Total Tayangan Halaman

Sabtu, 29 Juni 2019

Siak Kota Pusaka


KESERIUSAN Bupati Siak Drs H Syamsuar MSi mengembangkan pariwisata tak diragukan lagi. Selain terus membangun Kota Siak Sriindrapura menjadi sangat cantik dan eksotis, upaya mengangkat nama Siak ke kancah nasional dan internasional terus digelorakannya.
     15 Desember lalu, Siak berhasil masuk sebagai salah satu Kota Pusaka milik bangsa Indonesia. Dibuktikan dengan penandatanganan piagam komitmen dalam bentuk MoU setelah menanti selama 2 tahun. Ini menggenapkan kota pusaka di Indonesia menjadi 54.
     Siak Sri Indrapura satu-satunya diakui sebagai Kota Pusaka Indonesia dari Provinsi Riau.
Penetapannya bagian dari Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP) Kementerian PUPR, pada Dirjen Cipta Karya. Program ini dibentuk sebagai upaya nyata melestarikan aset-aset pusaka bangsa yang tersebar di penjuru Indonesia.
      Saya yakin Pak Bupatinya tidak akan berpuas diri sampai di sini saja. Ada lagi yang lebih menginternasional. Kota Warisan Dunia dari UNESCO. Ya, saya yakin Siak bisa meraih ini. Kalau kita serius, pasti bisa.(*)

Jumat, 28 Juni 2019

Akses Baru ke Riau


AKSESIBILITAS. Ini penunjang utama dunia pariwisata. Makin mudah orang datang ke suatu lokasi wisata, maka makin cepat pula maju destinasi tersebut. Sebagian besar tujuan orang berwisata adalah untuk bersenang-senang. Kalau mencapai suatu tempat wisata sudah susah, untuk kedatangan berikutnya pasti muncul kata-kata kapok.
     Terbukanya akses lewat udara, menandakan perkembangan yang menggembirakan bagi suatu daerah. Selain mempercepat waktu tempuh, banyaknya maskapai yang membuka rute akan mempermurah harga tiket.
     Saat ini bagi Riau dan Sumatera Barat ada tambahan berita menggembirakan. Setelah Wings Air membuka rute Pekanbaru-Padang setiap hari, giliran Sriwijaya Air terbangi rute ini dua kali dalam sepekan. Berkah baru bagi wisatawan yang akan menikmati keelokan dua daerah ini. Apalagi saat musim liburan, ini pilihan lain transportasi. Tidak macet dan cepat sampai ke daerah tujuan. Kita harus bisa memanfaatkan kondisi ini.(*)

Kamis, 27 Juni 2019

Harus Makin Baik

TAHNIAH. Riau menyabet juara umum dalam Anugerah Pesona Indonesia (API) 2017.  Ini kegiatan kali kedua diadakan sebuah situs traveling bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata. Tahun sebelumnya, juara umum diraih Provinsi Nusa Tenggara Timur.
   Ada tujuh anugerah yang diraih oleh Riau; makanan tradisional terpopuler Bolu Berendam Indragiri Hulu, situs sejarah terpopuler Istana Siak Kabupaten Siak, tempat berselancar terpopuler Bono Kabupaten Pelalawan.
    Selanjutnya, atraksi budaya terpopuler Bakar Tongkang Kabupaten Rokan Hilir, festival pariwisata terpopuler, Pacu Jalur Kabupaten Kuantan Singingi, minuman tradisional terpopuler Laksamana Mengamuk dan objek wisata belanja terpopuler, Pasar Bawah, Pekanbaru.

