Total Tayangan Halaman

Selasa, 14 Mei 2013

Intip Penyu Bertelur, Takut Ada Ular Merah





Menikmati Malam di Gugusan Kepulauan Arwah, Rokan Hilir (2)

Selain istilah Pulau Jemur, beberapa kalangan di pesisir sekitar Rokan Hilir, Riau menyebut pulau ini dengan sebutan 'Pak-ku' yang dalam dialek Hokkian berarti penyu dari utara.

Catatan Mhd Nazir Fahmi, Pulau Jemur

DARI 250 hektare luas Pulau Jemur, lebih separuhnya merupakan bukit batu. Dindingnya cukup terjal dan menghujam ke dasar laut. Ada sedikit pantai, tapi banyak bebatuan berwarna hitam. Runcing-runcing. Warna pasirnya agak kuning. Agak kasar sedikit.
   Sebagian lain dari pulau, ditumbuhi pepohonan. Pohon kelapa dan mangga mendominasi. Selebihnya pohon besar dan kecil yang tidak berbuah. Di beberapa tempat di pulau teduh dengan pohon. Tempat lainnya terlihat gersang karena bukit batu.
   ''Kalau keindahan pulau tidaklah. Pantainya juga tak banyak dan tak bisa dinikmati. Pulau Jemur tidak bisa dijual untuk pariwisata. Hanya penyu hijau yang bisa dikedepankan untuk menjual paket wisata ke daerah ini,'' kata Ketua Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita) Riau, Drs Ibnu Masud kepada Riau Pos.
   Ya, hanya penyu hijau yang menjanjikan dari Pulau Jemur. Penyu hijau menjadi sangat unik karena banyak terdapat di perairan sekitar Pulau Jemur. ''Bulan Mei, saat yang tepat untuk melihat penyu hijau bertelur di pantai Pulau Jemur. Pada bulan ini musim kawin juga,'' kata Doni, warga yang sering bolak balik Bagansia pi-api-Pulau Jemur.
   Menurut Doni, yang juga sering menjadi pemandu wisata ke Pulau Jemur, untuk menikmati penyu bertelur waktu yang paling tepat adalah tengah malam. Saat itulah penyu naik, menggali lubang lalu bertelur.
   Tidak mudah untuk bisa menyaksikan penyu bertelur. Harus hati-hati. Penyu sangat sensitif. Nampak puntung rokok satu saja, penyunya tak jadi bertelur dan kembali ke laut. ''Kalau penyu sudah menggali lubang dan mulai bertelur, kita bisa mendekat. Bisa melihat langsung saat penyu mengeluarkan telur-telurnya,'' kata Doni lagi.
   Penyu hijau petelur yang luar biasa. Sekali bertelur, penyu hijau menghasilkan 150 butir. Setiap malam, ada 15 ekor penyu hijau yang naik ke Pulau Jemur untuk bertelor. Kalau ditotalkan, setiap malamnya ada 2.250 telur penyu dalam pasir di Pulau Jemur. Kalau satu bulan atau setahun, sungguh telur yang begitu banyak diantarkan penyu ke Pulau Jemur.
   Sepengetahuan Doni, dalam satu tahun anak penyu yang dilepas kan dari Pulau Jemur sebanyak 300 ekor saja. Ini hanya 0,04 persen saja dari jumlah telur yang dicurahkan penyu di Pulau Jemur. Selebihnya pada kemana telur-telur itu?
   Malam itu, saya benar-benar ingin melihat penyu hijau bertelur. Namun keinginan kuat untuk menyaksikan penyu bertelur dikalahkan dengan ketakutan pada gigitan ular berbisa yang banyak di Pulau Jemur. ''Hati-hati di Pulau Jemur, banyak Ular Merah. Ularnya kecil, tapi kalau mematuk, bisanya membuat korban lumpuh dan harus cepat ditangani di rumah sakit,'' kata Aripin, seorang anggota TNI AL kepada Riau Pos.
   Kata Doni, saat subuh penyu juga masih di darat. Masih bisa disaksikan. Niat hati ingin berdayung ke Pulau Jemur dari kapal yang kami sewa pada pagi hari, ternyata dibatalkan karena besarnya gelombang. Pagi itu hujan. Petir lagi.
   Namun habis salat subuh, dari kapal kelihatan penyu pada turun ke laut. Di pantai terlihat garis paralel bekas tubuh penyu yang bergesekan dengan pasir. Banyak bekas-bekas tubuh penyu itu di pantai. Dari kejauhan saya juga melihat cahaya senter di pantai. Terlihat seseorang sedang menggali sarang tempat bertelur penyu hijau di Pulau Jemur tersebut.
   Beberapa waktu lalu, di Pulau Jemur ini sudah dicanangkan sebagai tempat penangkaran penyu hijau. Ini sebagai langkah menjaga kelestarian penyu hijau sebagai hewan langka yang dilindungi. Tidak tahu pasti apa kegiatan ini masih berlangsung. Yang pasti, telur-telur penyu banyak dibawa keluar Pulau Jemur. Diper jualbelikan.
   ''Kalau ingin Pulau Jemur dikenal dan menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), konservasi penyu hijau kuncinya. Ini yang dijual ke luar. Jual agenda penglepasan anak penyu, melihat saat bertelur atau melihat penyu kawin,'' kata Ibnu Masud.
   Kalau pulaunya sendiri, kata Ibnu, sangat tidak menjual. Pantainya sedikit. Laut di sekitar pulau banyak batu-batu dan susah untuk menyelam. Sarana transportasi ke Pulau Jemur juga belum tersedia dengan baik.(*)

