Total Tayangan Halaman

Jumat, 02 Desember 2011

Koreksi dan Pujian Buat Guru Kita

TERPUJILAH wahai engkau, ibu bapak guru...Ini adalah sebait lagu dalam Hymne Guru. Lagu ini selalu didengarkan pada hari-hari penting yang berkaitan dengan guru. Tidak hanya itu, lagu ini sudah melekat di benak dan tidak asing lagi buat setiap siswa maupun yang pernah mengecap sebagai pelajar di tanah air ini. Lagu yang dimulai dengan kata-kata terpuji sungguh punya makna mendalam. Kata terpuji selalu kita konotasikan sebagai orang yang sangat baik. Jadi panutan atau jadi contoh. Makanya ada pepatah, jika guru kencing berdiri, maka murid akan kencing berlari. Maknanya, guru adalah suritauladan. Dulu, guru sangatlah dihormati. Kita sangat takut dan merasa berdosa besar tatkala melawan kepada seorang guru. Guru adalah segala-galanya setelah orang tua di rumah. Malah, banyak diantara kita yang lebih menghormati guru atau takut dengan guru daripada takut kepada orang tua. Era 2000-an, terjadi degradasi nilai-nilai buat banyak guru. Kata-kata terpuji sudah sering dilupakan banyak orang. Banyak guru-guru yang dilaporkan ke Komnas HAM atau ke polisi atas tindaktanduknya kepada murid-muridnya. Banyak diantara kita yang tidak memperdulikan lagi sebuah jabatan yang bernama guru. Penyebabnya tentu juga tak bisa dilepaskan dari pribadi seorang guru. Belakangan, banyak guru-guru yang lepas kontrol dalam penguasaan emosi. Sering selalu meledak-meledak dan melupakan hakikatnya sebagai guru. Para guru juga sering melupakan bahwa mereka hidup di zaman yang penuh keterbukaan informasi. Apa saja diketahui banyak orang. Apalagi dengan tatanan-tatanan buatan manusia yang kebablasan dan mengekang naluriah guru, juga sering mereka lompati. Jatuh, terpuruk dan terhina akan muncul gara-gara semua itu. Makanya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada peringatan Hari Guru Nasional, Rabu (30/11) mengingatkan semua itu. SBY mengoreksi dan sekaligus memberikan pujian. Buat guru-guru yang sudah lulus sertifikasi dan sudah menerima haknya dari negara, tentunya harus menjalankan kewajiban dengan benar. Makanya, SBY menuntut guru-guru kembali rajin dan berkualitas. SBY juga minta guru memiliki kesadaran, kepedulian, dan tanggung jawab terhadap sekolahnya sehingga lebih tertib dan teratur. Koreksi lain, masih ada guru yang belum benar-benar jadi panutan. Di sinilah kata kuncinya. Tuntutan jadi panutan, benar-benar harus melekat buat seorang guru. Kembali ke khittahnya sebagai orang terpuji dan tentu kita semua jangan pula melupakan bahwa guru juga manusia. Semoga, namamu akan selalu hidup dalam sanubariku.***

Desa Wisata versus Sate Danguang Danguang

DINGINNYA Lembah Harau, terusir oleh setongkol jagung bakar. Sebungkus sate, terhidang. Aromanya mengelitik perut. “Ini sate danguang dangua...