Total Tayangan Halaman

Rabu, 01 September 2021

Kaya Ikan, Miskin Internet

BELAJAR pakai online. Rapat sistem online. Belanja juga sudah lama online. Yang hidup di kota, semua ini bisalah dilakukan. Serba mudah dengan internet. Jaringan kuat. Sambil tiduran di kamar, bisa bayar-bayar. Bisa beli-beli. Tapi di desa-desa yang cukup jauh dari ibukota kecamatan, masih banyak yang miskin internet. Mau belajar harus cari tempat yang tinggi. Jauh dari rumah. Berebut signal pula. Internetan lemot dan malah tidak bisa sama sekali. Terputus dari dunia luar. 
      Tak jauh-jauh. Beberapa jorong di salingka Danau Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam mengalami kondisi ini. Sebut saja Jorong Pandan Nagari Tanjungsani. Jorong ini tidak seberuntung tetangganya. Tentunya terkait signal ponsel. Yang bisa internetan tentunya. Untuk sekedar menelepon, bisa. Tapi kalau mau buka WA, tak nyambung.
    Belum lama berselang, saya sempat ke jorong ini. Saya mampir ke rumah orang tua seorang teman. Rumahnya asri. Rumah lama versi masyarakat di tepi Danau Maninjau. Didominasi kayu. Adem. Nyaman. Di sebuah meja di sudut ruangan, berkumpul banyak ponsel. Plus banyak cas ponsel.
    Usut punya usut, ternyata hanya di sudut tersebut bisa mendapatkan signal ponsel. Telkomsel. Hanya untuk menelepon. Kualitas signal dua garis. Kadang hilang sama sekali. Tanpa ada tulisan 4G, 3G atau E. Ya, kalau mau menelepon berdiri di sudut tersebut. Bergeser sedikit, putus.
    Era sekarang, tak nyambung internet jadi pening. Rasa ada yang tertinggal. Tapi bagi masyarakat di jorong ini, sudah menjadi biasa. Cukup menelepon, jadilah. Tapi ketika sistem belajar pakai online, kini jadi persoalan serius. Pagi-pagi. Hujan-hujan. Anak-anak usia sekolah harus meninggalkan rumah demi mendapatkan signal Telkomsel yang bisa internetan.
    Termasuk saya. Walau hanya hitungan jam di Pandan, sebentar-sebentar saya lihat ponsel. Mana tau ada signal Telkomsel 4G muncul. Saya coba ke tepi Danau Maninjau. 150 meter dari rumah sang teman. Masih tak jumpa 4G-nya. Saya angkat tinggi-tinggi ponsel, tak juga. Saya coba matikan dan hidupkan kembali. Dapat signal 4G. Tapi ya sebentar saja. Tinggallah garis-garis putih yang hanya berdiri satu.
   Jaringan Telkom juga belum sampai ke jorong ini. Andai ada jaringan, pasti tertolong dengan program Indihome. Bisa internet dengan lancar. Bisa pasang Wifi di rumah-rumah ibadah. Atau di sekolah-sekolah. Tak jauh-jauh anak usia sekolah harus belajar daring. Dari rumah mereka pun jadi bisa. Lebih leluasa.
    Seyogyanya, salingka Danau Maninjau sudah terbebas dari problem internet. Apalagi jalan selingkar danau, melewati seluruh jorong yang ada. Tempat banyak turis lokal dan mancanegara menikmati danau dari dekat. Potensi perikanan yang cukup besar. Banyak usaha kecil perikanan. Mulai dari rinuak khas Danau Maninjau hingga ikan nila yang manis dari ribuan keramba apung. Semuanya, membutuhkan jaringan pemasaran via online agar makin dikenal dunia luar.
   Masyarakat di sini, sangat berharap kualitas signal. Bisa pakai paket data. Bisa online tanpa susah-susah. Atau berharap kabel Telkom bisa melintasi jorong mereka. “Tolonglah pak, sampaikan ke Telkomsel atau Telkom. Bantu kami dengan penyediaan jaringan. Biar anak-anak kami tidak susah lagi belajar daring. Tolong kasih kami tower Pak.” Ini kalimat langsung yang sering saya dengar saat berkunjung ke jorong tersebut. Semoga segera terwujud.(*)

Tidak ada komentar:

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...