Menikmati Malam di Gugusan Kepulauan Arwah, Rokan Hilir (2)
Selain istilah Pulau Jemur, beberapa kalangan di pesisir sekitar Rokan Hilir, Riau menyebut pulau ini dengan sebutan 'Pak-ku' yang dalam dialek Hokkian berarti penyu dari utara.
Catatan Mhd Nazir Fahmi, Pulau Jemur
DARI 250 hektare luas Pulau Jemur, lebih separuhnya merupakan bukit batu. Dindingnya cukup terjal dan menghujam ke dasar laut. Ada sedikit pantai, tapi banyak bebatuan berwarna hitam. Runcing-runcing. Warna pasirnya agak kuning. Agak kasar sedikit.
Sebagian lain dari pulau, ditumbuhi pepohonan. Pohon kelapa dan mangga mendominasi. Selebihnya pohon besar dan kecil yang tidak berbuah. Di beberapa tempat di pulau teduh dengan pohon. Tempat lainnya terlihat gersang karena bukit batu.
''Kalau keindahan pulau tidaklah. Pantainya juga tak banyak dan tak bisa dinikmati. Pulau Jemur tidak bisa dijual untuk pariwisata. Hanya penyu hijau yang bisa dikedepankan untuk menjual paket wisata ke daerah ini,'' kata Ketua Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita) Riau, Drs Ibnu Masud kepada Riau Pos.
Ya, hanya penyu hijau yang menjanjikan dari Pulau Jemur. Penyu hijau menjadi sangat unik karena banyak terdapat di perairan sekitar Pulau Jemur. ''Bulan Mei, saat yang tepat untuk melihat penyu hijau bertelur di pantai Pulau Jemur. Pada bulan ini musim kawin juga,'' kata Doni, warga yang sering bolak balik Bagansia pi-api-Pulau Jemur.
Menurut Doni, yang juga sering menjadi pemandu wisata ke Pulau Jemur, untuk menikmati penyu bertelur waktu yang paling tepat adalah tengah malam. Saat itulah penyu naik, menggali lubang lalu bertelur.
Tidak mudah untuk bisa menyaksikan penyu bertelur. Harus hati-hati. Penyu sangat sensitif. Nampak puntung rokok satu saja, penyunya tak jadi bertelur dan kembali ke laut. ''Kalau penyu sudah menggali lubang dan mulai bertelur, kita bisa mendekat. Bisa melihat langsung saat penyu mengeluarkan telur-telurnya,'' kata Doni lagi.
Penyu hijau petelur yang luar biasa. Sekali bertelur, penyu hijau menghasilkan 150 butir. Setiap malam, ada 15 ekor penyu hijau yang naik ke Pulau Jemur untuk bertelor. Kalau ditotalkan, setiap malamnya ada 2.250 telur penyu dalam pasir di Pulau Jemur. Kalau satu bulan atau setahun, sungguh telur yang begitu banyak diantarkan penyu ke Pulau Jemur.
Sepengetahuan Doni, dalam satu tahun anak penyu yang dilepas kan dari Pulau Jemur sebanyak 300 ekor saja. Ini hanya 0,04 persen saja dari jumlah telur yang dicurahkan penyu di Pulau Jemur. Selebihnya pada kemana telur-telur itu?
Malam itu, saya benar-benar ingin melihat penyu hijau bertelur. Namun keinginan kuat untuk menyaksikan penyu bertelur dikalahkan dengan ketakutan pada gigitan ular berbisa yang banyak di Pulau Jemur. ''Hati-hati di Pulau Jemur, banyak Ular Merah. Ularnya kecil, tapi kalau mematuk, bisanya membuat korban lumpuh dan harus cepat ditangani di rumah sakit,'' kata Aripin, seorang anggota TNI AL kepada Riau Pos.
Kata Doni, saat subuh penyu juga masih di darat. Masih bisa disaksikan. Niat hati ingin berdayung ke Pulau Jemur dari kapal yang kami sewa pada pagi hari, ternyata dibatalkan karena besarnya gelombang. Pagi itu hujan. Petir lagi.
Namun habis salat subuh, dari kapal kelihatan penyu pada turun ke laut. Di pantai terlihat garis paralel bekas tubuh penyu yang bergesekan dengan pasir. Banyak bekas-bekas tubuh penyu itu di pantai. Dari kejauhan saya juga melihat cahaya senter di pantai. Terlihat seseorang sedang menggali sarang tempat bertelur penyu hijau di Pulau Jemur tersebut.
Beberapa waktu lalu, di Pulau Jemur ini sudah dicanangkan sebagai tempat penangkaran penyu hijau. Ini sebagai langkah menjaga kelestarian penyu hijau sebagai hewan langka yang dilindungi. Tidak tahu pasti apa kegiatan ini masih berlangsung. Yang pasti, telur-telur penyu banyak dibawa keluar Pulau Jemur. Diper jualbelikan.
''Kalau ingin Pulau Jemur dikenal dan menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), konservasi penyu hijau kuncinya. Ini yang dijual ke luar. Jual agenda penglepasan anak penyu, melihat saat bertelur atau melihat penyu kawin,'' kata Ibnu Masud.
Kalau pulaunya sendiri, kata Ibnu, sangat tidak menjual. Pantainya sedikit. Laut di sekitar pulau banyak batu-batu dan susah untuk menyelam. Sarana transportasi ke Pulau Jemur juga belum tersedia dengan baik.(*)