukup hanya dengan pembelaan 'mati-matian' terhadap Rasulullah SAW saat beliau dicaci, dihina dan direndahkan kelompok Barat, seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya.
  Kecintaan pada Rasulullah SAW itu tidak boleh hanya berhenti di sini. Ada hal penting dan bahkan sangat penting ketika kita mencintai Rasulullah SAW. Yakni, bagaimana keteladanan beliau itu bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin bangsa.
  Dalam pengelolaan negara, Rasulullah SAW sangat jelas memerintahkan penegakan hukum tanpa pandang bulu. Sampai-sampai Rasulullah SAW mengatakan,''Seandainya Fatimah anakku mencuri, maka akan saya potong tangannya.'' Beliau juga mengatakan bahwa orang yang menyuap dan disuap sama-sama di neraka.
  Apa yang lagi terjadi di negara kita saat ini, dalam penerapan keputusan terkait korupsi ataupun kasus kriminal lainnya, keteladanan Rasulullah SAW harus menjadi referensi utama. Berat memang untuk menerapkannya. Apalagi dengan berbagai kepentingan politik yang melekat pada pemimpin-pemimpin bangsa. Tapi kalau dijalankan penuh istiqomah, Insya Allah akan berhasil.***

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...