Senin, 13 Mei 2013

Transaksi Kapal ke Kapal, TPI Tak Berguna




Menikmati Malam di Gugusan Kepulauan Arwah, Rokan Hilir (1)

Pulau Jemur, masuk ke dalam gugusan Kepulauan Arwah. Luasnya 250 hektare. Letaknya sekitar 72,4 km dari Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Riau dan 64,3 km dari Pelabuhan Klang di Malaysia. Persisnya pada koordinat 2 52'12.06"N-100 33'30.19"E.

Catatan Mhd Nazir Fahmi, Pulau Jemur

SETELAH menempuh perjalanan enam jam dari Bagansiapi-api, Kapal Ikan 30 GT berlogo Pemprov Riau yang kami sewa, buang jangkar di perairan antara Pulau Jemur dengan Pulau Labuhan Bilik. Bersama Ketua Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita) Riau, Drs Ibnu Masud dan beberapa orang wartawan foto media cetak Pekanbaru, ingin menyaksikan dari dekat seperti apa 'keindahan' Pulau Jemur.
   Sabtu, rombongan sengaja bermalam di tengah laut di gugusan Kepulauan Arwah tersebut. Selain ingin melihat pergerakan penyu, juga hendak menikmati kerasnya tarikan ikan-ikan besar di perair an yang terkenal memiliki potensi besar itu. Para ahli-ahli pancing ini, sudah lama terpancing dengan informasi banyaknya ikan di laut sekitar Pulau Jemur.
   Pulau Jemur saling berhadapan dengan Pulau Labuhan Bilik. Kalau di Pulau Jemur ada penghuninya, tapi di Labuhan Bilik tidak ada orang tinggal. Di Labuhan Bilik ada lima bangunan permanen. Ada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang berdampingan dengan rumah Penghulu atau Kepala Desa. Ada Pos Pelabuhan Perikanan Pemkab Rokan Hilir dan disampingnya juga ada rumah Penghulu. Satunya lagi ada Kelenteng kecil.
   Tempat Pelelangan Ikan, terlihat tidak dipakai lagi. Ada atap dan kerangka beton. Tidak ada lantai. Tak jauh dari TPI, ada satu bangunan lagi yang mulai lapuk. Juga tidak ada penghuni. ''Itu rumah Penghulu,'' kata Syaiful, warga Bagansiapi-api kepada Riau Pos, saat berkunjung ke Pulau Jemur, akhir pekan lalu.
   Masih di pulau ini, di belakang hamparan pantai pasir putih, ada bangunan Pos Pelabuhan Perikanan dan Kelautan Rokan Hilir. Siang kantor ini dijaga petugas. Malam tidak. Di samping kantor itu juga ada bangunan dengan ciri khas Rohil. Ada kubahnya. Katanya sih, juga kantor Penghulu.
   ''Tidak ada penerangan di kantor. Dermaga tempat merapat kapal juga tidak tersedia. Sarana komunikasi di Pos Pelabuhan juga sudah lama rusak,'' kata Doni, warga yang sering bolak balik Bagansiapi-api-Pulau Jemur.
   Dibangunnya TPI di pulau ini ternyata untuk mengatur transaksi ikan dari kapal ke kapal di perairan Pulau Jemur. Pulau Labuhan Bilik tempat yang strategis untuk berlindung dari terpaan badai. Ada teluk berbentuk letter U dan di sinilah kapal-kapal nelayan merapat kalau ada badai. Di tempat ini pulalah terjadi transaksi antara satu kapal dengan kapal lain.
   Saat melewati tempat ini, terlihat enam kapal nelayan merapat. Mereka saling bertransaksi. Selain ikan, ada kapal yang menyedia kan berbagai macam keperluan pokok. Ada yang jual berbagai macam kue, air minum dan rokok. Di Pulau Labuhan Biliklah semua itu mereka lakukan. Sayang, TPI tidak berfungsi sebagaimana harapan awal sebelum bangunan ini berdiri.
