Total Tayangan Halaman

Selasa, 26 April 2016

Mendarat di Antara Pegunungan Tibet Bersalju



Suara gaduh membuat saya terbangun. Penumpang kiri dan kanan, hampir semuanya menoleh ke jendela. Rata-rata bergumam. Ada yang bilang waw...dan kebanyakan lain saya tidak paham apa yang mereka katakan. Tapi dari mimik muka, saya lihat seperti rasa kagum. Saya pun coba menoleh.  Ada bentangan pegunungan. Putih.  

Catatan Mhd Nazir Fahmi, Chengdu

TERNYATA pegunungan putih bersalju itulah yang telah membuat penumpang gaduh. Sichuan Airlines yang saya tumpangi akan mendarat di antara deretan puncak gunung bersalju tersebut. Bagi yang pertama sekali datang ke Jiuzhaigou –tempat wisata alam utama di Cina-- melalui jalur udara, siap-siap olahraga  jantung. Juga takjup. Sayap pesawat seperti menyentuh gundukan putih. Kiri kanan.
       Ketika roda pesawat menyentuh landasan, terasa agak lega. Pandangan saya masih ke jendela. Amazing. Bandara Sichuan Jiuzhai Huanglong yang baru saja didarati, dipagar dua pegunungan Tibet. Pesawat harus turun di sela-sela gunung batu berpuncak es abadi. Tentu saat cuaca baik baru bisa mendarat. Siap-siap saja penerbangan ditunda kalau cuaca buruk. Terbukti, saat kembali ke Chengdu, harus delay 7 jam. Hujan salju.  
       Sichuan Jiuzhai Huanglong Airport posisinya di ketinggian 3.500 meter dari permukaan laut. Begitu keluar dari pintu pesawat, saya pun merasa sesak. Menjelang ke luar, saya melihat seorang pramugari lunglai. Teman-temannya sesama pramugari memasangkan tabung oksigen. Saat di lorong kedatangan, saya pun menyaksikan perempuan tua dipapah dua laki-laki. Tiba-tiba, si nenek sempoyongan. Hampir saja ambruk, kalau saja dua laki-laki yang memapah tadi tidak sigap.
      Ternyata, oksigen kerap menipis di bandara ini. Itu pun saya ketahui dari salah seorang teman yang ikut SilkAir Chengdu Familiarization Trip. “Bagi yang bermasalah dengan pernafasan, harus berhati-hati. Atur pernafasan. Jalan jangan cepat-cepat. Sering minum air putih. Kita berada di ketinggian 3.500 meter dari permukaan laut,” kata Santy, pimpinan Sanel Travel Pekanbaru.
       Benar saja, saya pun memperlambat langkah. Sesak nafas pun berkurang. Risih juga karena terbiasa jalan cepat. Tapi tak apalah dari pada pingsan. Setelah mengambil bagasi, menuju pintu ke luar kedatangan. Udara dingin pun terasa. Suhu masih di angka belasan. Tapi seringkali berubah-ubah. Kadang menyentuh di posisi 0 derajat. Saat kedatangan, lagi peralihan musim dingin ke semi.
       Bandara Jiuzhai Huanglong, pintu masuk tersibuk menuju Jiuzhaigou. Jiuzhaigou terletak di Nanping County, 450 kilometer (sekitar 280 mil) di utara Kota Chengdu, ibu kota Provinsi Sichuan. Jiuzhaigou berada di ujung timur laut pegunungan Shan Min. Bagian dari Tibet dan Qiang Aba Prefektur Otonomi. Posisinya berada di kedalaman pegunungan perbatasan Nanping, Songpan dan Pingwu di Tibet dan Qiang Aba Prefektur Otonomi barat laut Sichun. Namanya berarti Lembah Sembilan Desa, yang merupakan rumah dari sembilan desa Tibet. Lembah ini panjangnya 600 kilometer.