     Tentunya, dengan penghargaan ini, kita harus terus berbenah. Harus makin baik dari kondisi sebelumnya. Jangan nanti saat wisatawan datang ke Riau ingin mencoba makanan tradisional terpopuler tersebut, ternyata kita tidak bisa menyajikan. Atau ketika mereka ingin mendapatkan minuman tradisional, susah dicari. Yang sudah ada ayo kita jaga dan lestarikan.(*)

Rabu, 26 Juni 2019

Sesuatu yang Baru


SAYA masih mau melanjutkan pembahasan soal wisata minat khusus. Jujur, destinasi wisata ini sangat banyak di Provinsi Riau. Bagus-bagus sebenarnya. Kita bisa untuk semua ini. Tinggal serius dalam pengembangannya. Wisata minat khusus adalah bentuk perjalanan wisata, dimana wisatawan mengunjungi suatu tempat karena memiliki minat khusus dari obyek atau kegiatan di daerah tujuan wisata.
    Pariwisata minat khusus pelakunya cenderung untuk memperluas pencariannya yang berbeda dengan mengamati orang, budaya, pemandangan, kegiatan kehidupan sehari-hari, serta nilai-nilai akrab lingkungan. Bentuk kegiatan maupun pengalaman yang diharapkan sangat beragam. Wisatawan minat khusus ingin mengalami sesuatu yang baru, apakah itu sejarah, makanan, olah raga, kebiasaan, atau kegiatan di luar ruangan. Banyak yang berharap bisa menikmati pemandangan, suara, bau, rasa yang baru, dan memahami tempat yang baru beserta masyarakatnya.(*)

Senin, 24 Juni 2019

Wisata Minat Khusus


BANYAK tempat-tempat bagus di Provinsi Riau yang bisa dijadikan destinasi baru pariwisata. Terutama wisata alam. Untuk mencapainya memang harus bersusah payah dulu. Masih jauh dari kota-kota utama. Saya lihat, Dinas Pariwisata Riau sangat konsen mengeskpose tempat-tempat baru ini. Tempatnya menarik. Tapi, orang-orang tertentu saja yang akan mendatangi tempat ini. Istilahnya, untuk wisatawan minat khusus.
     Memang, sejak era 1990, pasar pariwisata mengalami pergeseran. Dari wisatawan masif kepada wisatawan individual. Perubahan dunia pada berbagai aspek telah mengubah pola konsumsi berwisata. Fenomena global tersebut dalam kepariwisataan diikuti dengan munculnya wisata minat khusus, yang disebut wisata alternatif. Tempat yang jauh, jalan kaki, berlumpur ada peminatnya. Saya sepakat dengan Pak Kadis Pariwisata. Ini bisa dikembangkan di Riau.(*)

Jumat, 21 Juni 2019

Tepi Sungai Siak Tak Tergarap


KETIKA Bus Air Senapelan (BAS) aktif lagi September 2016, saya sangat senang. Jujur, saya belum pernah mencoba naik BAS. Tapi, satu moda transportasi untuk melayani wisatawan di Kota Pekanbaru sudah tersedia. Walau hanya beroperasi Sabtu dan Ahad, lumayanlah untuk destinasi baru buat pelancong. Tentu untuk mengarungi Sungai Siak. Bil khusus sekitaran Pekanbaru saja.
      Tapi, akhir Oktober lalu, BAS tidak lagi beroperasi. Sepi penumpang. Tak ada penumpang, berarti sepi wisatawan. Apa wisatawan tak berminat? Saya yakin, 99,9 persen karena wisatawan tak berminat. Tak ada yang akan dilihat di sepanjang jalur perjalanan. Apalagi, tepian Sungai Siak yang belum tergarap dengan baik. Coba kalau seperti tepian Sungai Jantan di Siak Sriindrapura. Saya yakin banyak peminatnya. Ayo Pekanbaru, kita bisa mewujudkannya.(*)

