Total Tayangan Halaman

Selasa, 26 April 2016

Pecahan Kaca Itu Jadi 108 Danau Warna Warni



Rata-rata 7.000 orang berkunjung ke Jiuzhaigou setiap hari dari berbagai penjuru dunia. Kota kecil di tengah lembah ini punya magnet besar. Sebagian orang menyebut Jiuzhaigou bagai potongan surga yang turun di Cina. Ada juga yang menyebutnya Negeri Dongeng.

Catatan Mhd Nazir Fahmi, Chengdu

    JIUZHAIGOU adalah taman nasional suaka alam di Sichuan, Cina. Tepatnya di Nanping, sekitar 450 km arah utara dari Kota Chengdu. Nama Jiuzhaigou diambil dari keberadaan sembilan desa Suku Tibet yang dalam bahasa di sana disebut Zitsa Degu. Dalam Bahasa Inggris tercatat dengan nama Jiuzhaigou Valley Scenic and Historic Interest Area. Ini salah satu situs warisan UNESCO. Memiliki luas 72.000 hektare di utara Provinsi Sichuan, dengan ketinggian 4.800 meter. Beragam ekosistem hutan. Di sini tinggal sekitar 140 spesies burung, tanaman langka dan binatang panda.
     Untuk suku Tibet, Jiuzhaigou adalah tempat suci dan sumber air sehari-hari. Jiuzhaigou memiliki legenda seorang dewa gunung bernama Dago yang menyukai Dewi Semo. Dago memberikan kaca yang terbuat dari angin dan awan kepada Semo. Tapi semuanya berantakan waktu roh jahat muncul. Semo memecah kaca itu menjadi 108 bagian yang jatuh ke bumi dan menjadi 108 danau yang berwarna-warni. Danau ini disebut Haizi oleh orang setempat.
      Saat sampai di kota kecil ini, awalnya masih terkesan biasa-biasa saja. Apalagi perjalanan dari bandara Sichuan Jiuzhai Huanglong Airport dengan jalan berliku, lembah yang dalam, sudah menjadi makanan sehari-hari bagi saya. Masih kalah seram lah dibandingkan jalur  Kelok 44 di Maninjau, Sumatera Barat. Yang membedakan, jalan mereka besar dan mulus. Bus besar bisa melaju dengan aman.
     Setelah perjalanan 1,5 jam dari bandara, bus pun berhenti di depan hotel. Kesan saya masih biasa. Hotel berdiri di tengah-tengah lembah. Muka belakang, perbukitan. Hampir sama juga dengan Lubukbangku di Sumatera Barat yang depan belakangnya juga bukit terjal. Yang tak biasa hanya rasa dingin. Beranjak petang, suhu makin turun ke angka 12 derajat celsius.
      Rasa biasa sirna keesokan harinya. Ketika bus yang membawa rombongan SilkAir Chengdu Familiarization Trip berhenti di sebuah tempat parkir. Saya terperangah melihat ribuan turis memenuhi jalan. Pagi itu satu arah saja. Jiuzhuai Valley National Park. Pagi itu, gerimis semakin membuat dingin tulang. Orang-orang tak peduli. Jualan jas dan sepatu hujan laris manis. Harganya 5 yuan saja.
      Semakin ke pintu masuk Jiuzhuai Valley, semakin membuat saya terperangah. Ternyata, antreannya ribuan orang. Berdesakan. Hujan yang makin lebat, dibiarkan berlalu. Masing-masing orang memegang tiket masuk seharga 310 yuan. Sukses melewati pintu masuk, perjuangan berikutnya adalah berebut naik bus yang disediakan pengelola.
      Bus-bus besar berwarna hijau hilir mudik membawa wisatawan. Ratusan bus tersedia mengitari tempat wisata yang mirip huruf Y ini. Setelah naik bus sekitar 20 menit, penumpang diturunkan di Arrow Bambu Lake. Danau ini berada pada ketinggian 2.629 meter dari permukaan laut. Panjang danau ini 1.184 meter dan lebarnya 144-268 meter. Danau ini tidak begitu dalam, hanya 10 meter dengan total kapasitas 930.000 meter kubik.
      Fasilitas untuk wisatawan tertata dengan baik. Ada jalan khusus dari kayu yang ditata apik. Bersih. Pemandangan pohon pinus di perbukitan dengan puncak berbalut es, membuat suasana romantis. Air danaunya jernih. Hampir semua yang ada di dasar danau, terlihat. Katanya sih, kalau langit cerah, danau ini sangat anggun. Tidak boleh seorang pun masuk danau. Semua orang yang datang ke sini mengabadikan momen alam yang indah ini. Padahal, hari masih hujan.
     Dari Arrow Bambu Lake, kita bisa jalan kaki menyusuri track yang sudah disediakan ke danau berikutnya. Bisa juga naik bus. Berhubung hujan, saya dan rombongan naik bus di halte yang sudah disediakan. Tujuan selanjutnya adalah Panda Lake. Panda Lake adalah salah satu ikon di taman nasional ini. Dikatakan, giant panda sering ke danau ini untuk minum, walaupun sebenarnya sudah tidak pernah kelihatan lagi ada panda yang datang ke danau ini. Warna danau bercampur antara hijau dan biru.
     Panda Lake ini terhubung dengan Five Colored Lake. Penghubungnya disebut Panda Falls atau Air terjun Panda. Pemandangannya luar biasa. Wonderful-lah. Apalagi kalau musim dingin. Wau…lautan es di lereng gunung dan di danau. Putih. Itu pun kata orang yang datang di musim dingin. Kebetulan datangnya di musim peralihan dingin ke semi, airnya agak sedikit kurang. Esnya pun jauh di puncak gunung.
     Setelah makan siang, perjalanan dilanjutkan ke Five Colour Pond. Danaunya tidak besar. Persisnya sih seperti telaga. Tapi, warnanya luar biasa. Bercampur antara warna hijau dan biru. Posisinya berada di 3.010 meter di atas permukaan laut. Danau yang terbentuk dari gletser ini panjangnya 100 meter. Lebar 40-60 meter. Posisi terdalam 7 meter dengan kapasitas air 40.000 meter kubik. Indahnya danau ini disebabkan oleh pantulan cahaya matahari, lumut dan endapan batu kapur di dasar.
      Ingin menikmati ketinggian dan foto-foto sambil memegang es, ya di Huanglong. Sebelum sampai di Panorama of Huanglong National Scenic Sport, kita bisa berfoto ria di atas tumpukan es di puncak gunung Xue Shan Niang. Tak sanggup lama-lama di puncak gunung ini. Menggigil. Dinginnya juga minta ampun.
     Di Huanglong National Scenic Sport, kita bisa menikmati panorama pegunungan Xue Shan Niang. Permadani putih terbentang di puncak pegunungan. Berada pada ketinggian 3.530 meter di atas permukaan laut, lokasi ini juga rawan dengan penipisan oksigen. Tapi semuanya sudah disiapkan oleh pengelola. Ada tabung oksigen dan tandu. Untuk bisa sampai ke puncak, ada fasilitas kereta gantung. Jalur jalan kakinya sangat kokoh dan bagus.
      Jiuzhaigou adalah maha karya besar dari alam, memiliki sumber alam yang melimpah. Keindahan ini adalah gabungan dari  danau, air terjun, hutan hijau, pegunungan yang tertutup salju, dan adat istiadat rakyat Tibet. Semuanya tertata apik. Ditunjang kebudayaan, didukung infrastruktur, lalu dikemas dengan teknologi modern.(*)

Tidak ada komentar:

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...