         Penerbangan Chengdu-Jiuzhai Huanglong paling banyak frekuensinya. Lama penerbangan sekitar 50 menit saja. Tiketnya lumayan mahal dibanding penerbangan ke daerah lain dengan panjang rute yang sama. Tapi, rata-rata pesawat penuh penumpang. Isinya wisatawan dari penjuru dunia.  Dan sebagian besarnya adalah Cina.
       Sejak 2003, telah dibuka penerbangan dari Chengdu atau ChongQing ke Bandara Jiuzhaigou. 2006, sebuah penerbangan harian ke Xi'an telah dibuka dan penerbangan baru selalu ditambahkan setiap saat dari berbagai daerah di Cina. Oktober 2009, penerbangan langsung baru dari Beijing, Shanghai dan Hangzhou. SilkAir, anak perusahaan Singapore Airlines melayani rute Changi-Chengdu setiap hari. Pasarnya tentu wisatawan dari Asia Tenggara yang ingin ke Jiuzhaigou.
       Sebenarnya, selain jalur udara, kalau hendak ke Jiuzhaigou juga bisa melalui darat dari Chengdu. Naik bus umum dari Chengdu. Dari Chengdu terdapat bus umum setiap pagi yang berangkat sekitar pukul 7-8, ada beberapa keberangkatan dengan jeda 30 menit. Perjalanan menuju Jiuzhaigou akan memakan waktu sekitar 8-9 jam dengan harga tiket sekitar 140 yuan. Jalan tol baru yang telah dibangun di sepanjang rute ini rusak parah pada gempa bumi 12 Mei 2008, tetapi sekarang telah diperbaiki.
        Dari bandara, masih harus melalui jalan darat yang berliku kalau hendak ke Jiuzhaigou. Jarak bandara ke Jiuzhaigou sekitar 80 kilometer. Waktu tempuh 1-1,5 jam. Bus akan menuruni jalan dan melewati perkampungan Tibet. Jalannya besar. Mulus. Pemandangan luar biasa akan dijumpai di kiri kanan jalan.
        Tebing terjal berbatu. Pohon pinus tinggi menjulang. Melongok ke atas, tampak puncak gunung berbalut es. Putih bersih. Di sebagian sisi tebing, mata akan tertuju kepada bendera-bendera kecil beragam warna. Warna kuning merah lebih mendominasi. Diikat satu persatu dengan benang. Bendera tersebut untuk acara keagamaan.
       1 jam perjalanan, bus akan berhenti di sebuah dataran rendah. Bagi yang ingin ke toilet, cukup bayar  1 yuan. Upayakan bawa air dalam kemasan kalau hendak ke toilet. Yang ingin menikmati sate Yak, juga tersedia. 1 tusuk 2 yuan. Yak sejenis lembu, namun berbulu tebal. Yak hanya bisa dijumpai di Tibet dan Himalaya di Asia Tengah. Naik punggung yak juga bisa. Atau sekedar berfoto ria dengan latar belakang pegunungan.
        Hati-hati juga di sini. Jangan terlalu memforsil tenaga. Oksigen bisa tiba-tiba menipis. Terbukti, sorang perempuan paruh baya sesak nafas dan pingsan habis foto-foto. Tapi jangan takut. Begitu ada yang pingsan, pemuda-pemuda Tibet langsung berlarian membantu membawa tabung oksigen ukuran kecil  dan melakukan pertolongan. Habis diberi oksigen, sadar. Si pemuda memberikan tagihan biaya atas oksigen yang disemprotkan. Semacam rental tabung oksigen begitulah, hehe...
        Ingin menikmati Jiuzhaigou dan Huanglong, paling tidak perlu waktu dua hari. Untuk menginap, tidak perlu cemas. Tersedia hotel dengan jumlah kamar yang sangat banyak. Tinggal memilih bintang berapa. Yang paling utama adalah menyiapkan energi untuk menjelajahi alam Jiuzhaigou yang sangat kaya dengan keindahan. (bersambung)




Tidak ada komentar:

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...