Kamis, 20 Juni 2019

Tepian Tak Lagi Sepi

MENIKMATI malam di tepian Sungai Jantan, Kota Siak Sriindrapura betul-betul berkesan. Siapa sangka, tepian sungai yang dulu kumuh dan berlumpur itu kini disulap menjadi tempat luar biasa. Tenang. Indah dan tertata dengan apik. Malam, kian mempesona.
     Sejak selesainya turab Sungai Siak, baru Selasa malam lalu saya menikmati malam di kota istana ini. Tak ada kesan sepi. Yang ada hanya keramaian. Saya juga tak menyangka akan terus ramai. Warga kota menikmati fasilitas yang dibangun cukup rapi itu. Di panggung, sekelompok remaja berlatih tari. Pokoknya, hiduplah tepian Sungai Jantan di malam hari. Tak lagi sunyi.
     Beberapa pengunjung yang baru pertama datang ke Siak, mereka terkagum-kagum. Ternyata, kata mereka, Siak hebat. Semuanya sudah tertata dengan baik. Fasilitas untuk wisatawan sudah tersedia sangat lengkap. Tinggal pengembangan dari sisi pengunjung saja. Andai di Kota Siak ada bandar udara, bakalan ramai turis mancanegara.(*)

Rabu, 19 Juni 2019

Masih Minim Promosi


BEBERAPA hari lalu, saya kedatangan tamu dari Jakarta. Mereka pimpinan bank terkenal di dunia. Sengaja datang ke Riau Pos ingin bincang-bincang soal Riau. Seperti apa perkembangan ekonomi Riau. Perbincangan pun merembet ke tempat wisata di Provinsi Riau. Kalau dunia pariwisata, apa ya yang terkenal di Riau? Begitu pertanyaan mereka.
     Saya pun balik bertanya, apa yang bapak ibu ketahui tentang pariwisata Riau. Jawaban mereka cukup membuat saya termenung. Mereka mengaku sempat bertanya di hotel tempat menginap soal destinasi dan iven pariwisata di Riau. Jawaban pihak hotel: kalau di Riau tak ada, paling cuma wisata mal. Kalau Jumat malam, banyak yang bertolak ke Sumatera Barat.
     Inilah realita yang saya jumpai. Ternyata wisata kita masih minim promosi. Masih banyak yang tidak tahu dengan bakar tongkang, pacu jalur, bono dan keindahan alam Riau lainnya. Tugas dan kewajiban kita untuk promosi lebih gencar lagi. Ayoo…kita bisa.(*)

Selasa, 18 Juni 2019

Saling Dukung


MEMAJUKAN pariwisata di Riau, harus saling dukung. Kerja bersama itu lebih baik daripada kerja sendiri. Ringan sama dijinjing, berat sama-sama dipikul. Prinsip gotong royong. Sebuah kegiatan pariwisata di kabupaten kota di Riau akan terus terlihat kecil, kalau hanya berusaha sendiri-sendiri. Apalagi kalau pemerintahan provinsi tidak peduli, bakal jalan di tempat berbagai kegiatan tersebut.
     Konstelasi politik daerah saat ini, saya lihat juga berpengaruh negatif buat pengembangan pariwisata di Riau. Karena beda politik, ada kesan penggagalan sebuah kegiatan. Tidak lagi mendukung program yang selama ini ada. Membiarkan kesendirian. Padahal, jika sebuah kegiatan skala nasional atau internasional berhasil digelar, yang akan dapat nama itu adalah Riau ini juga. Kita bisa membangun pariwisata Riau lebih baik. Biarlah kita beda partai, tapi kalau berbicara pariwisata, kita satu partai.(*)