   Dari Labuhan Bilik kita ke Pulau Jemur. Di pulau ini lebih terlihat kehidupan. Ada penghuni. Setidaknya ada 10 orang anggota TNI Angkatan Laut (AL) dan enam orang dari Distrik Navigasi Departemen Perhubungan. Di pulau ini ada Pos Pantau TNI AL dan Mercusuar. Petugas-petugas ini saling berganti dalam beberapa pekan.
   Saat menapaki pulau ini setelah berdayung 25 menit dengan sekoci milik Kapal Ikan 30 GT bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, dua orang petugas Navigasi begitu sumringah saat disalami. Mereka sangat senang ada yang berkunjung ke pulau ini.
   Dengan menaiki beberapa puluh tangga, baru sampai ke lokasi perumahan petugas Navigasi dan TNI AL. Pokok mangga sudah besar-besar. Buahnya lebat dan sebagian sudah dipanen. Terlihat ditum puk di meja sebuah pondok di depan rumah petugas Navigasi. Seor ang petugas mempersilakan untuk mencicipi mangga yang sudah ranum tersebut. Hmmm...manisnya. Tak lupa, saat kembali ke kapal, kami dibekali setengah karung mangga.
   Naik sedikit ke atas dari rumah petugas Navigasi, jumpa peru mahan TNI AL. Sore itu, seorang anggota TNI AL tengah asik mem beri makan ternak ayamnya. ''Yah, untuk mengisi waktu luang, kita beternak ayam. Selain bisa membuang rasa sepi, juga menghasilkan,'' kata Aripin, kepada Riau Pos.
   Di belakang kandang ayam Aripin, ada satu bangunan yang sudah tidak dirawat lagi. Ternyata itu bangunan kantor peninggalan Belanda. ''Bangunan ini sudah lama sekali dan tidak digunakan lagi. Sebagiannya sudah lapuk,'' kata Aripin lagi.
   Di Pulau Jemur juga ada Mess VIP milik Pemkab Rokan Hilir. Menurut Doni, mess ini diperuntukan bagi tamu VIP maupun wisata wan yang ingin menikmati liburan di gugusan Pulau Jemur. Mess dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti meubiler, listrik, air bersih dan sarana olahraga.
   Ketika lewat di depan Pulau Jemur, juga terlihat dua rumah. Masih baru. Atapnya merah. Posisinya di atas punggung bukit. Menurut Doni, itu adalah rumah untuk pegawai Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanlut). Jadi bagi petugas Diskanlut yang berkantor di Pulau Labuhan Bilik, tinggalnya di Pulau Jemur.
   Rumah ibadah juga ada di Pulau Jemur. Ada musala yang bagus. Tapi sayang tidak terpakai. Posisinya sekitar 100 meter dari perumahan Navigasi. Agak ke lembah. ''Jarang sih digunakan,'' kata seorang petugas Navigasi.
   Ada juga tempat duduk-duduk. Lebih tepatnya taman yang ada peneduhnya. Juga permanen. Sayang juga, tidak terawat. Tumbuhan sudah merimba di taman itu. ''Padahal kalau duduk di sana, kita bisa menyaksikan keindahan laut dan Selat Melaka,'' kata petugas itu lagi.
   Saat akan meninggalkan Pulau Jemur, kami diingatkan agar hati-hati di jalan. Hati-hati menginjak rumput apalagi kalau hanya pakai sandal jepit. Amannya pakai sepatu. Ada Ular Merah di Pulau Jemur yang cukup berbahaya.(bersambung)

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...