Senin, 17 Juni 2019

Riau Wisata Halal

BERBINCANG dengan peserta Diklat Sesdilu ke-59 Kementerian Luar Negeri saat bertandang ke redaksi Riau Pos beberapa hari lalu, topik utama  yang mereka bahas ternyata soal pariwisata. Salah satu pertanyaan mereka, mengapa Riau tidak memelopori sebagai daerah wisata halal. Riau kan Melayu. Melayu identik dengan Islam.
      Kenapa wisata halal? Menurut mereka yang lama berkecimpung di luar negeri, sekarang para wisatawan Timur Tengah banyak melirik Indonesia. Rata-rata mereka lama tinggal di suatu daerah yang dikunjungi. Dan mereka bawa rombongan banyak. Salah satu syarat daerah yang mereka kunjungi, harus berbau halal. Nah, kita ingin Riau menjadi salah satu destinasi kunjungan mereka.
     Dari 10 daerah wisata halal di Indonesia, Riau memang belum termasuk ke dalamnya. Riau pasti bisa menciptakan konsep nyaman bagi wisatawan muslim. Mudah untuk beribadah, bebas alkohol dan makanan non halal. Mari kita gaungkan Riau sebagai tempat wisata halal.(*)

Sabtu, 15 Juni 2019

Terkenal Satu, Tumbuh 1.000


BALI. Awalnya dari Pantai Kuta. Terkenal, lalu semua wilayah di Pulau Bali menjadi tempat wisata. Ada yang dibuka oleh masyarakat. Ada yang dikelola oleh pemerintah. Wisatawan datang ke Pantai Kuta, lalu masyarakatnya memperkenalkan wilayah lain. Kontan saja wisatawan mengunjungi destinasi-destinasi baru tersebut.
     Walau skala kecil, kondisi ini sekarang terjadi di waduk PLTA Koto Panjang, Kampar. Tatkala Ulu Kasok terekspose media dan orang ramai datang, sekarang di beberapa tempat di daerah ini muncul tempat wisata baru. Dikelola masyarakat setempat. Pribadi atau bersama-sama. Ibaratnya, terkenal satu, lalu tumbuh 1.000 tempat lainnya. Kini tinggal kita menjaga. Lantas memupuk kesadaran wisata. Baik pengunjung maupun tuan rumah. Jangan sampai muncul pertelegahan tatkala suatu tempat sudah ramai didatangi orang. Ayo…kita bisa untuk semua ini.(*)

Jumat, 14 Juni 2019

Ulu Kasok Jangan Kusut Lagi

ULU Kasok…Ulu Kasok. Nasib mu kini tengah dibincang banyak orang. Keindahan mu begitu mempesona. Katanya bagai Raja Ampatnya Riau. Banyak yang tertarik untuk datang menemuimu. Sekedar berfoto ria dengan latar belakang keindahan dirimu. Lalu diunggah ke media sosial.
     Beberapa waktu lalu, Ulu Kasok berubah jadi Ulu Kusut. Tempat ini ditutup oleh yang punya lahan. Dipagari kawat berduri. Tak bisa lagi menikmati keindahan alam dari tempat yang tinggi ini. Banyak yang menyayangkan. Apalagi bagi yang belum pernah datang, kandas sudah ingin menikmati si Raja Ampat tersebut. 
    Untungnya Pemkab Kampar bergerak cepat menyelesaikan persoalan ini. Apalagi Ulu Kasok sebagai destinasi baru pariwisata sangat membius orang banyak saat ini. Kawat berduri dilepas dan Ulu Kasok dibuka kembali. Kita pasti bisa untuk semua ini.(*)

Kamis, 13 Juni 2019

Siak Tertata Sangat Baik

BERBICARA pariwisata di Kabupaten Siak, tak pernah habis-habisnya. Bukan bermaksud menyanjung, pariwisata di kabupaten ini, terutama di Kota Siak Sriindrapura, tertata sangat baik. Segala hal sudah tersuguhkan buat wisatawan. Setiap waktu, sang bupati terus memikirkan apa lagi yang bisa dibuat untuk kemajuan pariwisata di Siak.
     Tak percaya, datanglah ke Siak. Saya yakini, Anda akan kembali datang berkunjung ke Kota Istana ini. Dulu memang hanya Istana Siak sebagai destinasi kunjungan. Tapi, kini sangat banyak yang bisa dinikmati. Istana Siak terus berbenah sebagai destinasi utama. Tepian Sungai Jantan begitu indah. Tak lama lagi, Tangsi Belanda akan menjadi destinasi terbaru. Sang bupati pun akan menghidupkan kenangan naik perahu melintasi Sungai Siak. Ternyata Siak bisa.(*)

Rabu, 12 Juni 2019

Iven Buat Jalan Mulus


KALAU Anda memasuki wilayah Kabupaten Siak, jangan kaget kalau jalannya mulus. Kok bisa? Inilah berkahnya kegiatan Tour de Siak. Digelar setiap tahun, otomatis perbaikan jalan untuk lomba sepeda ini tiap tahun juga. Standarnya jalan harus bagus. Makanya, jalan-jalan yang masuk lintasan Tour de Siak harus tetap baru.
     Inilah keuntungan iven yang dirasakan banyak orang. Berhubungan dengan jalan, berhubungan dengan kepentingan banyak orang juga. Mempertahankan Tour de Siak, sudah pasti Pemkab Siak menganggarkan setiap tahun perbaikan jalannya. Belum lagi pergerakan ekonomi saat kegiatan digelar. Multiplier effect. Makanya, setiap iven yang digelar pasti membawa manfaat. Cepat atau lambat. Kita bisa untuk ini.(*)

Selasa, 11 Juni 2019

Raja Dua Kelapa


DULU, saya pernah diundang Malaysia untuk menikmati destinasi wisatanya. Diajak ke perkampungan, tidur di rumah penduduk alias homestay, lalu diajak mendodos/memetik kelapa sawit. Saya pikir, ini biasa-biasa saja. Tapi, ternyata bagi negara lain, sungguh luar biasa. Kala itu, ramai peminatnya.
     Bagi Riau, kelapa sawit biasa-biasa saja. Walau, jumlah perkebunan kelapa sawitnya luar biasa. Nomor satu terbanyak di Indonesia. Tidak cukup sampai di situ saja, ternyata untuk kelapa, Riau juga nomor satu banyak di Indonesia. Kita raja dua kelapa di Indonesia.
     Saya apresiasi dengan Bupati Indragiri Hilir Pak M Wardan. Pak Bupati sudah menyikapi dengan sangat bijak potensi kelapa di daerahnya. Inhil sudah bisa mengambil celah pariwisata dari kelapa. Gelaran World Coconut Day alias Festival Kelapa Dunia 2017, telah membuka mata dunia dengan Tembilahan khususnya dan tentunya Riau pada umumnya. Saya yakin, kita bisa membuka celah-celah pariwisata lainnya dari duo kelapa ini. Mari…kita bisa.(*)

Senin, 10 Juni 2019

Kadis seperti Manejer

DARI Rokan Hulu, ada hal yang manarik. Hasil terakhir seleksi terbuka jabatan pimpinan tertinggi di daerah tersebut, pelamar terbanyak memilih menjadi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Saya belum tahu, apakah tertarik di budayanya atau di pariwisatanya. Tapi, ini sesuatu yang luar biasa. Pilihan untuk menjadi pengelola kepariwisataan dan serius di bidang ini sangatlah tepat.
     Majunya pariwisata daerah, tak terlepas dari kepiawaian pemimpin di dinas terkait. Kalau kepala dinasnya melempem, tak punya visi kepariwisataan, sudah banyak contoh. Pariwisatanya jalan di tempat. Bertahun-tahun tak ada progres. Wisata daerah seperti itu ke itu juga.
     Bukan bermaksud menggurui, orang yang duduk di dinas pariwisata itu harusnya yang punya kemampuan seperti general manager. Atau manejer juga cukuplah. Kenapa harus manejer? Pariwisata itu seperti jualan. Bukanlah berkutat pada menyampaikan program ini itu. Tidak lagi sibuk seminar sana sini. Harus fokus jualan. Agar pendapatan daerahnya naik. Tentu dari kemasan pariwisata yang menggoda.(*) 

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...